15

881 75 10
                                    

Assalamualaikum.wr.wb.

Hai I'm back yuhuuu~

Maafkan baru up sekarang yaaa😭

Baru ada alurnya lagi nih muncul diotak, dan Alhamdulillah langsung lancar jayaa~

Maafkan yaa maafkan pisann🙏🏻😭

Yasudah mangga silahkan read my story about Muhammad Azmi Askandar Al Abshor^^

-

Hari yang ditunggu sebagian orang akhirnya datang juga, yaitu hari dimana Azmi dan Aisyah akan melangsungkan pernikahannya.

Pagi-pagi buta keluarga Azmi sudah sibuk dengan keperluannya masing-masing, Ummi dan Rara yang tengah dimake up.

Abah, Hafiz, dan Syakir tengah mempersiapkan kendaraan untuk berangkat, Zihan yang tengah mempersiapkan merias diri sendiri, dan Azmi yang sedang berada didalam kamarnya mempersiapkan dirinya yang tidak siap-siap.

Azmi Kembali dirundung rasa karena obrolan kemarin dengan Syakir, haruskah ia mengikuti kata hatinya? Atau dia menjadi anak yang berbakti dengan mengikuti kemauan orang tuanya?

“Ya Allah, teguhkanlah hati hamba pada satu titik yang memang sudah takdir hamba. Jangan ragukan Kembali perasaan ini, Ya Allah.”

Apa dia harus mengikuti apa yang Syakir ucap kemarin?

‘Jika memang kamu masih mencintai Zihan, dan kamu tetap terpaksa menikah dengan perempuan pilihan orang tua. Temui Zihan untuk yang terakhir kalinya, mengobrolah dengan perasaan kalian. Karena mungkin itu terakhir kalinya kalian mengobrol, dan bertegur sapa setelah kamu menikah, Azmi.’

Bolehkah Azmi egois? Bolehkah Azmi memilih cintanya dari pada orang tuanya? Bolehkah iya melawan orang tuanya demi kebahagiaan cintanya? Tapi semua jawaban dari pertanyaan itu adalah tidak boleh.

Ini sudah terlanjur, sudah pada tahap akhir. Jika membatalkan semuanya banyak orang yang akan merasa malu.

Mungkin jalan terakhirnya adalah bertemu untuk terakhir kalinya, mengobrol untuk terakhir kalinya setelah itu melepaskannya serta mengikhlaskannya.

Ya, benar.

Sementara itu Zihan sudah siap dengan penampilan khasnya yang terlihat sangat cantik, dengan memakai dress gamis putih dengan hijabnya yang pas dengan penampilannya.

“Hallo Zihan? Are you ready for today? Hari patah hati terparah mu haha” Monolog Zihan

Setelah itu Zihan keluar kamar niatnya melihat Ummi yang sedang dirias, namun niat itu gagal karena saat ia membuka pintu kamar Azmi sedang berdiri dihadapannya dengan memakai tuxedo hitam dan peci hitamnya yang menambah ketampanan dan aura wibawanya.

Astaghfirullah.

“Az.. Azmi? Sejak kapan kamu berdiri disini?” kaget Zihan.

Azmi tertegun melihat Zihan yang sangat cantik dimata Azmi, polesan serta hiasan yang terpakai menambah kesan yang sangat berbeda pada diri Zihan.

“Ah baru saja, ini pas sekali saya akan mengetuk pintunya malah sudah ke buka duluan.”

“O-oh gitu, syukurlah.”

Sejenak mereka saling diam berhadapan, Zihan yang menunduk dan Azmi yang pokus melihat Zihan.

“Zihan, bisa kita mengobrol berdua saja?”

Zihan tampak kebingungan dengan Azmi, pasalnya ia takut kalau mengobrol akan timbul berita yang tidak mengenakan.

“Kalau kamu tidak nyaman mengobrol berdua, bisa ajak Rara sebagai penengah. Gimana?” lanjut Azmi

“Boleh ajak Rara saja, Zihan kurang nyaman mengobrol berdua.”

Azmi mengangguk dan tersenyum.

Zihan, Azmi dan tentunya Rara kini berada dibelakang rumah Azmi. Azmi dan Zihan duduk disalah satu kursi yang tersedia dengan jarak yang sedikit berjauhan, dan Rara memainkan handphone disebelah kanan Zihan.

