"Izana..? Halo?"
Lelaki itu meremat ponselnya dengan kencang, merasa sedikit frustasi.
Disebrang sana, lelaki surai putih terheran-heran. Tumben sekali lelaki berkacamata itu menelponnya. Apakah ada hal genting sehingga ia terdengar panik seperti itu?
"Halooo? Kisaki? Ada apa?" Jawabnya dari sebrang telepon. Saat suara itu terdengar ditelinganya, Kisaki sedikit tersentak.
"Aku butuh bantuanmu." Balasnya dengan nada yang agak ragu. Jujur, Kisaki sangat malu untuk menanyakan tentang hal semacam ini. Namun, mengingat Izana agak berpengalaman, mungkin lelaki cantik itu bisa membantunya.
Kembali dengan keadaan Izana. Lelaki itu lantas mengerutkan alisnya heran. Tumben sekali Kisaki butuh bantuannya. Terakhir yang ia ingat, Kisaki hanya pernah meminta bantuannya sekali, itupun perihal olimpiade matematika dan sains satu tahun yang lalu.
Izana tersenyum tipis. "Maaf Kisaki, tapi kalau kau menanyakan tentang rumus matematika, aku tidak bisa menjawabnya sekarang! Aku sedang diluar bersama Kakucho." Tuturnya, nada suaranya terdengar sedikit bersalah.
"Ah, bukan tentang itu.. sebenarnya ini masalah yang sedikit konyol." Balas Kisaki cepat.
"Lantas?"
Kisaki sedikit berkeringat. Bibirnya bergetar antara ragu dan malu. Namun ia memilih untuk menepis gengsi untuk kali ini, dan akhirnya ia berhasil untuk berbicara mengenai masalahnya.
"Izana. Apa kau tahu bagaimana cara bersikap baik saat berkencan dengan seseorang?"
Setelah Kisaki mengungkapkan hal itu, Izana secara tak sengaja tersedak oleh minumannya. Samar-samar Kisaki dapat mendengar nada suara kekasih Izana—Kakucho—yang tampak khawatir.
Apakah dirinya menyebabkan masalah?
"Oh maaf aku menganggu waktumu dengan pacarmu–"
Kisaki hendak memutuskan panggilan, namun dengan tiba-tiba Izana berteriak dengan keras ditelinganya.
"TIDAK TIDAK! tidak apa-apa kok Kisaki! Kita teman bukan? Terlebih– kau berkencan? Kisaki Tetta??? Apa aku tidak salah mendengar?"
Untuk pertama kalinya, Kisaki tersipu malu.
"Kau tidak salah mendengar." Ujarnya pelan. Kemudian Izana melepaskan tawa riangnya dari sebrang telepon.
"Hmm hmm kalau begitu.. dengan siapa kau berkencan huh?" Izana menambahkan jeda disela kata-katanya. Meninggalkan Kisaki yang terdiam seribu bahasa.
"Orang yang baru-baru ini dekat denganmu.. ah masa sih. Masa kau berkencan dengan Hanma Shuji?"
Hening.
Kisaki menghela nafasnya berat.
"Iya."
***
Entah.
Kisaki tidak tahu mengapa ia mengiyakan ajakan lelaki bak tiang itu dua hari yang lalu begitu saja dengan mudahnya.
Jujur, otaknya memang menyuruhnya untuk berkata tidak, namun siapa sangka bahwa hatinya malah berkata hal yang sebaliknya.
Ia juga tidak mengerti.
Kisaki jelas-jelas bukanlah orang yang selalu mengambil keputusan berdasarkan perasaan hatinya, ia memang lebih sering memilih logika jika ia ingin memutuskan sesuatu.
Namun untuk kali ini dan untuk yang pertama kalinya, hatinyalah yang menang.
Sebab, ketika pemuda itu mengajaknya dengan senyuman riang diwajahnya, ia seolah tak bisa menolak.

KAMU SEDANG MEMBACA
colourful | hankisa
Fanfiction" just by interacting with you, by the time I realise it, this world becomes colorful, as if flowers are blooming. " ; love letter - yoasobi status : [ COMPLETED ] warn ; cliché written in INA language. © tokyo revengers and all characters belongs...