Sesuai dugaan Hakuba, ia menemukan Shinichi berada di SD Teitan tengah memandang majalah dinding yang memajang foto-foto lama. Hakuba menghampirinya dan berdiri sejajar di sisi kiri Shinichi, ikut memandang foto-foto itu juga. Shinichi tak perlu menoleh untuk melihat siapa yang datang. Ia terus asik memandang foto-foto lamanya bersama Haibara Ai dan Detektif Cilik.
"Jadi ini Shiho sewaktu mengecil?" tanya Hakuba.
"Eh," sahut Shinichi.
Foto-foto itu berbeda dengan yang Hakuba lihat di rumah Profesor Agasa. Hakuba melihat foto itu sesuai timelinenya.
"Ini waktu Shiho baru masuk?" Hakuba menunjuk.
"Benar," jawab Shinichi, lalu ia menunjuk foto yang terakhir sebelum dirinya kembali ke tubuh semula, "Dan yang ini adalah foto terakhir sebelum aku menelan antidote, beberapa bulan sebelum Shiho pergi ke Inggris,"
Hakuba memeriksa foto itu sekali lagi sesuai timeline, "Dia berubah,"
"Uhm?" Shinichi memandang Hakuba untuk pertama kalinya.
"Waktu baru masuk, dia tampak dingin, tidak tersenyum dan tampak menarik diri. Tapi semakin ke sini, dia terlihat lebih berekspresi, lebih hidup dan ceria, seperti anak-anak sungguhan,"
"Eh," Shinichi mengangguk membenarkan, "Awalnya dia memang kesulitan berbaur dengan sekelilingnya. Meski dia tampak tenang, tapi sebenarnya dia tertekan memikirkan organisasi yang terus-menerus mengejarnya. Ayumi, Genta dan Mitsuhiko tidak menyerah untuk menghiburnya. Aku dan Hakase juga memikirkan segala cara agar dia dapat hidup normal. Kami sering mengajaknya jalan-jalan atau nonton bola. Untunglah akhirnya kami berhasil, Shiho mampu hidup normal dan berbaur sebagaimana anak-anak pada mestinya,"
"Aku tak dapat membayangkan kesulitan kalian di masa itu. Menjadi kecil tak berdaya dan dikejar-kejar oleh mafia. Di dunia ini siapa yang akan percaya bahwa orang dewasa dapat mengecil lagi hingga 10 tahun ke belakang. Tidak heran, kalau kau dan Shiho memiliki perasaan senasib yang akhirnya membuat kalian menjadi partner dan saling bergantung satu sama lain,"
"Begitulah kira-kira,"
"Kau berulang kali menyelamatkannya dari kejaran organisasi, terutama ketika dia hampir tewas di ruang pendingin itu,"
Shinichi menunduk muram, "Tubuh Shiho menjadi rentan gara-gara dikurung di sana. Andaikan aku datang lebih cepat..."
"Shiho..."
"Uhm?"
"Dia tak pernah mengatakan cinta padaku, meski aku sudah berulang kali berkata aku mencintainya..."
Shinichi tertegun.
"Aku kira ketika aku berhasil mengajaknya kencan, ia telah jatuh cinta padaku. Tapi mungkin dia melihat dirimu melalui diriku," Hakuba mendengus lemah, "Putri Setan Mengantuk, hanya karena itu... Betapa dia begitu terikat pada dirimu Kudo-Kun...
"Aku menganggap dia wanita yang berbeda, tidak sentimentil seperti wanita pada umumnya, karena itu bagiku wajar saja kalau dia tidak mengatakan cinta... Tapi paling tidak aku ingin sekali melihat pancaran cinta di matanya... Namun itu tidak pernah terjadi sampai akhirnya malam itu, malam ketika Shiho berdansa denganmu. Dia tersenyum, dia tertawa, matanya begitu lembut dan ceria, penuh cinta, sangat cantik, sangat indah... Meski pandangan itu bukan untukku... Melainkan untukmu Kudo-Kun..."
"Hakuba-Kun..."
"Betapa aku iri padamu karena hal itu..."
Shinichi menggeleng, "Kaupun membuatku malu Hakuba,"