Amarah

1.3K 143 11
                                    

"AAARGH."

Barang-barang diatas meja jatuh berserakan. Vas bunga, gelas wine, pigura foto, ipad, semua tergeletak di lantai. Sky berjalan ke arah cermin yang dikelilingi foto-foto newwie dengan wajah penuh amarah

Ponsel yang berada dalam genggaman, Sky lemparkan ke arah cermin itu. Begitu ponsel mengenai cermin, seluruh pecahan kaca menyebar di atas lantai. Foto-foto New pun ikut jatuh berhamburan di lantai.

Tanpa merasa sakit Sky mengambil pecahan cermin dan menggengamnya erat. Sebelah tangannya mengambil sebuah foto yang menampilkan dua anak laki-laki berdiri berdampingan. Salah satu anak tersenyum lebar, namun satu anak lainnya menatap datar ke arah kamera.

"Sampai kapan pun kita tidak akan pernah bisa seperti saudara lainnya. Aku tidak akan pernah membiarkan kamu hidup dengan kebahagiaan. Aku akan mengambil kebahagiaanmu dan kamu akan mati dengan kesengsaraan dan kesedihan dihatimu." 

**
"Ayah, tunggu! Newwie ikut. Ayaaaah!"

New terbangun dengan napas memburu. Butiran keringat membasahi pelipis dan keningnya. Dada New terasa sesak, perasaan menyesakkan, dan mimpi buruk itu kembali lagi. New berusaha mengambil napas sebanyak yang dia bisa. Namun hanya sesak yang dia rasakan.

Tay yang sejak tadi memperhatikan New hanya mampu menghela napas. Pria itu lantas beranjak dari sofa untuk duduk tepat di pinggir tempat tidur New. Tay sedikit menggeser tubuhnya ke belakang tubuh New.

Tay mengusap-usap punggung New pelan, lalu mendekatkan bibirnya di telinga New. Dia membantu New agar sedikit tenang dengan kalimat-kalimat persuasi yang membantu New sedikit tenang dan bisa bernapas normal kembali.

"Kamu aman New. Semuanya baik-baik saja. Tarik napas perlahan New. Semua baik-baik saja. Ada aku bersamamu. Semuanya aman. Tarik napas New. Oke, good boy."

Tay mengusap belakang kepala New lembut ketika New mulai bisa mengontrol dirinya kembali.

"Tee..."

"Hm,"

"Aku takut. Jangan pergi."

Tay menghentikan usapan pada punggung New. Pria itu beralih memeluk New dari belakang, dengan melingkupi tubuh New yang masih terlihat bergetar.

Tay meletakkan kepalanya di bahu New. Memandang New dari samping.

"New, tidak ada yang berani menyakitimu. Aku bersumpah akan membunuh siapapun yang berani melukaimu. Kamu aman bersamaku. Aku tahu mimpi itu sangat menyiksamu. Besok kita pergi ke psikolog atau psikiater kenalanku. Aku tidak ingin kamu dihantui perasaan itu lagi. Sekarang kamu tenangkan diri dulu. Aku akan menelpon Jumpol untuk membatalkan pertemuan kita. Aku juga akan membuatkanmu cokelat panas."

Tay melepaskan pelukannya lantas beranjak dari tempat tidur. Namun saat Tay akan melangkah, New menarik jarinya pelan.

Tay memandang New dengan tatapan bertanya.

"Maaf membuat rencanamu berantakan," ujar New penuh penyesalan.

Tay menggenggam tangan New, mengusap pelan punggung tangan New dengan jarinya. "Tidak apa-apa. Jumpol pasti memahaminya. Aku ke dapur sebentar, oke?"

New mengangguk, matanya masih mengawasi kepergian Tay dari kamarnya.

"Tee ... Aku ingat semuanya."

*
Di dapur Tay meracik cokelat hangat untuk New. Tidak lupa dia menelpon Jumpol.

"Ada sesuatu yang terjadi dengan New. Jadwalkan ulang pertemuan ini."

"Ada apa Tay? Jelaskan padaku."

MASK [TAYNEW] - END -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang