22

644 66 16
                                    

Assalamu'alaikum.wr.wb

-

Keluarga Azmi sudah sampai di rumah Zihan, semuanya menyatu rasa haru karena sudah lama tidak bertemu kembali.

Hafiz yang melihat anak kecil yang sedang digendong oleh Laila merasa heran, pasalnya ia tidak tau apa-apa kejadian 5 tahun kebelakang itu.

Bukan hanya Hafiz, semua keluarganya pun sama.

Dina yang terus melihat anak kecil yang lucu dan menggemaskan merasa teralihkan perhatiannya. Pikirannya berputar mempertanyakan siapa anak kecil itu? Apakah adik Azmi atau anak Azmi?

Banyak sekali pembicaraan diantara mereka yang sudah lama tidak jumpa itu, Azmi yang sedari tadi hanya terdiam sekali kali tersenyum atau berbicara saat ada pembicaraan yang bermaksud padanya.

Matanya tidak lepas dari sekitar, hati dan pikirannya terus bertanya. Kemana Zihan? Apakah ia pergi? Atau tidak mau bertemu?

Hafiz yang menyadari sikap Azmi itu tersenyum, mengisyaratkan Dina untuk memanggil Zihan.

Dina pun yang sadar akan isyarat itu langsung mengangguk pergi menuju kamar Zihan, sesampainya ia mengetuk pintu kamar Zihan dan membukanya secara perlahan.

Dina melihat Zihan tengah berdiri dibalkon kamarnya menghadap keluar, Dina pun menghampiri Zihan.

"Zihan" panggil Dina yang tidak disadari Zihan.

Zihan yang dipanggil mengalihkan atensinya, matanya langsung bertemu dengan Tantenya itu.

"Ayo, sudah waktunya kamu turun." Ucap Dina dengan lembut pada Zihan.

"Tante, kata-kata tante tadi kaya mau apa aja ih" Ucap Zihan yang sembari mendekati Dina.

Dina tertawa.
"Ya sudah maafin tante, ayo kebawah keluarga Azmi sudah ada dari tadi."

"Harus ya tan?"

Dina mengangguk.
"Harus sayang, sudah saatnya kita memperbaiki semuanya. Bukan kah beberapa bulan yang lalu Zihan bilang ke tante kalau Zihan sudah tidak ada rasa lagi?"

Ya, beberapa bulan yang lalu di Korea Dina sengaja mengunjungi Zihan seorang diri.

Singkat waktu, Dina mencoba untuk bertanya pada Zihan akan perasaannya pada Azmi dan ya jawaban Zihan jika ia sudah tidak memilik perasaan apa-apa.

"Iya tante, tapi kemarin Zihan bertemu dengan Azmi di Masjid dan jujur perasaan Zihan pada Azmi jadi goyah sekarang ditambah Zihan bertemu anaknya bernama Hanaz."

"Oh ya? Masya Allah mungkin itu takdir kamu Zihan. Tidak apa perasaan mu goyah saat ini, semoga Allah menetapkan kembali perasaan kamu ya."

"Aamiin semoga ya tan." Ucap Zihan dengan mengusap wajahnya.

"Aamiin."
"Ya sudah ayo kasian yang lain sudah menunggu dibawah."

Zihan mengangguk.
"Ayo."

Zihan dan Dina pun keluar menuruni anak tangga satu persatu dengan anggun. Oh ayolah ini hanya pertemuan keluarga bukan semacam ta'aruf atau khitbah.

Tapi rasanya ini lebih dari pertemuan kembali antar keluarga, entahlah apa namanya intinya perasaan Zihan dan Azmi sedang gundah.

Sementara mata salah satu laki-laku terkunci pada satu perempuan yang menuruni anak tangga itu, siapa lagi kalau bukan Azmi.

Mata dan bibirnya tidak berhenti mengucapkan kalimat memuji dengan diiringin kalimat pengagum itu.

'Masya Allah Ya Allah indah sekali makhluk ciptaan-Mu ini.' Batin Azmi tanpa sadarnya.

Takdir || Azmi AskandarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang