• Empat

6K 792 601
                                    


...

"KEEIIIJIIHHH... DIMANA CELANAKU?" tanya Bokuto panik, pasalnya di hari Senin yang indah ini bisa-bisanya ia terlambat datang ke kantor. Mana ada rapat penting dengan client pula.

"...."

"KEEIIIJIIIIHHHH...." panggilnya sekali lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari pasangannya.

"Kenapa?? Ada apa bang??" tanya Akaashi menghampiri sang suami yang masih berada di kamar mereka. Ia memperhatikan Bokuto dari atas ke bawah, "Kenapa abang masih pakai celana tidur?"

"Itu masalahnya sayang.." sahut Bokuto, "Aku dari tadi nyari celana nggak ketemu. Apa jangan-jangan celana aku udah temenan sama kolornya Konoha dan diajak terbang bareng?! Aaarghh.. celana kain akuuuuu..."

Pria bernama Bokuto itu pundung, terlihat dari surainya yang mulai melengkung ke bawah. Bahkan kekuatan pomade pun akan kalah dengan gravitasi pundung yang dimiliki oleh suami dari Bokuto Keiji ini. "Padahal itu celana baru beli kemarin, tapi kenapa?? Kenapa harus hilang sekarang?? Huhuhu..."

Akaashi mendekat pada Bokuto yang sudah meringkuk di pojokan kamar, "Kita cari dulu ya bang?! Jangan berprasangka dulu sama bang Konoha.."

"Tap-tapi Keiji, kolornya dia kan emang meresahkan. Minggu kemarin aja habis ngajakin sempaknya pak Ukai jalan-jalan"

"Bang..." Akaashi berjongkok dan mengusap surai Bokuto, "Kita cari dulu oke?! Pasti nggak jauh dari sini kok. Kemungkinan besar celana abang cuman nyelip aja"

"Aku yakin tiga ratus lima puluh persen pasti kolor Konoha yang jadi pelakunya"

Akaashi lagi-lagi menghela nafas, "Ayo dicari dulu atuh bang"

"Huaaaaa..." Bokuto yang awalnya meringkuk kini berubah menjadi power rangers pink- eh?! Bu-bukan anjir, maksudnya berubah menjadi bergulung-gulung ria di lantai.

"Banggg.. jangan gini lah" seru Akaashi.

"Huaa.. celanaku..." Bokuto tak menggubrisnya dan terus asyik bergulung ria.

"BANGG!!!" Akaashi akhirnya esmosi juga dan dengan sekuat tenaga kuli (tapi masih kuatan Iwaizumi) ia menarik surai Bokuto, "JANGAN GINI IH DASAR BURHAN JADI-JADIAN!!!"

"Eh?!" Bokuto cengo, "K-Keijiihh.."

"Eh?!" Akaashi ikut cengo dan jadilah mereka saling adu cengo sekarang, "Eh.. m-maaf bang. M-maksud aku nggak gitu"

Bokuto bangkit dari posisinya, "Tidak apa-apa Keiji. Aku sadar diri kalau diriku ini memang burung hantu jadi-jadian"

Ia berjalan menuju lemari pakaian mereka dan meraih sebuah koper yang tersimpan di bagian bawah. Mengambil beberapa potong baju, kolor, kaos singlet serta sempak dan memasukkannya ke dalam koper.

"Lho kok?! Abang ngapain? Abang mau pergi kemana??" tanya Akaashi panik.

"Biarkan aku pergi Keijih, aku ingin merantau ke arah Tenggara untuk mencari kitab suci" sahut Bokuto.

"Hah?!"




"Duh Gusti, drama apalagi ini? Hamba capek kalau tiap pagi selalu disuguhi drama terus" batin cicak yang nangkring di pojokan kamar.




Akaashi berjalan menghampiri Bokuto dan menghentikan aktivitas pria itu, "Abang tega mau ninggalin aku sendirian?"

Bokuto menggeleng dan menatap sang istri, "Sebenarnya aku juga tidak ingin. Tapi ini harus aku lakukan Keijih, ini demi celanaku. Aku harus mendapatkan kitab suci itu.."

Komplek Perumahan Pak Ukai -HQ-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang