"Ini untukmu Ai-Chan," Ayumi menyerahkan sebuah album kepada Haibara di bandara.
"Itu adalah kumpulan foto-foto Detektif Cilik," Mitsuhiko memberitahu, "Kami menyusunnya bersama-sama,"
"Arigatou Minna. Aku akan menyimpannya baik-baik," kata Haibara.
"Sedih ya, setelah Conan pergi, Haibara juga pergi," gumam Genta.
"Tak perlu sedih, kita masih bisa saling mengirim email kan?" hibur Haibara.
"Oh Ayumi ada satu lagi," kemudian Ayumi menyerahkan boneka lumba-lumbanya.
"Bukankah ini boneka kesayanganmu?" tanya Haibara ketika menerimanya.
"Uhm," Ayumi mengangguk, "Ayumi ingin Ai-Chan memilikinya, agar Ai-Chan merasa selalu dekat dengan Ayumi,"
"Arigatou Yoshida-San,"
Mereka bertiga berpelukan.
Kemudian Haibara menghadapi Profesor Agasa dan memeluknya.
"Terima kasih Hakase telah menjagaku selama ini," bisik Haibara.
"Aku senang melakukannya Ai-Kun," isak Profesor Agasa sedih.
"Aku titip Kudo-Kun padamu,"
Profesor Agasa mengangguk, "Aku sudah menguasai programnya,"
"Ayo Shiho. Sudah waktunya," Mary mengingatkan dengan lembut.
"Sampai nanti semuanya," Haibara melambai.
Profesor Agasa dan Detektif Cilik membalas lambaiannya.
Haibara, Mary dan Masumi berjalan menuju toilet lebih dulu. Di sana Haibara menelan antidote APTX nya untuk menjelma menjadi Miyano Shiho, karena nama Haibara Ai tidak pernah terdaftar resmi. Keluar dari toilet ia telah melangkah untuk mengawali hidup barunya.
Mary tersenyum melihat perubahannya, "Sudah kuduga, kau sangat cantik,"
Masumi juga tersenyum.
"Kita pergi sekarang?" tanya Mary.
"Uhm," Shiho mengangguk.
Shiho melempar pandangan ke bandara untuk terakhir kali sebelum masuk boarding room.
Ketika Profesor Agasa dan Detektif Cilik berbalik badan untuk pulang, mereka bertemu dengan Shinichi yang baru sampai dengan napas terengah-engah. Ran menyusul di belakangnya.
"Eh? Shinichi-niichan?" Ayumi memandangnya bingung.
"Haibara... Dimana Haibara?" tanya Shinichi.
"Sudah masuk ke dalam," kata Mitsuhiko.
"Sial!" Shinichi berlari ke arah counter check in, matanya gelapan mencari-cari. Namun ia tak dapat menemukan sosok mungil Haibara.
"Ai-Kun pasti sudah masuk pesawat Shinichi," kata Profesor Agasa.
"Haibaraaa!" Shinichi berteriak putus asa, orang-orang di sekitar sampai menatapnya bingung.
"Shinichi..." Ran terpana melihat kepedihan Shinichi.
Tubuh Shinichi terpuruk di lantai.
"Shinichi nii-chan seperti kehilangan kekasihnya saja," gumam Mitsuhiko.
"Kenapa... Kenapa harus begini..." rintih Shinichi sedih dengan mata berkaca-kaca. Hatinya bagai diremas, rasanya ngilu sekali. Ia kehilangan parternya, Haibara telah pergi.
***
Setelah dari bandara, Shinichi memasuki kamar Haibara untuk mencari petunjuk kepergiannya. Namun ia tidak menemukan apapun. Haibara si ilmuwan pintar itu tampaknya telah memperkirakannya, sehingga tak ada barang-barang penting yang tersisa selain botol parfumnya saja yang isinya tinggal setengah dan gantungan HP boneka Higo di meja.
"Shinichi..." tiba-tiba Profesor Agasa memasuki ruangan.
"Kenapa Hakase?" tanya Shinichi muram.
"Eh?"
"Kenapa kau tidak memberitahuku tentang rencana kepergiannya?"
"Ai-Kun melarangku memberitahumu dan aku menghargai keputusannya,"
Shinichi terisak, "Apakah aku salah? Kenapa dia begitu padaku?"
"Mungkin dia memberitahumu di sini," kata Profesor Agasa seraya menyodorkan sebuah amplop tertutup.
"Nani?" Shinichi memandang amplop itu dengan bingung.
"Ai-Kun menitipkannya padaku untuk diberikan padamu setelah ia pergi,"
Shinichi menerima amplop itu.
Profesor Agasa keluar dari kamar.
Shinichi membuka amplop itu dan membaca suratnya.
Dear Partnerku Kudo-Kun,
Maaf kalau aku harus pergi dengan cara seperti ini, karena aku lebih tidak sanggup jika harus berpisah denganmu di bandara. Setelah pembicaraan kita di teras, aku tahu kau benar, aku tidak boleh menghindari takdirku. Aku juga harus melanjutkan hidupku sebagai Miyano Shiho. Dan jalan hidup inilah yang kupilih, memulai segalanya dari awal bersama Mary Obasan, satu-satunya keluargaku yang tersisa.
Aku tidak bisa berada terus-menerus diantara dirimu, Ran-San dan teman-temannya. Itu sebabnya aku tak berani kembali sebagai Miyano Shiho di hadapanmu dan semuanya. Sebagai Haibara Ai mungkin akan terlihat lucu, tapi sebagai Miyano Shiho, aku akan dianggap ancaman bagi beberapa orang. Aku tidak ingin ketidaknyamanan itu terjadi. Kau telah banyak membantuku dan melindungiku, aku tak mau membebanimu lebih jauh lagi. Kau tidak salah, tapi aku lah yang salah. Aku takut bila aku berhadapan dengan Kudo Shinichi sebagai Miyano Shiho, aku tak dapat lagi bersikap objektif. Aku takut tidak dapat mengendalikan harapanku yang melambung tinggi. Karena itu aku memilih mundur.
Aku sudah membuatkan beberapa program yang telah dikuasai Hakase untuk membantu penyelidikanmu. Semoga berguna. Aku berharap kau bahagia bersama Ran-San. Aku sungguh beruntung dapat bertemu denganmu di kehidupan ini. Kau selamanya adalah partner terbaikku. Jaga dirimu Kudo-Kun.
Partnermu,
Miyano Shiho.
Air mata Shinichi menetes ke pipi ketika ia memejamkan matanya. Ia tidak tahu dan tidak pernah menyangka, kehilangan Haibara Ai sangat menghantam hidupnya. Meruntuhkan dinding pertahanannya. Haibara Ai ternyata memiliki pengaruh besar pada dirinya. Shinichi bagai kehilangan separuh jiwanya.
"Kenapa kau diam Haibara... Kalau ada masalah, seharusnya kau ceritakan saja padaku... Seperti aku yang selalu bercerita padamu... Lalu sekarang aku harus bercerita pada siapa lagi..." bisik Shinichi pahit dengan air mata masih berlinang.
Kemudian Shinichi meraih gantungan Higo di meja. Haibara sangat menyayangi gantungan itu, Shinichi pernah mati-matian mencarinya waktu gantungannya hilang. Sebelah matanya yang copot, Shincihi sendiri yang menggambarkannya lagi dengan spidol. Aneh juga Haibara meninggalkan barang ini di sini dan tidak dibawa pergi.
Shinichi menggenggam erat boneka itu dan membawanya bersamanya. Entah kenapa ia melakukannya. Namun dengan adanya gantungan itu, ia dapat merasakan kehadiran Haibara. Gantungan boneka Higo itu adalah bukti persahabatan mereka pernah ada.