New thitipoom, anugerah terindah yang diberikan Tuhan untukku. Ini sudah tahun ke tiga setelah dia meninggalkanku di dunia. Aku tidak akan marah dan protes lagi kepada Tuhan. Aku telah berada di titik mengikhlaskan segala peristiwa terjadi di dalam hidupku.
Tidak ada yang kuat dan mampu bertahan selama itu dalam kubangan kebencian dan dendam seperti New. Mungkin jika aku mengetahui semua rahasia busuk keluargaku, aku akan memilih mengakhiri hidup saat itu juga.
Satu bulan setelah kematian New, aku baru memberanikan diri untuk melihat hadiah terakhir yang dia buat untukku. Sebuah rekaman video juga data-data penyelidikan kematian Tuan Techaa, Off, dan Sky.
Aku masih ingat, hari itu malam tahun baru ketika memutar rekaman video New. Awal Video, aku melihatnya sibuk mengatur rekaman. Setelah itu dia duduk menghadap kamera dan tersenyum manis sebelum memulai bicara.
"Hai Tay. Aku harap saat kamu melihat video ini, aku telah berada di Surga. Maaf telah membuatmu terkejut dengan pilihan hidupku. Aku memang pantas disebut pengecut dan pecundang."
New terdiam sejenak lalu tersenyum menatap kamera.
"Bagi sebagian orang, pilihan terakhir yang aku pilih mungkin adalah keputusan terbodoh. Tapi, aku mempunyai alasan melakukan itu."
New menatap kamera dengan mata berkaca-kaca.
"Jika aku memilih egois dengan hidup di dunia, aku akan mengecewakan sumpah dan janjiku pada Ayah. Aku tidak akan hidup dengan damai selamanya. Aku akan selalu dibayang-bayangi rasa sakit itu. Perlahan-lahan aku akan menjadi gila yang akhirnya merepotkan ibu dan kamu."
Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata New.
"Pilihan kedua, jika aku membunuhmu ... aku tidak yakin bisa hidup tanpamu. Selain rasa benci dan dendam, akan ada rasa bersalah yang siap menggangguku. Aku akan menjadi gila juga."
New mengusap lelehan air mata yang membasahi pipi.
"Pilihan terakhir, aku membunuh diriku sendiri. Dan itu yang aku lakukan untuk melepaskan rasa benci dan dendam yang ada di dalam hatiku. Aku akan terkesan egois dan seenaknya sendiri. Tapi itu memang benar. Aku memilih menjadi egois. Aku tahu akan meninggalkan luka kehilangan untukmu dan ibu. Aku minta maaf."
New terisak. Dia menundukkan kepala. Mencoba menutupi kesedihan dihatinya.
"Tay, maaf tidak bisa menemanimu selamanya. Maaf membuatmu harus menanggung luka. Aku ingin dendam ini berhenti sampai disini. Cukup aku yang tersiksa karena itu."
New memejamkan mata. Air mata masih jatuh membasahi pipi.
"Maafkan aku yang membuat sahabat dan saudaramu meninggal. Semua berjalan begitu saja. Akal sehatku semakin hilang pada saat itu. Aku semakin gila. Itu yang aku takutkan."
New menangis kencang. Seluruh wajahnya memerah. Bisa aku lihat New sedikit kesulitan bernapas.
"Membunuh diriku sendiri adalah pilihan yang tepat. Ehm, Tay aku harap kamu bisa membangun kehidupanmu lagi tanpaku. Aku yakin kamu pasti bisa bangkit dari luka yang aku berikan. Jangan mengakhiri hidupmu. Aku akan marah jika kamu melakukan itu. Ikuti semua alur yang telah Tuhan ciptakan. Nikmati setiap kehidupan yang kamu lalui, sampai di masa Tuhan memintamu untuk kembali padanya. Di waktu yang tepat."
New mencoba tersenyum dalam tangisnya.
"Tay, aku sayang kamu. New Thitipoom sangat mencintai Tay Tawan. Selamat tinggal sayang. Sampai kita bertemu nanti di Surga. Chan rak Ter."
New tersenyum manis ke arah kamera dan video selesai.
"Aku juga mencintaimu, New. Terima kasih untuk cinta yang kamu berikan."
Pagi setelah aku menonton video New, aku langsung terbang menuju Hatyai menemui ibu New. Semenjak itu, aku menganggap ibu New adalah ibuku. Beliau juga menganggap aku sebagai anaknya. Seolah aku telah berganti status menjadi anak menantunya. Membayangkan itu membuatku terkekeh. Pasti jika New mendengarnya dia akan berdecak malas lalu mengeluarkan ekspresi menggemaskan ciri khasnya.
Selain itu aku juga mulai berdamai dengan rasa kecewa yang diberikan kedua orang tuaku. Aku belajar menerima garis hidup yang aku miliki. Mereka mungkin memang pembunuh dan peselingkuh. Tapi keduanya tetap orang tuaku.
Aku juga belajar menghilangkan rasa benciku pada Sky. Yang pada akhirnya aku tahu mengapa dia selalu membenciku. Sky dan luka batin yang dia terima akibat perselingkuhan ayahnya dengan ibuku. Aku memaklumi tindakannya yang selalu memancing amarahku. Setidaknya aku pernah memukulnya sampai parah dulu. Jadi aku bisa membuang sisa-sisa perasaan benci itu.
Benar kata New, aku harus menikmati hidup yang telah diberikan Tuhan. Aku tidak boleh berputus asa. Aku harus hidup dengan baik dan berguna bagi orang lain. Mungkin memang akan berat hidup sendiri sampai akhir usiaku. Tapi itu tidak akan jadi masalah, jika nanti aku dipertemukan lagi dengannya. Kekasih hatiku, New Thitipoom.
- Terima kasih -