Allahuakhbar allaahuakhbar...
Suara adzan dhuhur berkumandang sudah saatnya bergegas untuk antri wudhu bagi yang baru bangun tidur.
Untuk hari ini Hilya tidak tidur dengan alasan ia ingin menghabiskan waktunya untuk nderes.
Saat adzan sudah selesai dikumandangkan Hilya menata pembatas yang bentuknya tidak beraturan itu, ia pikir kang santri belum ada yang hadir di musholla.
Hilya langsung pergi ke tempat jama'ah santri putra untuk mengambil Al-Qur'an yang tertinggal di etalase."Ngeekkk"
Suara pagar terbuka, Hilya segera pergi meninggalkan tempat jama'ah putra tapi langkah kang Hafidz lebih cepat dari Hilya
"Gubrakkkkk"
Hilya menabrak pembatas dan Al-Qur'annya jatuh.
"Astaghfirullah hal 'adzim""Pelan-pelan saja mbak...ahaha" ucap Kang Hafidz
"Eeehhhh...mbak Helyong nya kang Irsyad"
"Huhhh...dasar sembarangan" dengus Hilya
"Mbak...itu lo ada yang ketinggalan"
(Tidak ada respon dari Hilya)
"Lahhh...dikasih tau malah diem aja, ya udah"
Hilya tergolong cuek dengan kang santri yang tidak terlalu ia kenal, baginya kang Hafidz itu terlalu bar-bar.
Hilya menggelar sajadahnya untuk sholat sunah, ditempat yang sama dan di shaf yang sama kang Hafidz juga menggelar sajadahnya didekat pembatas, gerakan mereka pun bersamaan dari awal hingga akhir, mbah Aida yang sedari tadi memperhatikan gerakan mereka dari teras yang terhalang jendela itu tersenyum, bagaimana bisa mereka berdua sekompak itu."Ehm...barengan nih ye ceritanya" ucap mbak Aida.
"Apanya mbak ?" Tanya Hilya bingung
"Sholat sunah bareng Hafidz"
"Udah deh mbak...ndak usah sembarangan, males aku dengernya"
"Ntar cinta lagi ? Ehm ehm..."
"Terserah mbak lah..."
Hilya memang tidak terlalu menghiraukan ejekan dari teman-temannya, karena pada dasarnya benih-benih cinta itu sudah tumbuh teruntuk kang Irsyad, yang selama ini baik, sholeh dan rajin. Hilya sudah tidak berusaha menoleh kepada lelaki lain, ia pun berdo'a semoga apa yang Hilya harapkan bisa terkabul.
"Mbak..." Kang Irsyad
"Dalem ?" Hilya
"Ada nasi ndak ? Kang santri lagi laper nasinya habis mbak"
"Ya Allah...bentar kang tak cek dulu ya" Hilya berlari ke dapur
"Ini kang...adanya tinggal sedikit, semoga cukup nggih"
"Enggih mbak...makasih banget"
"Enggih kang sama-sama"
Bagi santri lapar itu sudah tidak asing, kehabisan bahan makan pun sudah menjadi hal yang biasa namun, masih ada kesempatan untuk saling membantu. Walaupun dipondok itu sangat menjaga agar tidak ada pertemuan antar santri putra ataupun putri itu sangat sulit jika satu lokasi, mereka tetaplah keluarga yang harus hidup berdampingan dan saling membantu.
"Dimana ada mbak Hilya
, disitu pasti kang Irsyad muncul" kata isty meledek"Hmm...sehati kita itu, hehehe"
"Yelah tu...dua sejoli"
"Ndak kok...bercanda, kebetulan aja"
"Kebetulan beruntun kalau ini namanya"
"Ndak papa...hehehe"
"Sebenarnya yang sampean suka dari kang Irsyad itu apa sih mbak ?" Tanya salsa tiba-tiba
"Ehehe...ndak tau aku Sa. Sekedar mengagumi kerendahan hatinya & sifat lembutnya" jawab Hilya sepenuh hati
"Perasaan kang Irsyad itu biasa aja mbak...jangan terlalu berlebihan sampean, hehe"
"Ndak kok Sa...aku juga biasa aja, sekedar mengagumi kok...nggak lebih"
"Hmmm...iyadeh"
Ternyata dibalik semua perkataan Salsa, ia juga sedang dekat dengan kang Irsyad. Hilya tidak mengetahui apa-apa tentang kedekatan kang Irsyad dengan Salsa. Saat liburan bulan maulud tiba semua santri pulang karena pondok diliburkan suasana yang begitu menggembirakan, inilah pertemuan berharga antara seorang anak dengan orang tuanya untuk menghabiskan waktu liburan dengan keluarga. Saat liburan Hilya diajak oleh ayah kerumah pamannya. Ketika diperjalanan Hilya melihat ada masjid yang subhanallah luar biasa megahnya, ia meminta kepada ayahnya untuk mampir sejenak.
