SATU.

149 30 23
                                    

_ADHINATH_

Seorang anak laki-laki tengah duduk di kursi taman dengan seikat bunga mawar digenggaman tangannya.

15 menit sudah dirinya menunggu, tapi orang yang ditunggunya belum datang juga. Rintikan hujan mulai membasahi tubuhnya tetapi anak laki-laki itu tetep setia menunggu.

Tak lama seorang gadis cantik datang membawa payung menghampiri anak laki-laki itu.

"Aluna." pangil laki-laki itu, melebarkan senyumannya.

Gadis yang bernama Aluna tersebut, hanya diam menunduk memandang sepatunya yang mulai dibasahi air hujan sesekali melirik ke anak laki-laki tersebut.

"Luna hey kenapa, ada masalah?" tanyanya kembali laki-laki itu yang bernama Adhinath Erlangga W.

"Ayo kita putus!"

Adhinath menatap Aluna bingung kenapa tiba-tiba Aluna memintanya untuk putus, padahal di antara keduanya sedang tidak ada masalah.

“Loh kenapa Na?” Tanya Adhinath bingung.

Aluna hanya terdiam menunduk, kini air matanya mulai membasahi pipinya dirinya tidak kuasa membendung air matanya.

Dari arah seberang terlihat seorang laki-laki sedang berdiri memandang ke arah Adhinath dan Aluna, dengan payung hitam diatasnya.

“Beby, cepatlah.” ucap laki-laki tersebut

Adhinath memandang ke arah laki-laki diseberang. Lalu kembali memandang ke arah Aluna.

“Dia siapa Na?” tanyanya seraya mencengkeram pundak Aluna dengan tangan kekarnya.

Aluna tetep diam mematung tidak menjawab pertanyaan Adhinath.

"DIA SIAPA ALUNA JAWAB!!" teriak Adhinath tepat di depan wajah Aluna.

"Dia calon suami ku." balasnya dengan terisak-isak.

Adhinath menatap Aluna tidak percaya, kalo laki-laki diseberang itu adalah calon suami pacarnya.

Seketika Adhinath menjatuhkan bunga mawar yang seharusnya diberikan kepada Aluna.

"Aluna, ayo kita pulang." ucap laki-laki kembali mengajak Aluna agar cepat-cepat pulang.

Aluna mengiyakan ucapan calon suami nya dan mulai meninggalkan Adhinath yang masih menatapnya dengan penuh kekecewaan.

“Maafin Luna Nath, Luna terpaksa.” batin Aluna.

_ADHINATH_

Adhinath kini sudah berada dirumahnya, dirinya memasuki rumah tersebut dengan kondisi basah kuyup.

Saat Adhinath  hendak berjalan menaiki tangga menuju lantai atas kamarnya, langkahnya terhenti ketika mendengar suara dari ayahnya.

"Dari mana aja kamu?" Tanya laki-laki paruh baya bernama Wisnu. Yang tengah duduk di sofa dengan koran ditangannya.

Adhinath tidak menjawab pertanyaan dari ayahnya, dirinya malah melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.

"ADHINATH!” bentaknya  “Kamu ini kaya nggak punya sopan santun sama orang tua. Kalau orang tua nanya tuh dijawab. Punya mulut gak sih kamu.”

Adhinath memberhentikan langkahnya, lalu membalikkan badannya menatap kearah ayahnya.

Adhinath menghela nafasnya “Dari luar.” ucapnya.

"Jam segini dari luar? Ngapain aja kamu diluar, bukannya belajar kaya Leon.”

Adhinath memutar bola matanya malas ke arah ayahnya.

"Leon lagi, Leon lagi. Banggain ajaa terus." Balasnya, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar dan membanting pintu kamar dengan sangat keras.

Seorang wanita paruh baya, keluar dari area dapur dengan membawa secangkir kopi di tangannya.

“Ada apa ini? Kamu ribut lagi sama Hinath mas.” tanya wanita paruh baya tersebut bernama Ayu.

“Bilangin sama anak kamu itu, suruh belajar sopan satun.” ucap Wisnu disertai melempar korannya ke meja kaca yang berada di dekatnya.

Wisnu mulai beranjak dari duduknya, dan mulai berjalan meninggalkan Ayu yang masih terdiam.

“Mau kemana kamu mas?” tanya Ayu

“Tidur.” ucapnya ketus

“T-api kopi nya.”

“Buang aja.”

Ayu terdiam sejenak, menghela nafasnya panjang. Dirinya sudah biasa menerima perlakuan seperti itu dari suaminya

“Sampai kapan kamu seperti ini terus mas." Gumam Ayu, menatap sendu kepergian suaminya.

Bersambung...

Halo semoga suka ya:)

Adhinath & SalmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang