Happy reading ❤️
___________________
Pagi yang cerah, matahari seakan begitu semangat menampakkan dirinya. Burung-burung berkicau dan terbang mencari makanannya. Semua orang orang melakukan aktivitas mereka masing-masing.
Kupu-kupu terbang di taman rumah Aira yang penuh dengan Tanaman. Aira mancur membuat taman itu sangat indah di mata dan nyaman.
Alvaska, Papa Aira terduduk di kursi teras rumahnya yang mewah bak istana dengan tenang menikmati aktivitas paginya, yaitu membaca koran sambil meminum secangkir kopi.
Aira keluar dari rumah dengan pakaian santai, mendudukkan bokongnya di kursi satunya lagi.
"Pa," panggil Aira, dia ingin membicarakan sesuatu hal yang sangat penting untuk masa depan seperti yang di inginkannya.
"Hmmm," balas Alvaska tanpa menoleh dari koran di tangannya.
"Besok Aira akan pergi ke Jepang, untuk melakukan tugas yang sangat penting bagi Aira." Jelas Aira the point.
"Papa sih tidak masalah, tapi bagaimana dengan perjodohan ini? Papa tidak mau membatalkannya." Balas Alvaska, meletakkan koran dan fokus dengan pembicaraan ini.
"Aira tidak bilang kalau tidak mau di jodohkan, tapi pria yang papa jodohin itu mau tidak sama Aira. Soalnya, dia itu kenal dengan Aira. Jika tahu tentang siapa Aira sebenarnya, dia pasti bakal marah besar. Karena telah membohonginya, pasti Aira yakin dia bakal marah besar kalau tau soal ini." Jelas Aira panjang lebar.
"Lagi pula, Aira tidak mau nikah di umur segini. Masih banyak yang ingin Aira lakukan." Sambung Aira.
"Haa ...," Alvaska mengeluarkan napas kasarnya mendengar penjelasan anaknya yang panjang lebar.
"Itu keputusan dia, papa juga tidak memaksanya. Dan papa juga tidak mau menikahkan anak kesayangan papa ini secepatnya, papa akan memintamu waktu beberapa tahun. Kalau mereka tidak setuju, ya papa tidak masalah."
"Papa juga mengerti apa yang di inginkan putri kesayangannya papa ini." Sambung Alvaska panjang lebar.
"Makasih pa,"
***
Pukul 20:16 wib.
"Kita akan sampai dirumah teman papa, jadi papa mohon jangan membuat ulah lagi. Papa sudah memilih calon terbaik buatmu, mengerti." Ujar Papa Farel sambil menyetir mobil mewahnya.
"Hemm," balas Farel malas, ia sibuk memperhatikan luar jendela, sedangkan Mama farel hanya bisa diam melihat anaknya itu.
Di belakang mobil mereka, sebuah mobil mewah juga mengikuti mobil keluarga Farel. Mobil itu berisikan, marchel, Dion dan Delia. Mereka bertiga di undang oleh Mama Farel.
Wajah farel tiba-tiba berubah binggung, mobil itu menuju kearah rumah Aira. Karena ia pernah berkunjung ke rumah Aira dua kali.
'Bukankah, arah ini menuju ke arah Aira.; Batin Farel bertanya-tanya.
'Mungkin hanya searah; sambungnya mengeluarkan napas kasarnya.
Mobil mulai dekat dengan rumah Aira dan Farel hanya bisa diam tidak bisa berkata-kata apa. Mobil Mereka melewati rumah Aira dan mobil mulai pelan melaju. Mobil mereka memasuki rumah mewah, mobil berhenti.
Mereka semua turun dari mobil mereka, mereka takjub dengan arsitektur rumah tersebut dan taman yang sangat nyaman.
"Wih! Kalah sama rumah kita, pasti pengusaha besar ini." Ucap Dion terkagum-kagum.
"Iya, kenapa tidak aku saja yang di jodohin sama anak pemilik rumah ini." Tambah marchel.
"Kalau bos gak mau di jodohin, aku siap mengantikan bos." Tambah Dion tanpa dosa di depan mama dan papa Farel, sedangkan orang tua Farel hanya tersenyum.
"Diam, kalian bikin malu aja tahu," gerutu Delia kesal dan malas.
"Bisa-bisanya kalian berkata seperti itu di depan papa dan mama farel," sambung Delia.
