Sky menggoyangkan gelas vodka yang berada ditangan. Pandangan matanya terlihat menggelap.
Sejak dia bertemu Tay untuk pertama kali hingga saat ini, perasaan benci dan marah yang Sky rasakan tidak memudar. Bahkan semakin hari semakin besar.
Sky ingat saat itu sang Ayah kandung mengajaknya pergi ke taman hiburan. Tentu saja Sky kecil bahagia karena itu momen langka yang akan dia rasakan. Sang Papi adalah seorang pebisnis yang selalu pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri. Oleh karena itu, Sky merasa hari itu akan menjadi hari terbahagianya.
"Papi, kenapa Mami tidak ikut?" tanya Sky ketika keduanya berada di dalam mobil.
Sky pikir akan jauh menyenangkan jika Mami juga ikut ke taman hiburan.
Papi hanya menanggapi dengan tersenyum lalu mengusak rambut Sky. "Mami kan sedang sibuk bekerja sayang. Mami harus segera menyelesaikan gambarnya. Jadi Sky liburan bersama Papi dulu ya."
Sky mengangguk kecil. Benar yang dikatakan Papi kalau Mami sibuk menggambar baju-baju di kertas. Hmm Apa ya namanya? Oh Sky ingat, namanya desainer.
"Sky, nanti disana kamu tidak akan bermain sendirian. Papi akan mengenalkan kamu ke anak teman Papi."
"Dia seumuran Sky?"
"Hmm... Sepertinya dia lebih muda dari kamu. Tapi dia anak yang manis." Papi menjelaskan anak temannya dengan pandangan mata yang berbinar.
Sky baru pertama kali melihatnya.
*
"Hai. Maaf ya kami baru sampai.""Tidak apa-apa, Meen." Papi mengulas senyum saat berhadapan dengan wanita yang membawa anak kecil itu.
Mungkin ini teman Papi, pikir Sky.
Papi tiba-tiba mengecup kedua pipi wanita itu. Begitu pun sebaliknya. Sky mengerutkan kening tidak suka melihat pemandangan itu.
Kenapa Papi mencium pipi wanita itu? Kenapa aku tidak pernah melihat Papi mencium Mami seperti itu? Sky menatap datar ke arah dua orang dewasa yang terlihat asyik mengobrol berdua.
Bahkan kini Papi menggenggam tangan wanita itu dan mencium tangannya. Sky membuang pandangan yang berakhir menatap bocah kecil kurus di hadapannya.
Anak wanita itu, pikir Sky.
Sky memajukan tubuhnya mendekati bocah cilik itu. "Siapa namamu?"
Bocah cilik itu memundurkan tubuhnya, lalu menundukkan kepala. Tidak ada jawaban dari mulutnya. Sky sedikit kesal dengan tingkah bocah kecil itu.
"Namaku Sky Foeii. Umurku 7 tahun. Kalau kamu?" tanya Sky mengulangi pertanyaannya.
"Aku Tay Tawan. Hmm kata Bunda umurku 5 tahun."
"Berarti kamu masih Playgroup dong? Pantas tidak bisa menjawab pertanyaanku dengan cepat. Ternyata bodoh." Sky memindai Tay dari ujung kaki hingga kepala.
Tay semakin mengerutkan tubuhnya. Bocah itu menarik pelan celana sang Bunda, tanda mencari perhatian.
Meen menyadari sang anak membutuhkan atensinya. "Iya sayang? Ada apa?"
Tay melirik Sky yang menatapnya tajam dengan kedua tangan melipat di dada. Tatapan itu cukup membuat Tay ingin pulang.
"Tay ... hmm Tay ..."
"Tay ingin bermainnya? Maaf ya sayang, Paman dan Bundamu terlalu asyik mengobrol. Yuk sekarang kita mulai bermain." suara Papi Sky mengintrupsi ucapan Tay.
Mau tidak mau Tay mengiyakan perkataan teman Bundanya itu. Anak itu ingin segera menjauhi Sky dan terbebas dari rasa tidak nyaman jika berdekatan dengan Sky.