**
Aku, Clarissa dan Stefan kini berada disuatu pestival ditengah alun-alun kota tepatnya yang diadakan di sebuah taman besar Los Angles. Stand-stand makanan serta arena permainan dari mulai roller coaster, komedi putar dan segala jenis arena permain tampak dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menaikinya.
Clarissa terlihat senang ketika Stefan mengajaknya bermain komedi putar. Aku menggeleng tak menyangka ketika sosok dingin Stefan ternyata memiliki sifat hangat. Terbukti ketika Stefan berhasil membuat Clarissa tertawa senang, berteriak gembira akibat dari perbuatannya. Aku tahu jika Stefan telah menganggap Clarissa seperti adik kandungnya sendiri.
“Ka Yuki, kemarilah”
Aku mengangguk lantas melangkah mendekati Clarissa dan Stefan yang kini mengantre untuk menaiki arena roller coaster.
“Bagaimana jika kita bertiga menaiki arena permainan ini?”Tukas Clarissa semangat.
“Apa kau yakin?” Tuturku ragu. Jujur aku takut dengan ketinggian.
“Apa kau takut? Cih, dasar manja” Cela Stefan membuatku tergugu. Apa aku harus ikut? Tapi aku takut. Melihat kediamanku Stefan memicingkan matanya kearahku.
“Yasudah, Clars. Lebih baik kita berdua saja, sepertinya dia takut” Sahut Stefan yang mulai berjalan mendekati arena. Aduh, bagaimana ini. Dengan langkah pasti aku mulai mengejar Stefan dan Clarissa yang akan menaiki roller coaster.
“Baiklah aku akan ikut naik, Tunggu” Dengan gugup aku ikut menaiki roller coaster. Aku memilih duduk ditengah dan kini aku diampit oleh Stefan dan Clarissa. Wajah Clarissa terlihat semangat berbeda denganku yang mulai panas dingin. Ya Tuhan lindungi aku. Doaku dalam hati.
“Jika kau takut, kau bisa memelukku” Stefan berbisik ditelingaku, dan ketika kerata roller coaster ini melaju teriakan histeris membahana membuatku sontak terpikik dan langsung memeluk Stefan erat. Sungguh, aku takut.
Teriakakn histeris semakin terdengar memekakan telinga ketika jalan mulai menanjak dan menurun menghempaskan tubuh kita masing-masing. Aku mendengar suara teriakan Stefan dan Clarissa diikuti dengan para penaik lainnya. Membuatku semakin memucat dan semakin mengeratkan pelukanku pada Stefan.
Mendesah pelan kerata roller coaster mulai berhenti membuat para penaiki langsung tertawa cekikikan. Berbeda denganku yang masih ketakutan meringkuk dalam dekapan hangat Stefan. Tubuhku gemetar, nafasku memburu, dan jantungku berdetak kencang.
“Ka Yuki are you ok?” Aku mengangguk lemah ketika mendengar Clarissa menanyakan keadaanku. Dengan perlahan aku melepaskan pelukanku dari Stefan yang kini memandangku dengan sorot mata khawatir.
“Kau sungguh baik-baik saja?”Tanya Stefan.
“Yeah, hanya sedikit takut”Tukasku jujur dan sedikit tertawa mencoba menyakinkan Stefan dan Clarissa yang sedari tadi memandangku khawatir. Stefan membantuku berdiri dan keluar dari arena roller coaster diikuti dengan Clarissa yang kini menggandeng tanganku.
“Sebaiknya kita pulang” Ujar Stefan lagi. Clarissa terlihat cemberut ketika Stefan mengatakan pulang.
“Tapi ka Stefan, bisakah kita disini satu jam lagi. Please” Clarissa mengatupkan kedua tanganya memohon, wajah cantiknya terlihat polos dan menggemaskan ketika sedang memohon. Aku mengangguk ketika Stefan memandang kearahku meminta pendapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY GIRL
Teen Fiction"Tidak ada yang mau menjadi kekasih kedua hanya gadis bodoh saja yang mau" sayangnya itu aku.. Gadis bodoh yang mau dijadikan kekasih kedua. --YUKI CRISTAL. "Saat melihatnya pertama kali, aku jatuh pada pesonanya!" --STEFAN WILLIAM. "Aku yakin jika...