part 21

83 13 0
                                    

"Mbak Hil mbak Hil...deg-deg an banget tau" Asna mendekati Hilya membuka percakapan

"Kenapa to As ? Mau kecebur kolah ?" Tanya Hilya santai sambil menutup mushaf Al-Qur'annya

"Tadi aku papasan sama kang Hafidz di pasar waktu beli sayuran mbak...tau nggak mbak dia senyum gitu" Asna dengan penuh semangat menceritakan kejadian di pasar tadi pagi

"Ya terus ? Kan emang biasanya Hafidz gitu, suka senyum suka tiba-tiba manggil, nggak peduli didepan ndalem juga" jawab Hilya menjelaskan kebiasaan Hafidz

"Tapi ganteng ya mbak...subhanallah banget gitu orangnya"

"Yelahh...biasa aja sih sebenernya, cuma sering kesel aja kalo tiba-tiba manggil nggak tepat pada tempatnya"

Mendengar jawaban terakhir Hilya, Asna mulai berfikir
"Emang iya ? Perasaan sering papasan sama kang Hafidz pas lagi barengan sama mbak-mbak tapi nggak pernah tuh manggil nama"

Seperti biasa setiap hari senin ngaji bareng di musholla putra, ketika Abah Yai sudah rawuh(hadir) semua santri diam dan menata duduk nya dengan sopan

"Assalamu'alaikum wr.wb" Abah mengucapkan salam dan membaca surah Al-Fatihah ketika memulai ngaji kitab

"Wa'alaikunsalam wr.wb"

Ngaji kitab biasanya berlangsung selama 1 jam, di pertengahan Abah dawuh(berbicara) ada kata-kata yang mengingatkannya

"Manusia itu diciptakan saling berpasangan, jangan takut nggak dapet pasangan kang, mbak. Rencana Allah itu lebih adil se-adil adilnya, nggak ada yang buruk untuk hambanya semua yang hilang akan Allah ganti,
Buat kang santri kalo udah ada mbak santri ya jangan cari pengganti, orang cantik-cantik sholihah calon bidadari surga-Nya Allah kok mau ditinggal ?"

Semua berucap "Aaminn" sambil tertawa.

"Jadi kalo udah ada mbak santri ya jangan cari pengganti, santri itu kalo bisa nikahnya juga sama santri, ya semoga saja santri disini jodohnya juga disini, semoga ngajinya juga tambah istiqomah, barokah aaminn" Abah yai mendo'akan para santrinya, dan diamini oleh semua.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh"

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh"

"Maula ya sholli wasalimda iman 'abada 'ala habibika khoiri..." Sholawat wajib ketika ngaji kitab selesai.

"Mbak Hilyong mbak Hil..."
Hilya menoleh kebelakang, dan didapati Hafidz sedang meringis ke arah nya, dengan wajah kesalnya ia menggerutu ke arah mbak Aida

"Hafidz itu ndak bisa ya kalo diem ? Nggak malu emangnya manggil-manggil pas banyak temen gini ? Harus ditegur kayaknya lain kali"

"Biarin aja, kalo nggak ada Hafidz kamu bakal kesepian kayaknya" ledek mbak Aida sambil mengarahkan jari telunjuknya ke hidung Hilya

"Huhh...kan nggak enak mbak, dikira ada apa-apa lagi"

"Alahh ada apa-apa juga ndak masalah"

Begitulah Hafidz setiap melihat Hilya, sebenarnya tidak ada yang ia sampaikan tapi sepertinya memanggil Hilya sudah menjadi kebiasaan.
Hilya semakin merasa canggung dengan Asna karena setiap kali Hafidz memanggil Hilya tatapan Asna berubah seketika, seperti ada perasaan kecewa, dan ia paham betul bagaimana rasanya

"Cuma manggil biasa Na, kamu tenang aja" ucap mbak Aida menepuk pundak Asna

"Hehe...kenapa enggak ? Aku juga bukan siapa-siapanya kok mbak" jawab Asna sambil tersenyum tipis

Kisah Cinta Santri Itu Indah(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang