Suasana pemakaman Off sangat khusyuk. Banyak pelayat baik dari keluarga, teman, bahkan kolega menghadiri. Kekasih Off tidak kuasa menahan tangis saat peti mati ditimpa tanah.
Tay menunduk dalam. Dengan kacamata hitam menghiasi mata, Tay menyembunyikan kesedihan ditinggal oleh sahabat sekaligus rekan kerjanya.
Baru beberapa jam yang lalu mereka masih bertemu dan berbicara. Tapi Tuhan mempunyai rencana lain untuk mengambil cepat nyawa Off.
Sekitar beberapa menit kemudian, prosesi pemakaman telah selesai. Tay beranjak pergi meninggalkan pusara Off.
"Terima kasih Off telah menemaniku selama ini. Tugasmu selesai. Ini sudah saatnya aku mengakhiri semua. Semoga kau tenang di Surga."
***
"Hmm. Kerja bagus."Klik.
"New," Tay baru saja sampai di ruangan New. Di atas tempat tidur, New terlihat duduk dengan ponsel berada di genggaman.
New menoleh ke arah Tay. Seulas senyum menghiasi bibir.
"Kak Tee~"
"Ada apa dengan ekspresi dan suara imut itu?" Tay menanggapi panggilan New dengan memicingkan mata juga pandangan tidak percaya.
"Issh Tee~" rajuk New begitu Tay mendekat ke arahnya. New mengerucutkan bibir lalu bersedekap menghadap ke depan. Tidak mau melihat ke arah Tay.
Tay terkekeh geli melihat tingkah menggemaskan New. Baru kali ini dia melihat pria manis dihadapannya merajuk tidak jelas begini.
"Ada apa bayi? Merindukanku hm?" Tay duduk di pinggir tempat tidur New. Sebelah tangan Tay bermain-main di paha New. Membuat pola abstrak, naik turun, dan menulis nama New.
"Tay, geli! Jangan dimainin."
Lagi-lagi Tay terkekeh dibuatnya. "Geli? Kalau begini? Begini?"
"Tee. Stop. Hahaha. Teeee~"
Tay menggelitik perut dan pinggang New. Hal itu membuat New berteriak kegelian. Kedua tangan New berusaha menjauhkan tangan Tay. Namun bukannya berhasil, malah New harus kualahan menerima gelitikan Tay.
Gelitikan Tay berhenti saat New menjerit kesakitan akibat lehernya yang terantuk tembok.
"Aaaaaw,"
"New, mana yang sakit? Berdarah tidak? Maaf New. Hei, maafin aku ya?"
Tay mengusap lembut sekitar leher New. Raut wajahnya terlihat menyesal dan khawatir. Awalnya New ingin mengerjai Tay dengan pura-pura marah. Namun melihat Tay seperti itu, membuat New mengurungkan niatnya.
New merilekskan tubuhnya. Berbaring dengan benar, lalu meraih tangan Tay yang masih mengusap sekitaran lehernya.
"Sudah Tay. Sakitnya sudah hilang."
"Benar?"
"Ehm."
"Syukurlah. Ck, lain kali jangan menggodaku lagi. Kamu boleh menggodaku lagi ah tidak maksudku mengerjaiku lagi ketika kamu sudah sembuh. Mengerti New Thitipoom?"
New memandang Tay dengan mata berbinar, senyum mengembang yang membuat kedua pipinya naik. Menggemaskan.
"Vihokratana nya mana?"
"Maksudnya?" Tay mengernyitkan kening.Saat New menyebutkan nama keluarga Tay.
"New thitipoom Vihokratana?" New mengerlingkan mata ke arah Tay.
Decakan terdengar dari mulut Tay. Melihat tingkah New yang menggemaskan dan nakal seperti ini membuat Tay ingin menghukumnya lagi.
"Kamu mau dihukum lagi, New? Seperti tadi? Iya?"