23

901 75 42
                                    

Assalamu'alaikum.wr.wb,

-
-
-

"Siapa seseorang itu?" Ucap Azmi pada Zihan.

Bukannya menjawab pertanyaan Azmi, Zihan justru tersenyum.

"Nanti kamu akan tau, dan satu hal yang harus kamu tau. Diam bukan berarti bodoh, melainkan ia hanya berpura-pura dibalik topengnya yang terlihat polos."

Setelah mengucapkan itu, Zihan mengahampiri Hanaz. Membawa ia kembali masuk berkumpul dengan keluarga, meninggal Azmi yang mematung akibat ucapan Zihan tadi.

Setelahnya suasana keadaan Zihan dan Azmi kembali saling terdiam tanpa ucapan sepatah kata kembali, terlalu dibuat rumit untuk keduanya.

Mengapa takdir terus saja membuat mereka merasa salah?

Keluarga Azmi maupun Zihan masih bersenda gurau melupakan kejadian yang dulu dan mencoba membuka lembaran baru.

Hanin dan Dina sedang menyiapkan makan siang untuk mereka, sementara Zihan sejak tadi memang mengasuh Hanaz yang terus saja ingin bermain dengannya.

Tak lama Zihan mendapati telepon rumah yang berdering langsung saja ia mengangkat telepon itu.

"Assalamualaikum dengan keluarga Hafiz disini."

'Waalaikumussalam, Zihan ini saya.' Ucap seorang laki-laki lawan bicara Zihan.

"Oh iya Mas, ada apa?"

"..."

"Boleh Mas, silahkan." Ucap Zihan dengan senyuman yang tidak terlihat oleh lawannya itu.

'Yasudah, Mas tutup ya.'

"Iya Mas."

Telpon itu pun terputus dengan diakhiri salam. Zihan langsung mendekati sang Ayah mengabari bahwa seseorang yang tadi telepon akan datang ke rumah, dan Hafiz membolehkan karena memang tidak apa, sudah biasa orang itu datang ke rumahnya.

🥀🥀🥀

Suara dentingan piring gelas terdengar dari arah dapur, Dina dan Hanin yang sedang menyiapkan makan siang untuk dua keluarga itu.

"Sayang, mamah boleh minta tolong?" Ucap lembut Dina pada sang menantunya itu.

"Tentu boleh Mah, Mamah mau minta tolong apa?"

"Mamah minta tolong kamu coba pancing Zihan untuk cerita soal apapun itu, Mamah sudah susah membujuk Zihan untuk bercerita lagi sejak Zihan ke Korea." Ucap Dina dengan raut wajah khawatirnya.

Hanin tersenyum mendengarnya.
"In Syaa Allah Mah, nanti Hanin akan coba bujuk Zihan. Sekalian kan mungkin pendekatan dengan Zihan juga, apalagi kita hampir seumuran."

"Alhamdulillah kalau begitu, terima kasih ya sayangg." Ucap Dina lembut.

"Iya Mah, sama-sama."

Hanin tau, mertuanya ini sangat menyangi Zihan meski bukan saudara asli dari Hafiz dan hanya adik ipar tapi kasih sayang Dina pada Zihan layaknya seperti seorang Ibu pada anaknya.

🥀🥀🥀

"Mas, gimana? Mas sudah berbicara pada Zihan?" Ucap Ummi Laila pada Azmi yang jaraknya sedikit menjauh dari para Ayah.

Azmi menggeleng.
"Belum Ummi, justru Zihan malah berbicara jika dia tau semuanya termasuk meninggalnya Aisyah dia tau. Dan dia tau dari seseorang yang mungkin tidak Azmi kenal."

Takdir || Azmi AskandarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang