🌹JWK 13

10 0 0
                                    

"Duuh penghapus gue mana ya," Aura mengeluarkan seluruh isi kotak pensilnya di atas meja belajar, berharap menemukan penghapus karet bewarna putih miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Duuh penghapus gue mana ya," Aura mengeluarkan seluruh isi kotak pensilnya di atas meja belajar, berharap menemukan penghapus karet bewarna putih miliknya. Ia juga sudah memeriksa bag sekolahnya, mungkin saja penghapus itu terselip di antara buku buku pelajaran miliknya. Namun hasilnya nihil, penghapus itu tak ia temukan.

Kemudian ia teringat sesuatu, ia berjalan menuju seragam sekolahnya yang digantung di balik pintu. Ia mengambil rok sekolahnya, kemudian mengeluarkan isi dari katung rok sekolahnya itu.

Benar saja penghapus yang ia cari dari tadi ada di dalam saku rok nya. Tak hanya penghapus, ia juga menemukan kertas yang terlipat rapi. Aura teringat kejadian tadi pagi ketika Arga memberikan kertas itu padanya, namun ia belum sempat membacanya.

Aura duduk di meja belajarnya, kemudian mengambil kukis kesukaannya. Ia membuka lipatan kertas itu sambil mengemil.

"Uhuk-uhuk," kerongkongan nya terasa gatal ketika membaca isi dari kertas itu. Di dalamnya tertulis surat perjanjian pra nikah.


'Helooo siapa juga yang mau nikah sama lo, gue juga udah nolak perjodohan ini kan.'

Aura membaca satu persatu isi perjanjian yang yang tertera di kertas itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aura membaca satu persatu isi perjanjian yang yang tertera di kertas itu.

"Dih siapa juga yang mau tidur sekamar ama lo," Aura memutar matanya malas.

"Gue juga ga bakal bilang ke orang orang kali, dih mau taro dimana muka gue kalo ngaku udah nikah," celoteh Aura ketika membaca point nomer tiga.

"Ha? Apa apaan ga ada pembantu, trus siap dong yang bersihun rumah. Gue sih ogah"

Aura merobek robek kertas itu, hingga menjadi potongan potongan kecil yang tak beraturan.

"Ihhhh kenapa sih gue harus di jodohin sama loo" ia mengacak acak rambutnya, meratapi nasib yang ditakdirkan tuhan untuknya.

"Kriing ... kring..."

Itu adalah bunyi handphone milik Aura, yang menandakan ada panggilan masuk dari seseorang. Aura yang kini amarahnya masih menggebu-gebu mengambil dan mengangkat telepon dari nomor yang tak dikenalnya itu.

Jodoh Wasiat Kakek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang