[Part 12] - Flashback

45 3 0
                                    

"HAH?!"

Semua yang berada disana terkejut bukan main, mereka ingin segera mengetahui siapa pemilik nomor itu. Mengingat bahwa lokasi yang ditunjukan berada di sebuah tempat yang sangat mereka kenali.

Aldo menyiapkan beberapa kertas berukuran A4 ke mesin pencetak yang berada di dekat laptopnya, lalu ia mencetak beberapa informasi yang tadi berhasil ia dapatkan.

"Kenapa dia ada di tempat ini?" Vizal mengamati foto lokasi yang sudah di cetak Aldo dengan heran.

Raka mengedikkan bahu, "Entahlah, mungkin cuman kebetulan."

"Gimana kalau lu coba telfon nomor itu lagi, Ka?" Usul Ardan.

"Mana mungkin diangkat lah pinter," Balas Geov.

Gilang, tangannya berusaha mengambil sebuah kertas berukuran A4 yang ada di meja, irisnya lalu beralih ke arah beberapa bingkai foto yang ada di dinding. "Udah lama banget ya ternyata, gue jadi kangen masa-masa itu." Ungkapnya dengan senyum sendu.

Raka beserta anggota lain mengikuti arah pandangan Gilang. Mereka sama-sama tersenyum, beberapa memori masalalu kini berputar di otak mereka. Kenangan yang tak akan pernah mereka lupakan sampai kapanpun. "Kita udah lama nggak lihat dia, gue rasa ini saatnya kita berkumpul lagi. Kita harus temuin dia."

"Gue setuju, kita harus temuin dia. Kita harus kumpul lagi." Ujar Geov yang di balas anggukan oleh yang lain. Merasa bulu kuduknya naik karena merinding, ia pun menoleh ke kanan. "Anjir, Lu...."

"Iye gue nangis, kenapa?!"

"Lu ngapain nangis anjir, mana deres lagi nangis lu kayak tandon bocor." Geov menatap Aldo dengan raut ngeri, sedangkan yang di tatap malah semakin menangis.

"Bacot ah, gue lagi sedih, gue juga kangen sama tuh bocah." Ucapnya sesenggukan seraya mengusap air matanya.

Geov semakin dibuat merinding, ia lalu menepuk bahu Aldo dengan sedikit kencang. "Gue tau lu kangen dia, kita disini juga kangen anjir, tapi setidaknya lu kalau mau nangis yang keren dikit napa masa kek cewek begi.." Geov semakin tidak habis pikir dengan tingkah temannya ini.

"Udah woi, gue juga sedih nih. Kita nangis bareng aja gimana?" Sosor Gilang.

"Ide bagus, sambil kita tambah pakai backsound lagunya si Mawang yang Kasih Sayang Kepada Orangtua." Balas Aldo semangat. Ia lalu menarik keluar ponsel dari dalam sakunya.

"Kasih Sayang Kepada Orangtua?" Beo Gilang.

Aldo mengangguk, "Iya, yang intro lagunya Nu hina hinu hina hinu, Hiyeaahhh."

Gilang mendekati Aldo, ia menatap Aldo dengan raut wajah sedih hampir menangis. "Nggak perlu Do, gue lihat kelakuan lu aja udah cukup buat gue nangis kok." Ucapnya dengan nada sesedih mungkin.

Kesal, Aldo membuang muka. Ia lalu menarik keluar earphone dari saku jaketnya lalu memasangnya. Ia memilih untuk mendengarkan lagu Mawang yang merdu seorang diri. Sedang yang lain hanya bisa tertawa dan geleng-geleng.

Gilang sialan - umpatnya dalam hati.

••••🦋••••

Pagi ini, pukul 05.00 WIB. Para anggota R'VØSCA sudah berkumpul di markas. Setelah rapat kemarin, mereka memutuskan untuk pergi ke lokasi dimana nomor yang mereka lacak kemarin berada, sekalian untuk bertemu kawan lama mereka.

"Udah pada siap kan?" Tanya Raka.

"Siap bosss," Balas yang lain.

My CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang