Strawberries & Cigarettes; bbangju

9th : Trauma and Memories

Di dalam sebuah kamar kecil yang rapi, dengan ukuran ranjang yang tidak terlalu besar dan sprei yang berwana navi, terdapat dua anak adam yang sedang berdiri bersebelahan di dekat pintu. Mereka berdua terlihat baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Gue mandi dulu. Kalo udah ngantuk tidur aja duluan." Juyeon membuka suara. Kakinya melangkah menuju lemari di dekat pintu kamar mandi, mengambil satu setel pakaian. Meninggalkan Younghoon yang masih berdiri di dekat pintu kamarnya.

"Iya." Jawab si manis singkat. Dan Juyeon pun berlalu meninggalkannya setelah meletakkan jaketnya secara asal di atas kursi belajarnya.

Sepeninggal Juyeon yang sibuk membersihkan diri, Younghoon tidak berniat untuk tidur. Karena kenyataannya, ia sama sekali tidak merasa mengantuk setelah masuk ke dalam—mungkin bisa dibilang ruangan pribadi milik sahabatnya itu.

Kakinya melangkah dengan pandangan yang memindai keadaan kamar Juyeon. Younghoon berhenti tepat di dekat meja belajar milik sang sahabat yang terlihat seperti tidak pernah dijangkau oleh pemiliknya. Begitu berdebu dan ada sebuah figura yang mencuri perhatian si manis saat sepasang maniknya menangkap benda berukuran kecil tersebut.

Disana, terlihat sesosok anak laki-laki berusia sekitar lima tahunan yang duduk dipangku oleh seorang wanita yang begitu cantik di mata Younghoon. Lelaki manis itu bisa menangkap sosok wanita tersebut adalah Ibu dari sang sahabat dan yang berada dalam pangkuannya adalah Juyeon sendiri. Di dalam foto tersebut, keduanya terlihat begitu bahagia, dilihat dari tawa dari Juyeon yang memeluk leher sang Ibu.

"Ternyata dia selucu ini." Gumam Younghoon sembari tersenyum. Ia tidak menyentuh maupun memegang barang milik Juyeon sepanjang ia melihat dan menemukannya.

Langkahnya berlalu meninggalkan meja belajar Juyeon. Ruangan itu mungkin terlihat biasa saja bagi siapapun yang masuk dan melihat barang-barang yang ada di dalamnya. Namun, bagi seorang Lee Juyeon, ruangan kecil yang dinamakan kamar tidur itu memiliki arti tersendiri bagi pemiliknya.

Younghoon hanya tersenyum kecil setelah melihat-lihat apa yang ada di dalam kamar sahabatnya itu. Ia memilih untuk duduk di pinggir ranjang kecil Juyeon dan menunggu sang empu selesai membersihkan tubuh.

Dan tak lama, suara shower pun berhenti, kemudian Juyeon keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkapnya, celana training panjang dan kaos oblong, keduanya memiliki warna yang sama, yaitu hitam. Air terlihat menetes dari rambutnya yang basah. Tangannya yang memegang handuk sesekali ia usakkan di atas rambutnya.

"Kirain udah tidur." Ucapnya sembari melangkah ke arah Younghoon yang masih duduk di pinggir ranjang.

"Belom ngantuk." Jawab Younghoon singkat. Ia menggeser tubuhnya agar Juyeon dapat duduk di sebelahnya.

Mereka berdua memilih untuk bungkam. Dengan Juyeon yang duduk di sebelah Younghoon sibuk mengeringkan rambutnya, dan si manis yang menunduk memainkan jari-jemarinya.

"Sini, gue bantu keringin." Tawar lelaki bermarga Kim tersebut. Sang lawan yang awalnya hanya diam memandang Younghoon, akhirnya menyerahkan handuk kecilnya kepada si manis.

Dan diterima dengan senyum manis yang terpatri di wajah ayunya. Segera ia bangkit dan berdiri di depan Juyeon yang masih duduk. Dengan begitu telaten, Younghoon mengeringkan helaian rambut si bangir.

"Disuruh tidur malah nggak mau. Padahal udah malem." Ucap Juyeon tiba-tiba.

"Biasanya kalo sabtu malem minggu gini tuh tidurnya malem tau. Belom ngantuk kok disuruh tidur." Suaranya terdengar kesal, sedikit.

"Emang mau nungguin gue aja, biar tidur bareng—AKH!! SAKIT ANJING!" Juyeon teriak kesakitan, karena rambutnya dijambak oleh si manis.

"Dibilangin belom ngantuk juga! Dan gue manusia, bukan anjing!" Younghoon benar-benar kesal. Namun, tangannya masih terus mengeringkan rambut Juyeon.