17

844 58 1
                                    

Assalamualaikum..

Maafin aku yaa baru bisa up lagi ceritanyaa maafinn🙏🏻🥺

Sebagai permintaan maaf aku mau double update buat kalian para kesayangan😚😂

Yeayyyy...

-
-
-

Sebulan sudah dilewatinya menyibukan diri adalah caranya, memikirkan dia adalah pikiran yang sangat dilarang olehnya.

Keluarganya sama sekali tidak bertanya atau membicarakan hal tentang Azmi, biarlah itu semua sudah masa lalu.

Selama sebulan itu pun keluarga Zihan bahkan Azmi tidak pernah bertemu lagi. Bukannya tidak mau, hanya saja larangan Syakir sangat kuat sekali bahkan tidak terdengar seperti larangan melainkan seperti ancaman bagi kedua keluarga itu.

Keluarga Zihan maupun Azmi memaklumi sifat Syakir yang seperti itu, pasalnya memang kejadian itu diawali dengan kesalahan dan kadang dalam suatu kejadian yang salah akan diakhiri dengan salah juga bukan? Ya memang tidak banyak, tapi yang dialami Zihan memang salah adanya.

Azmi dan Istrinya yaitu Aisyah dua hari setelah pernikhan mereka langung berangkat menuju Kairo, dengan alasan klasik yaitu tidak ingin menunda waktu terlalu lama.

Niatan yang awalnya akan tinggal di Jakarta ditunda karena Azmi yang ingin melanjutkan pedidikannya.

Hari-hari semakin berlalu tanpa adanya masalah lagi, Zihan sudah tenang dengan perasaannya tidak selalu memikirkan Azmi. Senyuman yang hilang selama hampir 2 bulan itu kini sudah tampak Kembali, berterima kasihlah pada Syakir yang selalu ada untuk Zihan.

🥀🥀🥀

Sementara Azmi yang tengah berada di Kairo masih terasa bukan dirinya yang dulu, Aisyah selalu berusaha untuk mengalihkan perhatian Azmi dan mencoba untuk menghibur bahkan membuat Azmi tertawa sama sekali tidak mempan.

Mereka tengah berada disuatu toko buku yang memang tersedia didekat perumahan yang mereka tempati, berusaha sebaik mungkin untuk terlihat seperti pasangan Bahagia adalah kebiasaan Aisyah akhir-akhir ini.

“Mas Azmi, mau beli buku apa?” tanya Aisyah pada Azmi yang membaca buku.
Panggilan ‘Mas’ yang khusus dari Aisyah untuk suaminya.

“Mas sepertinya membeli buku ini saja, kamu mau buku yang mana?” ucap Azmi yang matanya tak luput dari buku yang ia pegang.

“Aisyah mau beli yang ini, Mas. Boleh?”
Azmi teralihkan dengan buku yang dipegang oleh Aisyah, buku yang bertulisan huruf Kairo dan motif serta hiasan dibuku itu terlihat unik.

“kamu benar ingin membeli buku ini?” tanya Azmi yang sudah melihat pada istrinya.

Aisyah mengangguk dan setelahnya Azmi membolehkan Aisyah membeli buku itu.

Buku yang menyentuh karena isi buku tersebut akan menceritakan bagaimana menjadi istri sholehah dan menjadi keluarga yang Bahagia dengan cinta sayang menghiasi. Tapi nyatanya dalam rumah tangga Azmi dan Aisyah tidak dihiasi dengan cinta sayang.

🥀🥀🥀

Dilain tempat, disebuah café yang dihiasi pernak Pernik indah dua laki-laki tengah berbincang sembari menyeruput coffe.

Wajah mereka tampak berseri karena selalu dibasuh oleh air wudhu dan penampilan mereka yang terlihat menawan itu.

“Bagaimana keadaan Zihan sekarang? Apa dia sudah membaik?” ucap salah satu pria bergigi gingsul.

“Alhamdulillah Bang, Zihan sekarang sudah terlihat ceria lagi dan sudah bisa tertawa Kembali. Meski ya saya juga tidak tau dibelakangnya seperti apa.” Ucap laki-laki yang berkumis tipis.

“Alhamdulillah, syukurlah. Lega dengarnya jika Zihan sudah baik-baik saja.”
Laki-laki berkumis tipis itu tersenyum.

“Bang Ahkam jadi ke luar negerinya?” tanyanya pada pria bergigi gingsul.

“Jadi, nanti sore saya berangkat. Oh iya Syakir, saya ingin bertanya. Zihan pernah tidak bercerita sesuatu seperti kejadian di Bandara bulan lalu?”

“Tidak, Bang. Memangnya kenapa?”

“Sebenarnya saat Zihan berlari terburu-buru di Bandara waktu itu, dia menabrak saya. Sepertinya Zihan tidak sadar kalau laki-laki yang ia tabrak itu saya.”

“Mungkin saja, soalnya Zihan tidak menceritakan apa-apa soal di Bandara.”

“Oh baiklah.”

Setelahnya hanya obrolan omong kosong para laki-laki biasanya, hanya mereka yang tau.

🥀🥀🥀

“Zihan sudah siap?” tanya Hafiz.

“Sudah, Yah.”

Zihan kini sedang berada di Bandara Bersama Ayahnya yang mengantar Zihan pergi.

Bandara? Ya, Bandara. Kemana Zihan akan pergi? Sebulan mencoba menenangkan hatinya dengan aktifitasnya itu apa masih saja kurang?

Zihan sangat cukup, selama sebulan itu hatinya mulai Kembali normal dengan tidak mencintai seseorang lagi. Karena dengan usaha dan doa dia berhasil melewati fase itu, tidak lupa juga dukungan semangat dari keluarganya.

“Ayah, Zihan pergi ya? Ayah jaga diri di sini, kalau ada apa-apa langsung telepon Zihan.”

“Harusnya Ayah yang bilang gitu ke Zihan, hati-hati jaga Kesehatan dan jangan lupa ibadah selalu diutamakan.”

“Siap, Ayah. Zihan sayang Ayah.”

“Ayah juga sayang Zihan.”

Ayah dan anak itu berpelukan, zihan ingin menangis tapi ia tahan. Sudah banyak air mata yang ia keluarkan, meski menangis itu dengan alasan yang salah.

Yaitu menangis seorang laki-laki yang bukan takdirnya dan bukan siapa-siapa dia.

Pelukan terlepas, Zihan segera meninggalkan Ayahnya yang masih terus melihat ke arahnya. Zihan tau, Ayah nya sangat berat melepasnya pergi.

Pergi yang nantinya mereka akan berbeda negara, ya negara yang akan Zihan kunjungi untuk meneruskan kuliahnya yang tertinggal di Negara Gingseng, Korea.

(Authornya pengen Zihan di Korea😭)

Ya, dua insan yang dulunya saling mencintai kini meninggalkan tanah kelahirannya demi meneruskan pendidikannya.

Kenapa ingin ke negara lain? Entahlah inginnya begitu.

Azmi Bersama istrinya pergi ke Kairo dan Zihan pergi ke Korea.

Pada akhirnya kisah diantara Zihan dan Azmi sampai disini memilih pemilihannya masing-masing meski ada yang terpaksa tapi mungkin ini sudah takdirnya mereka, atau ada kisah lagi setelah ini?

-
-
-

Maaf yang ini pendek🙏🏻🥺

Mentok aku mikirnya chapter yang ini, tapi ada chapter lainnya juga.

Siap siap yaa, jangan nangis awokwok

Makasih semuanyaa❤

Vote dan komennya dongg🥺

Hehe

Wassalamualaikum.

Takdir || Azmi AskandarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang