20 tahun yang lalu
Suasana kediaman keluarga Viho terlihat berbeda dari biasanya. Hari ini sebuah pesta pernikahan tengah digelar. Dari lantai atas, terlihat lalu lalang para tamu undangan yang hadir. Mereka secara bergantian memberi ucapan pada kedua mempelai.
"Tuan Viho, selamat atas pernikahan kedua anda."
"Terima kasih Tuan Techaa." Dengan gaya khasnya, senyum tipis juga gesture yang terkontrol, Tuan Viho membalas jabat tangan Tuan Techaa.
"New, ayo beri salam Tuan Viho." Tuan Techaa membimbing sang putra untuk menghadap Tuan Viho.
"Jadi ini putra anda Tuan? Sangat tampan dan manis." Tuan Viho mengusap puncak kepala New singkat layaknya formalitas belaka.
"Dia memang manis dan tampan. Tapi juga nakal." Kelakar Tuan Techaa disertai tawa kecil.
"Sudah hal lumrah kalau anak kecil itu nakal bukan?"
"Itu benar. Ngomong-ngomong dimana putra anda? Saya belum melihatnya."
Tuan Viho tersenyum mendengar pertanyaan Tuan Techaa. "Dia ada di kamar. Semalam demam, jadi dia tidak bisa ikut pesta ini."
"Sayang sekali padahal saya ingin memperkenalkan New pada Tay. Siapa tahu mereka bisa berteman."
"Lain waktu saya akan ajak Tay datang ke rumah anda Tuan Techaa."
"Saya akan menunggu kedatangan anda."
Disisi lain, tepatnya dalam sebuah kamar yang berada di belakang rumah besar Tuan Viho, seorang anak kecil berusia 10 tahun tengah meringkuk dalam diam. Matanya menyiratkan sebuah kesakitan. Namun tidak ada suara tangisan ataupun ringisan.
New baru saja menikmati sepotong roti yang ada diatas meja. Mata bulatnya mengedarkan pandangan mencari keberadaan sang Ayah. New merasa ingin buang air kecil. Begitu menemukan posisi sang Ayah, New beranjak turun dari kursi lalu berlari kecil menuju Tuan Techaa.
"Ayah, New pengen pipis." bisik New sembari menarik ujung jas yang digunakan sang Ayah.
"Sekarang? Tidak bisa ditahan?"
New menggeleng yakin. Sesekali kedua kakinya merapat. Hasrat untuk buang air kecil semakin meningkat. Kalau dibiarkan saja lama-lama dia akan mengompol, begitu pikir New.
"Ya sudah ayo Ayah antar."
New dan Tuan Techaa berjalan berdampingan mencari letak kamar mandi berada. Karena tidak mungkin masuk ke dalam rumah Tuan Viho, mereka mencoba mencari di sisi kanan rumah lalu terus berjalan sampai di belakang rumah.
Disana terlihat sebuah paviliun yang sepertinya untuk tamu yang menginap di rumah ini. Tuan Techaa mengajak New kearah paviliun dan segera masuk untuk mencari letak kamar mandi. Begitu menemukannya, Tuan Techaa membimbing New masuk ke kamar mandi.
"Sudah sekarang kamu pipis dulu. Ayah tunggu di luar."
New mengangguk patuh, kemudian mulai menuntaskan hasrat buang air kecil.
Awalnya Tuan Techaa masih menunggu New tepat di ruang tamu. Namun sebuah panggilan membuatnya harus keluar paviliun. Karena saat di dalam sinyal telepon hanya sedikit, dan itu menggangu.
New baru saja menyelesaikan buang airnya. Dia kebingungan mencari di mana sang Ayah berada. Dengan langkah takut-takut, New mulai menyusuri setiap sudut ruangan. Saat New melewati sebuah kamar dengan pintu sedikit terbuka, dia berhenti sejenak lalu mencoba mengintip ke dalam kamar.