Raka menstarter motornya, hari ini ia akan mengantar Aura dengan vespa yang sudah dimodifikasi tentunya. Setelah motor menyala, tanpa instruksi lagi Ara naik ke atas motor Raka dengan posisi menyamping.
"Bang... lo tau kan soal semalem?," Aura memecah keheningan antara ia dan abangnya saat di perjalanan.
"Apa si yang gue ga tau," balas Raka.
"Iya deh yang serba tau," Aura mengiyakan saja ucapan Raka.
"Emg kenapa?"
"Ya menurut loo gue harus gimana?," tanya Aura, ia bingung apakah ia harus menerima perjodohan ini dengan pasrah.
"Gimana apanya?," tanya Arga
"Ya gue harus gimana, nerima perjodohan ini gitu aja?," tanya Aura lagi dengan kalimat yang lebih jelas.
"Ya kalau menurut gue sih ya.. lo liat aja dulu calonnya, mana tau lo kepincut kan ama tu cowo," saran Raka.
"Udah?, gitu aja sarannya?, ga mau ngasih sarang kayak yang di film-film? Kabur kek, coba bunuh diri kek atau apa lah?"
"Heh sembarangan, kalo lo kabur ntar gue juga yang susah nyarinya. Kalau lo bunuh diri, gue tanya iman lo dimana?. Udah di kasih saran yang bagus malah mintak saran yang ngelantur," ujar Raka panjang lebar, dengan tetap melajukan motornya dengan lecepatan konstan.
"Ya mana tau kan," ucapan Aura itu tidak dibalas lagi oleh Raka.
Sebenarnya Raka juga tidak tau harus memberi saran apa kepada Aura. Kalau ia yang di jodohkan di usia Aura, tentu ia juga akan menolak mentah-mentah perjodohan itu.
Tak lama, mereka berdua sampai di sekolah Aura. Sekolah yang dicat berwarna hijau dengan tema go green, dipenuhi tanaman hias yang di tanam dan ditata sedemikian rupa membuat sekolah ini terlihat asri dan sejuk.
Setelah menyalami punggung tangan abangnya, Aura melangkahkan kaki memasuki area sekolahnya. Ia berjalan melewati koridor sekolah melewati beberapa siswa menuju kelasnya X ipa 1.
"ARAA....," suara teriakan yang memanggil namanya itu refleks menghentikan langkah kakinya dan membuat tujuannya untuk ke kelas tertunda. Aura membalikkan badan, mencari sumber suara berada. Dilihatnya seorang cewek berkulit kuning langsat yang khas dengan rambut dikucir kuda berlari kearahnya.
"Lo budek apa tuli sih Ra?," celoteh cewek itu ketika dirinya sudah berasa di samping Aura.
"Eh lo kenapa Sha?," ganya Aura pada Shakila.
"Lagian loo, gue panggil dari tadi kagak denger-denger"
Sedari tadi Aura memang tidak fokus karena hal semalam. Banyak hal yang mengganggu pikirannya.
"Ya maaf deh," ucap Aura.
"Yaudah yuk ke kelas," ajaknya dan langsung di angguki Shakila. Keduanya berjalan beriringan menuju kelas X IPA 1.
Di kelas sudah ada cukup banyak murid yang hadir, ada yang bermain dengan handphone lalu sesekali menampakkan sudut bibir yang melengkung, ada yang sedang bergosip ria, dan ada pula yang hanya sekedar mendengarkan obrolan yang belum jelas benar adanya.
Aura dan shakila menuju tempat yang masih kosong tentunya. Sekilas info, di sekolah ini siswa duduk sendiri-sendiri. Mungkin agar setiap siswa bisa fokus dan tidak menyontek saat ujian. Selain itu setiap siswa boleh duduk di bangku yang ia mau selagi bangku itu masih kosong. Artinya mereka boleh duduk berpindah pindah tempat setiap harinya.
Di kelas itu juga sudah ada Enjel yang tengah asik memainkan ponselnya. Ntah ia sedang chatingan dengan siapa.
"Woii," sapa Aura mengagetkan Enjel. Hal itu lantas menghentikan aktivitasnya memainkan gawai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Wasiat Kakek
Teen FictionGa mau bilang banyak, baca aja guys Burung kakak tua Hinggap di jendela Kalau sudah baca Jangan lupa votenya:) Start : minggu 7 agustus 2021 Peringkat: #7- wasiat/20211201/ (283 cerita) #6 - aura /20210913/ (445 cerita)