[Part 6] - Pertemuan

95 54 233
                                    

Rania sudah selesai dengan aktivitas nya buang air kecil. Ia membasuh tangannya dan melihat pantulan dirinya di cermin kamar mandi sebelum akhirnya beranjak dari sana.

Selama perjalanan kembali ke kelas, Rania menatap sekelilingnya. Sudah agak ramai rupanya. Ia melihat jam tangannya, pukul enam lewat sepuluh menit.

Langkahnya mendadak terhenti, sebuah teriakan memanggil namanya. Rania membalikkan badan, ia melihat seorang lelaki mengenakan hoodie berwarna hitam berlari kecil sembari tersenyum menuju arahnya. Ia langsung was-was sekarang.

"Rania kan?"

Rania hanya diam, tak menjawab. Ia mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, raut wajahnya berubah sedikit ngeri, antara takut dan binggung. Di benaknya mulai muncul berbagai pertanyaan. Siapa lelaki ini? Mau apa dia? Kenapa dia bisa tau namanya? Apa ia pernah bertemu dengan lelaki ini sebelumnya?

Lelaki itu tersenyum, ia merasa gemas dengan ekspresi gadis dihadapannya ini. "Kalau lo diem berarti benar."

"L-lo siapa?" tanya Rania sedikit takut. Namun, malah tampak menggemaskan di mata lelaki yang kini berada di depannya.

Melihat raut wajah gadis di depannya yang tampak semakin kebingungan, dia mengulurkan tangannya sembari tersenyum manis. "Ah kenalin, gue Kelvin."

Rania membalas jabatan tangan Kelvin sebentar lalu melepasnya dengan cepat. "Lo udah tau nama gue."

Kelvin mengangguk seraya tersenyum manis. Ia mengacak-acak puncak kepala Rania dengan gemas.

Lucu pisan euy, batin Kelvin


Deg


Rania yang terkejut dengan perlakuan tiba-tiba dari Kelvin pun hanya bisa diam mematung. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Gue cuman mau kenalan aja sih. Jadi kalau kita ketemu lagi, kita bisa saling sapa. Siapa tau kita bisa jadi teman baik ya kan?"

Rania tidak menjawab, ia tetap pada posisinya, tidak bergerak sama sekali. Ia masih sangat terkejut dengan perlakuan Kelvin yang tiba-tiba tadi.

Senyum Kelvin semakin merekah melihat tingkah gadis dihadapannya. Sangat menggemaskan sekali. Tidak salah jika ia bertekad untuk mendekati Rania walaupun ia tahu jika Rania memiliki tiga orang bodyguard.

"Kalau gitu, gue ke kelas dulu ya. Sampai ketemu lagi. Kalau lu mau, lu bisa main ke kelas gue di RPL C. See you." Pamitnya sebelum akhirnya ia berlari kecil meninggal Rania yang masih mematung seorang diri.

Rania menggelengkan kepalanya seraya menepuk pelan kedua pipinya. Berusaha menyadarkan diri dari keterkejutannya. Setelah itu ia bergegas pergi menuju kelas.

Suasana kelas kini sudah mulai ramai. Beberapa siswa sudah mulai berdatangan. Rania berjalan menuju tempat duduknya. Setelah itu ia menyenderkan punggungnya ke tembok. Tatapannya lurus menghadap ke arah luar kelas.

"Kamar mandinya pindah ke Jerman neng?" pertanyaan pertama yang langsung di lontarkan Raka kepada Rania. Namun, Rania tak menggubris.

"Lo abis darimana?" tanya Gilang.

Rania tetap diam, tidak ingin menjawab. Ia masih terkejut dengan kejadian beberapa saat yang lalu. Ia memang sudah lama tidak mendapatkan perlakuan seperti tadi setelah putus dengan Dimas. Kecuali dari ketiga sahabatnya.

"Ran," panggil Vizal.

"Lo kenapa?" Tanya Gilang.

"Lo abis diapain? Ada yang gangguin lo? Siapa yang gangguin lo? Anak kelas mana yang berani gangguin lo? Bilang ke kita, Ran." cerca Raka.

My CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang