Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi. Baik Juyeon maupun Younghoon masih berada di dalam ruang kesehatan. Mereka berdua menunggu perintah dari Pak Donghae, karena beliau telah berpesan agar tetap menunggu di dalam sampai beliau sendiri yang menemui mereka di dalam ruang kesehatan.
Hanya ada percakapan kecil yang tentunya dimulai oleh Younghoon untuk membunuh waktu yang begitu lama sembari menunggu sang guru menemui mereka. Rasa canggung juga sedikit demi sedikit memudar seiring dengan sifat Younghoon yang perlahan mulai terlihat aslinya. Dan tentu dengan respon Juyeon yang ala kadarnya. Sepertinya pemuda dengan hidung bangir itu masih mempertahankan sikap dinginnya.
Younghoon mencoba bangkit dari ranjangnya, ia berdiri dan berjalan menghampiri Juyeon yang tentunya jelas kaget karena Younghoon yang tiba-tiba mendekat padanya.
"H-heh, lo mau kemana?" Bukan kaget, lebih tepatnya khawatir.
"Mau duduk disini hehe.." Younghoon tersenyum lebar sembari menyamankan duduknya di sebelah Juyeon yang masih terpaku.
"Kenapa kaget gitu sih?" Tanya Younghoon yang membuat pria di sampingnya lantas cepat-cepat menegakkan tubuhnya kembali dan berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Enggak."
"Gue udah mendingan. Lo nggak usah khawatir gitu kali." Goda Younghoon sembari menyenggol bahu sebelah kiri milik Juyeon.
"Kepedean."
"Ya kan lo emang khawatir sama gue."
"Dih."
"Bilang iya apa susahnya sih!" Si manis tidak terima, karena memang pasalnya Juyeon benar-benar khawatir padanya.
'Ini cowok berisik banget pengen gue sumpelin mulutnya pake kaki gue baru tau rasa.' Batin Juyeon.
"Iya kan, Ju?" Younghoon masih gencar menggoda Juyeon.
"Iya apa?"
"Khawatir kan sama gue?" Kedua alisnya dinaik-turunkan sembari senyum jahilnya dikembangkan.
"Lo berisik banget deh. Bisa diem gak sih?" Ketus Juyeon. Kedua alisnya menukik tajam.
Seketika Younghoon terdiam setelah mendengar kalimat Juyeon yang seperti itu. Pria manis itu menunduk sembari memainkan hotpack yang ada di tangannya. Bibirnya cemberut lucu. Manis sekali.
Tak lama Pak Donghae datang menghampiri mereka berdua dengan membawa kedua tas milik Juyeon dan Younghoon. Beliau memerintahkan mereka untuk pulang dengan satu syarat, Juyeon harus mengantar Younghoon sampai di depan rumahnya. Pak Donghae jelas khawatir karena mimisan yang dialami Younghoon benar-benar serius kata dokter yang menangani Younghoon tadi.
🍓🚬🍓🚬🍓
Mereka berdua memutuskan untuk berjalan kaki menuju rumah Younghoon. Sebenarnya Juyeon hanya mengikuti kemana langkah kaki Younghoon melangkah. Pria berhidung bangir itu hanya mengawasi teman prianya berjalan dari belakang.
Hari semakin gelap, salju pun semakin menumpuk di sepanjang jalan yang mereka lalui. Keduanya hanya diam, tanpa ada pembicaraan atau celotehan Younghoon seperti saat mereka berada di ruang kesehatan tadi. Pria manis itu sepertinya masih memikirkan omongan Juyeon yang menyuruhnya untuk tetap diam.
Kepulan asap yang keluar dari hidung keduanya menandakan bahwa suhu semakin dingin. Juyeon semakin merapatkan jaket tebalnya dan menyembunyikan hidung serta mulutnya ke dalam jaket bagian depannya. Kedua tangannya juga anteng di dalam saku jaket tebal miliknya. Berbeda dengan Younghoon yang berjalan di depan Juyeon. Pria manis itu enggan merapatkan jaketnya dan tetap berjalan melawan dinginnya suhu udara musim salju. Kedua telinganya yang memerah tertangkap jelas oleh indera pengelihatan milik Juyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberries & Cigarettes; bbangju
Fiksi Penggemar"Strawberries and cigarettes always taste like you." Inspired by a song from Troye Sivan; Strawberries & Cigarettes. [ tw // blood, murder, cheating, divorce, death ] #8 kimyounghoon 260120 #1 bbangju 120820 #28 juyeon 211220 #1 jubbang 280121 #4 le...