🌹JWK 10

88 73 45
                                    

Hari ini hari Sabtu, ya tentu saja sesuai jadwal malam ini ia akan mengadakan pertemuan pertama dengan pria yang di jodohkan kakeknya.

Kini Aura sedang mempersiapkan dress yang akan ia kenakan malam ini. Ia membuka lemari nya, mencari apakah ia mempunyai baju yang cocok untuk di kenakan malam ini. Cukup sulit menemukan baju seperti dress di lemarinya karena Aura lebih suka menggunakan celana jeans dengan baju kaos. Tapi seingatnya ia punya satu dress yang belum pernah ia kenakan.

Setelah mencari cukup lama, akhirnya ia menemukan dress yang ia maksud.

"Naah, akhirnya ketemu"

Kemudian Aura menuju kaca riasnya. Ia berdiri didepan kaca mempaskan dress tersebut di badannya.
Iya terus memandangi pantulan dirinya di cermin.

"Gue pake kaos ama jeans aja cakep, apa lagi pake dress gini" puji Aura pada dirinya sendiri.

"Mbak Araaa" terdengar suara Aurel dari balik pintu kamarnya. "Gue masuk ya," tanpa menunggu balasan dari Aura, Aurel membuka knop pintu kamar Aura yang tidak dikunci.

"Main masuk aja," ujar Aura.

"Orang gue udah ijin tadi"

"Emang gue ijinin?"

"Nggak tau," ujarnya sambil menaikkan bahu.

"Mau ngapain?," tanya Aura.

"Nih sendal jepit, buat ntar malem" ucap Aurel, yang berjalan menuju Aura yang masih berada di depan meja rias nya. Aurel menenteng sebuah tas yang terbuat dari karton bewarna coklat.
Diberikannya tas itu pada Aura.

Aura mengambil tas itu dan menuju tempat tidurnya di ikuti Aurel. Ia cukup terkejut ketika tau ternyata bag itu berisi sepasang high heels bewarna silver. Bentuknya sederhana, namun dengan tambahan sedikit ornamen gliter membuatnya terlihat elegan dan cocok untuk anak seumurannya.

"Mama ga pengertian banget" ucapnya setelah memandang high heels itu dengan raut wajah sendu.

"Kenapa?," Tanya Aurel.

"Mana bisa gue pake sendal begini, jalan beberapa langkah paling jatuh aghh"

Bagaimana seorang Aura menggunakan alas kaki seperti itu, ia bahkan hanya menggunakan sendal jepit atau sepatu saat bepergian. Benar benar tidak berperi kecewek-an.

"Yaudah lah, di coba aja dulu," ucap Aurel santai. Ia menuju meja rias Aura seperti memilih sesuatu di sana.

"Lo ga ada pake serum mbak?" Aurel menoleh ke arah Ara yang masih duduk di atas kasurnya sambil memerhatikan adik nya itu.

"Nggk," jawabnya singkat.

"Temen-temen gue aja pake, masa lo nggk"

" biarin, gue tetep cantik kok walau ga pake gituan," ujarnya sambil mengibaskan rambut.

"Dih pede amat," ucap Aurel yang tengah mencoba hand body milik kakaknya. Ia mengoleskan perawatan kulit itu ke tangan dan kakinya.

"Mama, papa, bang Raka bilang gue cantik kok,"

"Tapi gue nggk," Aurel mencibirkan bibirnya kemudian lari meninggalkan kamar Aura.

Aura hanya diam, tak membalas. Ia seperti sudah terbiasa dengan sikap sang adik padanya. Aura kadang heran dengan sikap adiknya itu. Tidak tidak, lebih tepatnya ia heran dengan mereka berdua yang sepertinya jarang sekali akur. Ada saja perlawanan dan perdebatan diantara keduanya.

🌹🌹🌹

Hari sudah menunjukkan pukul 7 malam. Ia dan seluruh anggota keluarganya akan pergi ke restoran yang sudah di siapkan untuk pertemuan malam ini, yang dijadwalkan akan dimulai pada jam delapan. Saat ini Aura masih berada di kamarnya, menyiapkan diri untuk bertemu dengan seseorang yang ditakdirkan menjadi mendamping hidupnya lewat perjanjian konyol kakek dengan sahabatnya.

Jodoh Wasiat Kakek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang