[Part 8] - Discussion

37 13 17
                                    

Gilang, Raka dan Vizal kini berada di markas mereka. Lebih tepatnya markas tempat para gengnya berkumpul dulu. Ya, sudah lama sekali memang. Terakhir kali mereka berkumpul adalah waktu Rania mengatakan jika Dimas, mantannya pernah memukulnya. Kurang lebih sekitar satu tahun lalu.

Rania tidak tahu akan hal ini, dia tidak tahu jika ketiga sahabatnya ini mempunyai geng. Raka, Gilang dan Vizal memang sengaja menutupinya. Menurut mereka, hal ini tidak terlalu penting untuk Rania. Rania hanya perlu mengetahui bahwa ketiga sahabatnya akan selalu berada di garda terdepan, melindungi Rania kapanpun dan dimana pun.

Mereka kini tengah sibuk memikirkan apakah mereka akan membantu geng Kelvin nantinya atau tidak. Mengingat bahwa lawan mereka adalah Black Demons, mereka sedikit ragu untuk memberikan jawaban.

Raka merebahkan tubuhnya di sofa, tangan kirinya menutupi mata. Ia berusaha menenangkan diri dan pikirannya. Sedangkan Vizal dan Gilang sibuk berjalan mondar-mandir sembari berfikir.

Gedubrakk

"Lu ngapain sih anjir!"

"Lah elu ngapain disitu elah."

"Lu sendiri ngapain mondar-mandir? Cosplay jadi setrika lu?"

"Lah elu juga ngapain ngikutin gue?"

Raka berdecak kesal, telinganya sakit mendengar kegaduhan Gilang dan Vizal yang saling menyalahkan karena mereka terjatuh saat bertabrakan tadi. "Lu berdua bisa diem nggak sih?!" bentaknya.

"GAK!" bentak Vizal dan Gilang kompak tak mau kalah.

"Lu berdua kalau mau berantem mending diluar dah, sekalian bawa pisau sana." Raka menunjuk kearah laci yang berada tak jauh dari tempatnya sekarang. Laci itu menyimpan beberapa pisau baru yang memang sengaja mereka simpan sebagai cadangan ketika pisau yang berada di dapur sudah mulai tumpul. Jika bisa beli baru kenapa harus repot mengasah, pikir mereka.

Vizal berdiri, ia memilih untuk mengalah. Berdebat dengan Gilang tak akan menghasilkan apapun, hanya akan menguras energi dan tidak akan pernah ada habisnya. Ia berjalan menuju ke pintu. Ia memejamkan matanya sejenak, menikmati hembusan angin malam yang dingin dan menyegarkan.

"Apa kita setuju aja buat bantu geng mereka?" tanya Vizal

"Yakin?" tandas Gilang

"Nggak yakin sih gue, tapi sekolah kita terancam."

Raka merubah posisinya menjadi duduk. Ia menoleh kearah Vizal. "Kalau kita nolak, resikonya sekolah kita terancam. Kalau kita terima, kita yang akan terancam."

"Lu takut kena BK?"

"BK urusan gampang, Lang."

"Terus maksud lu kita terancam apa?"

"Kita yang bakal jadi sasaran utama Black Demons," kali ini Vizal yang menanggapi.

"Mereka masih menganggap kita musuh, selama ini kita sengaja menghindar supaya situasi nggak makin rumit. Terus kita tiba-tiba dateng berhadapan lagi sama mereka dengan kita yang ngebantuin gengnya si Kelvin untuk nyerang mereka?" jelas Raka panjang lebar seraya menatap Gilang kesal.

"Menurut lu kayak apa respon mereka nantinya, Lang?" imbuh Raka.

"Menurut gue mereka bakal baik dan kita maaf-maafan kayak pas lebaran."

Lihat? Berbicara dengan Gilang memang hanya akan menguras tenaga. Raka menghela nafas berat, temannya ini memang cocok dijadikan sebagai tumbal pesugihan. Sedang Vizal berusaha untuk sabar, ingin sekali ia melempar helm yang berada diatas meja kearah Gilang.

My CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang