7th : He's Worried

3.4K 490 217
                                    

Juyeon benar-benar dibuat kelimpungan oleh Younghoon. Pasalnya lelaki manis itu tidak kelihatan batang hidungnya sedari pagi. Saat ini jam istirahat kedua sedang berlangsung. Namun, Juyeon masih sibuk menggigiti kuku ibu jarinya sembari menelepon seseorang di ponselnya yang berulang kali gagal, karena tidak ada jawaban. Iya, Juyeon sedang menelepon Younghoon.

Singkat cerita, tadi pagi Juyeon hampir saja terlambat masuk. Ia bangun kesiangan dan berakhir berlari ke sekolah dengan nafas yang tersengal. Untung saja saat ia baru menginjakkan kakinya di halaman sekolah, bel masuk baru berbunyi. Oh iya, biasanya setiap pagi Younghoon menunggu Juyeon di depan gapura sekolah. Lelaki manis itu kadang sampai berbincang dengan guru yang sedang bertugas mengawasi dan mengecek kelengkapan para siswa. Namun pagi tadi, berhubung Juyeon kesiangan, mungkin Younghoon sudah masuk dan berada di kelasnya. Juyeon pikir seperti itu, jadi ia tidak berpikiran bahwa sahabatnya itu absen. Tapi, sampai jam istirahat pertama tiba, Younghoon tidak terlihat di depan kelas Juyeon. Lantas si tampan menemuinya di kelas sebelah, dan benar saja Younghoon tidak masuk sekolah. Kata teman sekelasnya, ia absen hari ini.

Juyeon begitu khawatir mengingat sahabatnya itu semalam suhu tubuhnya tinggi dan wajahnya sangat pucat. Ia takut terjadi apa-apa dengan Younghoon. Sudah berulangkali Juyeon coba menghubungi, tetapi tetap saja ia tidak mendapat jawaban dari Younghoon. Bahkan sekarang bel masuk pun sudah berbunyi.

"Nih anak kemana sih! Angkat dong!" Geram Juyeon masih dengan menempelkan benda pipih persegi panjang itu di telinganya.

Dan setelah mencoba untuk kesekian kalinya, akhirnya panggilannya pun mendapat jawaban dari Younghoon.

Dengan nada tergesa dan menuntut, Juyeon bertanya. "Lo dimana sih?! Kenapa nggak masuk sekolah? Lo gak kenapa-kenapa kan?"

Terdengar suara helaan nafas di seberang sana. "Satu-satu nanyanya, Juyeon. Gue bingung jawabnya."

"Cepet jawab! Gue khawatir tau gak." Sergah Juyeon dengan mengusap kasar wajahnya.

"Iya, gue tau. Tapi, janji dulu sama gue ya."

"Pake janji segala kenapa sih! Janji apa? Cepet!"

"Lo hari ini gak boleh bolos."

Mendengar permintaan Younghoon, Juyeon benar-benar muak. "Kenapa sih? Cepetan kasih tau gue lo dimana?!" Ia berteriak.

Bahkan guru yang akan mengajar di kelasnya pun sudah datang dan berjalan menuju ke arahnya yang masih berdiri di luar kelas. Juyeon tidak menghiraukannya dan berjalan tergesa melewati sang guru di hadapannya. Alisnya menukik, air mukanya benar-benar tidak enak untuk dipandang. Sang guru yang melihat Juyeon menjauh hanya bisa menghela nafas, kemudian masuk ke dalam kelas.

"Nanti gue kasih tau setelah pulang sekolah. Kalo lo bolos, gue gak bakal kasih tau." Ancam si manis.

"Gila! Gue khawatir tau gak, Hoon!"

"Janji deh nanti gue kasih tau. Pokoknya kalo lo gak absen hari ini."

Juyeon hanya bisa mengusak dan menarik rambutnya dengan kasar. Ia tidak tau harus bagaimana lagi. Sekarang ia berada di anak tangga dekat jendela.

"Arrgghhh!! Tapi lo gak papa kan?"

"Iya, gue gak papa. Udah sana masuk kelas. Nanti kalo udah pulang, lo telfon gue lagi." Bahkan suara Younghoon benar-benar tenang setelah mendengar teriakan Juyeon di seberang telepon.

"Beneran kan lo gak papa? Gue khawatir, Hoon..." Nadanya melemah di akhir. Tubuhnya merosot ke lantai dengan masih memejamkan matanya dan menarik rambutnya yang sudah benar-benar berantakan. Nafasnya memburu tak karuan. Bahkan jika ia saat ini tidak memejamkan matanya, bisa saja air matanya menetes keluar dengan perlahan.

Strawberries & Cigarettes; bbangjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang