Menjadi saksi utama kematian sang Ayah membuat hidup New dibayangi peristiwa pembunuhan itu. Setelah kematian sang Ayah, New harus menjalani berbagai terapi dan pengobatan untuk menyembuhkan luka fisik juga luka batin yang ada. Bertahun-tahun setelah segala proses penyembuhan telah dilalui New, dia kembali hidup normal.
New menghabiskan masa sekolahnya dengan home schooling hingga jenjang SMA. Setelah itu baru dia melanjutkan bersekolah di sekolah musik. Musik seperti sebuah terapi tersendiri bagi New. Saat bermain musik, New seperti mendapatkan nyawanya kembali dan merasakan kehadiran sang Ayah.
Disela menempuh pendidikan musiknya, New mulai membuka hal-hal yang berkaitan dengan kematian sang Ayah. New hanya mempunyai satu kata kunci. Vihokratana. Berbekal nama itu, New mencari dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan Vihokratana. Membutuhkan waktu yang cukup lama bagi New untuk menemukan informasi terkait Vihokratana dan hubungannya dengan sang Ayah.
Setiap membaca detil informasi mengenai keluarga Vihokratana hati New terasa sakit dan tersiksa. Orang yang dulunya dia anggap baik, sahabat dekat sang Ayah layaknya seorang saudara, tapi dia lah orang yang dengan keji membunuh Ayahnya.
New menghela napas ketika melihat dua nama orang yang tidak asing dalam ingatannya. Tay Tawan dan Sky Foei. Adik kakak tiri yang tidak pernah akur, namun pernah menjadi teman masa kecilnya. New mengamati keduanya. Berpikir siapakah yang harus ia gunakan sebagai alat balas dendam.
New mengerutkan kening tatkala melihat kedua saudara tiri ini tidak akur setelah mereka dewasa. Seulas senyum terbit saat mengetahui siapa kah yang akan menjadi alat permainannya. Sky Foei, anak tiri Vihokratana. Senjata pertama untuk membalas dendam. New mencari semua informasi yang dia butuhkan. Begitu mendapatkannya, New segera menghubungi Sky lewat telepon.
"Halo Kak Sky. Ini aku Newwiee." New mengulas senyum tipis mendengar suara Sky yang terdengar bersemangat.
"Hmm ... Iya, aku Newwiee yang dulu. Aku ingin meminta bantuanmu. Emm ... Benar. Lalu sekarang Tay bekerja apa? Oh oke. Hmm, benar. Aku ingin membunuhnya. Ya, aku tahu perasaanmu. Itulah yang aku rasakan. Aku juga sakit hati. Hmm, kirimkan saja informasi yang kamu punya. Terima kasih Kak Sky. Sampai jumpa lagi."
Klik.
Panggilan terputus. Pandangan mata New lurus ke arah dua anak kecil yang tertawa bersama di dalam bingkai foto
"Maaf, tapi nyawa dibayar nyawa."
********
"Kalau mengantuk kamu bisa tidur New."New memiringkan kepala, menatap Tay yang sibuk menyetir disampingnya. Tay terlihat tampan dan gagah. Tidak ada yang bisa menolak pesona seorang Tay Tawan. Begitupun yang dirasakan New. Mungkin saja New telah jatuh hati sepenuhnya pada Tay.
"Jangan melihatku seperti itu New." tegur Tay saat melihat New menatapnya intens.
"Kenapa? Aku sedang mengagumi ciptaan Tuhan. Apa aku salah?"
Tay berdecak kesal sebelum mengusak rambut New, lalu beralih mengusap lembut pipi New, dan berakhir menggenggam tangan New.
"Tidak ada yang salah sayang. Hanya tatapan matamu itu membuat fokusku berkurang."
"Alasan. Aku tidak akan termakan rayuanmu, Tay." New memutar bola matanya malas. Kemudian dia beralih memandang pemandangan di jalan.
"Sedikit lagi." gumam New.
***
"WAAAAAAH."New segera berlari keluar mobil begitu sampai di area pantai. Tanpa menunggu Tay, dia segera berlarian menuju bibir pantai. Dibelakangnya Tay hanya mengikuti dalam diam.