Hilya masuk kedalam masjid tersebut dengan adiknya Lia."Subhanallah...indah banget dek, mbak pengin sholat dhuha dulu deh"
"Mbak Hilya sholat aja dulu...Lia bilangin sama ayah ini"
"Oke deh...ajak ayah sama ibu buat sholat sekalian aja"
"Seapp"
Hilya menuju tempat wudhu perempuan dan ternyata Hilya salah jalan, seharusnya ia lewat samping kanan masjid tapi justru lewat kiri.
Hilya harus melewati tempat wudhu laki-laki. Rasa malu tak tertahan Hilya sedikit berlari-lari kecil hingga tanpa di sengaja Hilya menabrak seorang pria dengan keras pada saat pria itu menurunkan lipatan lengan bajunya setelah wudhu."Bruuukkk"
"Astaghfirullah...aduh batal" kata pria itu
"Ya Allah...maaf nggih, ndak sengaja"
"Nggih ndak papa mbak (jeda)
Loh...mbak Hilya""Ehh...kang Irsyad ? Kok disini ?
"Enggih mbak...kebetulan lewat terus mampir"
"Ayo mampir ke gubugku mbak"
"Hmm...kok gubug to ? Enggih kang, insyaAllah kapan-kapan"
"Sekarang lo mbak...mumpung liburan, biar ada santri putri yang tau rumah saya"
"Rasanya ndak enak kang kalau semisal saya kerumah kang Irsyad, kurang pantas rasanya kalau perempuan ke rumah laki-laki"
"Ohh...apa saya aja yang kerumah sampean ?"
"Hehe...monggo kalau sampean berkenan, tapi jangan sekarang kang"
"Sekarang saja gimana mbak ? Sekalian sampean pulang saya bareng"
"Sampean kok sembarangan kang...nanti saja kalau sudah pulang dari pondok"
"Kelamaan mbak..."
"Tunggu masanya kang" Hilya berkata sambil meninggalkan kang Irsyad.
"Sampean tunggu saya dan keluarga datang kerumah, saya janji untuk hal itu"
"InsyaAllah saya coba kang...kita tunggu pembuktiannya"
Kabar terakhir yang Hilya dapatkan dari kang Irsyad adalah pertemuan di masjid tersebut.
Selama liburan pondok tidak ada kabar sedikitpun dari kang Irsyad, Hilya pun tak berani menanyakan kabar terlebih dahulu.
Hilya mencoba memahami keadaan, mungkin memang kang Irsyad sibuk, mungkin urusannya bukan hanya untuk Hilya, bukan hanya tetang Hilya.
Untuk satu hari dua hari Hilya bisa memahami dan mengerti namun untuk seterusnya rasanya sudah tidak mungkin, banyak status kang Irsyad muncul hampir setiap jam nya, apakah dia lupa dengan Hilya ? Ataukah ada wanita selain Hilya ?
Kata itu selalu muncul dibenak Hilya."Aku ini siapa baginya ? Aku bukan siapa-siapa, lalu kenapa aku mengekang pikiranku untuk terus memikirkan nya ? Tidak ada hal lain kah yang lebih penting dipikirkan selain dia ? Apakah aku salah jika menaruh rasa ? Padahal aku seorang santri yang seharusnya mengerti akan batasan sebuah harapan, tentang berhenti mengharap cinta dari seorang laki-laki yang juga manusia biasa ? Apakah santri tidak boleh punya rasa cinta ? Tapi santri juga manusia biasa yang bisa mencintai lawan jenisnya...dan itu wajar saja".
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta Santri Itu Indah(END)
Cerita PendekAzizah Hilyatun Nisa, perempuan yang akrab disapa Hilya. Mengisahkan tentang kehidupannya sebagai Mbak santri kalong yang mencintai Kang santri mukim yang bernama Muhammad Irsyad yang kemudian cinta itu bertepuk sebelah tangan💔 hingga pada akhirnya...