Namun sebelum mereka mengobrol, suara Ummi terdengar memanggil nama Rara menyuruhnya untuk ke Ummi. Dan mau tidak mau Rara harus menghampiri Ummi.  Kini tinggalah Zihan dan Azmi yang semakin berjarak jauh.

“Zihan?” Panggil Azmi sembari melihat pada Zihan.

Zihan yang dipanggil langsung melihat pada Azmi, memberi kode yang bisa diartikan ‘Apa?’

“Hari ini hari dimana kejadian yang tidak saya inginkan akan terjadi, hari dimana yang tidak tau kedepannya bagaimana, dan hari dimana saya akan melepaskan seseorang yang saya cintai. Zihan, maafkan saya yang sangat terlambat menyampaikan dan memberi tau orang tua kita tentang perasaan saya pada Zihan. Maaf kan saya yang menyakiti perasaan Zihan, yang membuat Zihan menangis dan selalu terdiam. Maafkan saya, Zihan maaf.”

Setetes air mata Azmi, Zihan yang sedari tadi tidak kuat menahan rasa sesaknya mendengar Azmi ditambah lagi melihatnya menangis.

Melihat orang terkasih menangis, itu benar-benar menyakitkan.

“Azmi, kamu tidak perlu meminta maaf pada Zihan, Azmi sama sekali tidak ada salah pada Zihan.  Dan apa yang akan kita jalani kedepannya itu sudah takdir kita, sudah seharusnya seperti ini. Zihan percaya terhadap semua rencana Allah akan berujung dengan kebahagiaan meski diawali dengan tangisan, kamu juga harus percaya itu. Mungkin takdir Azmi adalah Aisyah, bukan seseorang yang Azmi cintai.”

Senyuman yang terlihat itu semuanya palsu, semuanya hanya rekayasa belaka.
Azmi menatap Zihan dalam, melihat sorot mata Zihan yang indah. Sementara itu Zihan yang ditatap oleh Azmi menjadi gugup, jantungnya berdegup tak karuan.

“Zihan, perempuan yang saya cintai itu adalah kamu.”

Zihan benar-benar kaget mendengar itu, ini pertama kalinya Azmi mengungkap perasaannya. Akhirnya air mata Zihan lolos, perasaannya semakin berkecamuk. Marah, kesal, benci, sesak, hancur menjadi satu.

“Kenapa? Kenapa kamu baru memberi tau Zihan sekarang? Kenapa saat hari dimana Zihan akan benar-benar mengikhlaskan semuanya kamu justru merusakan keyakinannya. Semuanya terlambat, Mi.”

Air mata Zihan tak terbendung lagi, polesan diwajahnya sudah mulai pudar karena air matanya. Sakit yang dirasakannya kini lebih dari yang ia rasakan.

Zihan menatap mata Azmi yang memerah.
“Zihan pun sama, Mi. Zihan sama dengan Azmi, memiliki perasaan yang sama. Tapi semua percuma, kita tidak akan bisa Bersatu.”

“Tolong jangan pernah katakan itu. Tolong.”

“Memang nyatanya seperti itu, kita tidak bisa menentang takdir. Maaf dan terima kasih atas hari-harinya. Semoga kamu Bahagia dengan pasanganmu nanti.”

Setelah mengucapkan itu Zihan langsung pergi meninggalkan Azmi yang masih berdiam diri. Mereka tidak tau saja dibelakang mereka yang jaraknya lumayan jauh dari mereka Ummi dan Abah bersembunyi memperhatikan mereka sejak tadi saat sudah memanggil Rara.

Ummi yang sudah menduga semuanya akan seperti ini merasa bersalah pada anak pertamanya itu, Abah pun sama ia lebih merasa bersalah karena sudah menjodohkan Azmi dengan perempuan lain apalagi hubungan persahabatan Abah dengan Ayahnya Zihan sangat dekat.

Mereka kini hanya bisa merasakan bersalah pada keadaan yang tidak bisa dikembalikan seperti semula, berdoa pada Allah untuk kebaikan dan kebahagiaan dimasa yang akan datang nanti.

-
-
-
-
-

Gimana? Yakin masih mau lanjut ini cerita?

Padahal kata author ini udah abstrak banget cerita tuh jadinyaa😭😭

Takut makin sini makin tidak nyambung:(

Semangatin donggg:((

Authornya lagi galau gara-gara ditinggal💔😭

Hehe

Lanjut or unpub?

Vote nya dongggg🥺🤗

Terima kasih❤

Wassalamualaikum.wr.wb.

Takdir || Azmi AskandarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang