~ 18 tahun yang lalu ~
"Berbalik. Angkat tanganmu ke atas. Jangan menunduk! Sekarang jawab Ayah dengan jujur! Apa yang kalian lakukan?!"
Tubuh kecil Tay bergetar saat mendengar suara Tuan Viho meninggi. Keringat dingin terus bermunculan dari tubuhnya. Keadaan itu berbeda dengan yang dirasakan Sky. Dia terlihat lebih santai dari pada Tay. Tidak ada sorot ketakutan yang dia perlihatkan.
Tuan Viho mengetuk-etuk lantai dengan ujung rotan yang dia pegang. Dia masih menunggu jawaban dari kedua putranya.
"Sky, kamu tidak mau menceritakan apa yang terjadi?" tanya Tuan Viho dengan nada suara datar.
Sky melirik ke arah Tay yang juga meliriknya. Seulas senyum miring tercetak disudut bibir Sky. Tanpa suara dia mengucapkan kalimat yang berhasil membuat Tay semakin ketakutan.
"Hari ini kamu akan mati, Tay."
"Sky?" Panggil Tuan Viho yang masih menunggu cerita dari putra sulungnya.
"Ehm," Sky berdeham sebentar sebelum mulai bercerita.
"Jadi Yah, sebenarnya tadi aku berusaha mencegah Tay yang mau membakar rumah lagi. Aku sudah bilang kalau Ayah akan menghukum dia kalau berani bermain dengan api di dalam rumah. Tapi Tay tidak mau mendengarkan aku. Tay tetap menyalakan koreknya. Lalu tiba-tiba gaun Mami terbakar. Aku langsung lari mengambil air, eh apinya sudah merambat ke gorden terus ke sofa. Tay diam saja tidak mau membantuku Ayah. Dia malah membakar baju Ayah juga. Aku benar-benar ketakutan. Bagaimana jika aku terbakar dan mati? Mami pasti akan bersedih. Akhirnya aku merampas korek itu, membuangnya jauh-jauh, dan mendorong Tay agar menjauhi koreknya. Ayah, maafkan aku yang tidak menjaga adikku supaya tidak nakal. Aku merasa gagal sebagai kakak. Ayah bisa menghukumku." Sky menutup penjelasannya dengan ekspresi bersalah juga air mata yang menggenang dikedua pelupuk matanya.
Tuan Viho memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam, lalu berdecak kesal.
"Benar itu Tay?"
Tay meneguk ludah kasar. Keringat dingin semakin berlomba membasahi pelipisnya. Lidah Tay terasa kelu. Dia ketakutan.
"Tay Tawan!" Suara Tuan Viho meninggi. Hal itu membuat Tay tersentak kaget.
Sky melirik Tay dengan pandangan meremehkan. Bocah itu merasa menang melihat Tay yang gemetaran dan sulit berbicara.
"Hari ini kamu mati, Tay." bisik Sky pelan dan berulang-ulang.
"Ti-tidak Ayah. Semua yang dikatakan Kak Sky bo-bohong. Aku ... Aku ti-dak—"
Splash
"AAARGH."
Tuan Viho mengayunkan rotan ke punggung Tay. Sekali, duakali, tigakali, hingga kelima kali lalu berubah ke betis Tay yang terlihat ringkih.
Tay menahan tangisnya. Bocah itu menggigit bibir bawah berusaha menahan teriakan dan tangisannya.
Tubuhnya terasa sakit, begitupun juga hatinya. Lagi dan lagi sang Ayah lebih mempercayai ucapan Sky.
Tay berpikir, apakah dia harus mati saja supaya tidak merasakan kesakitan ini? Tay ingin menyerah. Dia tidak sanggup jika harus dipukul dan dihukum setiap saat seperti ini. Semenjak kematian sang Bunda lima tahun yang lalu, Ayah selalu menghukumnya tanpa ampun. Mungkinkah Tay bukan anak kandung Ayah? Kenapa Ayah tega berlaku kasar seperti ini? Apakah ... Apakah Kak Sky anak kandung Ayah? Ayah tidak pernah menghukumnya. Padahal Kak Sky selalu bertingkah nakal dan jahat.