"Sudah-sudah, ayok kita masuk pasti mereka sudah menuju kita." Ajak papa Farel.
Mereka berenam pun melangkah masuk ke dalam rumah, mereka juga tabjuk dengan isi barang-barang di dalam rumah mewah itu. Banyak Foto yang sangat mahal terpanjang di dinding rumah.
"Akhirnya kalian datang juga," ucap Alvaska menyambut kedatangan mereka, orang tua Farel hanya membalasnya dengan senyuman.
Yap, ternyata Farel akan di jodohkan dengan Aira. Apa yang terjadi jika Farel tahu siapa calon istrinya.
"Silahkan duduk, anggap saja ini rumah sendiri." Sambung Alvaska.
Mereka semua duduk di sofa ruang tamu yang sangat besar itu.
"Oh iya, Farel, ini teman papa. Namanya pak Alvaska, yang akan menjadi papa mertua kamu." Ucap Papa Farel memperkenalkan calon besannya nanti.
"Farel om," dengan terpaksa Farel tersenyum, Alvaska membalas dengan senyuman juga.
"Dan Ini Marchel, Dion dan Delia. Mereka adalah teman-temannya anak kita berdua." Ujar Papa Farel memperkenalkan mereka bertiga, bertiga berempat melogo mendengar teman anaknya pemilik rumah bak Istana ini.
"Teman? Kami tidak punya teman cewek selain Delia dan Aira pa," Terang Farel.
"Iya om," sahut mereka berempat.
Mereka bertiga tersenyum mendengar penjelasan Farel dan teman-temannya.
"Axel!" Panggil Alvaska kepada Axel yang berada di lantai dua.
"Oke pa," balas Axel di atas.
"Axel?" Mereka berempat jadi binggung.
"Bukannya Axel saudara Aira ya?" Bisik Dion kepada mereka bertiga.
Mereka semua tiba-tiba jadi deg-degan dan di tambah dengan kebingungan di antara mereka.
Mereka berempat berdiri dari tempat duduknya, mereka melogo melihat siapa yang turun dari tangga yang mewah itu.
Seorang perempuan cantik dengan gamis dan hijab yang sangat mewah berwarna putih tulang dengan hiasan mewah lainnya. Perempuan itu di papa oleh Axel di sampingnya dengan pakaian tosedo hitam yang membuat dirinya sangat tampan.
Aira dan Axel kini berusia di hadapannya mereka semua, sedangkan mereka begitu terkagum-kagum dengan kecantikan calon istri Farel.
"Axel, kamu Kenapa di sini? Airanya mana? Terus kenapa kau di rumah ini?" Tanya Farel beruntun-runtun, Orang tua mereka berdua terkekeh. Bergitu juga dengan Axel, sedangkan perempuan itu tidak bereaksi apa-apa.
"Ya bisalah, kan ini rumahku dan pak Alvaska itu papa aku." Jelas Axel terKekeh.
"Dan perempuan yang sangat cantik ini Aira," Sambung Axel mencubit pipi Aira, Aira menatap tajam kakaknya itu.
"Apa!" Mereka berempat terkejut dan tidak percaya kalau perempuan yang sangat cantik di samping Axel itu Aira.
"Pa, aku ingin berbicara dengan mereka sebentar di taman. Boleh!" Pinta Aira dengan wajah datar dan dingin.
"Hmmm, boleh." Balas Alvaska.
"Kalian ikut aku," ucap Aira kepada mereka berempat.
"Kak Axel," lirih Aira kepada kakaknya, Axel mengerti dan memapah adiknya keluar karena baju yang di pakai Aira terlalu berat dan memakai hak tinggi.
Aira dan Axel melangkah lebih dulu, mereka berempat terdiam di tempatnya tidak bisa berkata-kata apa-apa.
"Kalian perlu berbicara, jadi papa ijinkan." Jelas Papa Farel.
Mereka berempat tersadar, kemudian mereka melangkah mengikuti Aira dan Axel.
Bersambung ...
Satu bab lagi tamat😘
Maaf lama up, soalnya lagi banyak kesibukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aira The Masked Killer 1 ( END )
RomanceAku bukan pyschopath tapi Membunuh orang bukan keinginanku. Tapi itu lah yang terjadi denganku jadi seorang pembunuh bertopeng.