"Halo?"
"Jaga sahabat kesayanganmu baik-baik sebelum sesuatu terjadi kepadanya."
Tutt
Raka mengernyit, ia melihat layar ponselnya yang masih menyala. Apa maksudnya ini?
"Kenapa?" semua atensi tertuju pada Raka, meminta jawaban atas kebingungan mereka.
Raka menoleh ke sumber suara dengan tatapan penuh tanya, "Gue rasa Rania dalam bahaya."
"Lang, telfon Rania cepetan!" Perintah Raka.
Gilang dengan segera menelepon Rania sesuai perintah Raka. Tak hanya disitu, Raka pun menyuruh beberapa anak buahnya untuk segera pergi ke rumah Rania. Dirinya sungguh sangat khawatir dan panik, takut jika tuan puteri mereka kenapa-kenapa.
"Nggak diangkat nih sama Rania." Ujar Gilang dengan raut khawatir. Pasalnya berkali-kali ia berusaha menghubungi namun tetap saja tak ada jawaban.
Raka, Gilang dan Vizal semakin khawatir dibuatnya. Ada apa sebenarnya ini?
"Siapa yang telfon lu tadi?" Tanya Vizal.
Raka menggeleng, "Gue nggak tau, nomer nggak dikenal. Gue juga asing sama suaranya."
"Apa mungkin ini jebakan?" Ujar Gilang, ia seperti yakin jika mereka sedang dijebak.
"Bisa jadi, kita perlu kabar dari Rania, itu yang terpenting." Sahut Vizal.
Drrttt
Drrttt
Drrttt
Gilang melihat ponselnya lalu segera mengangkat panggilan yang masuk. "Astaga Ran, lu lagi dimana sih? Di telfon daritadi nggak di angkat."
Gilang mengusap dadanya setelah mendengar suara dari seberang sana, "Jangan keluar, diluar bahaya. Kalau ada apa-apa langsung call. Paham?"
"Oke gue tutup, gue cuman mau mastiin lu dimana. Ingat baik-baik yang gue bilang."
Tutt
Gilang mengakhiri panggilannya, sedangkan teman-temannya sedari tadi menatapnya. Seakan tau arti dari tatapan itu, segera saja ia memberitahu jika Rania sedang berada di rumah dan tidak sedang pergi kemanapun. Teman-temannya bernafas lega mendengarnya.
"Terus tadi kenapa dia nggak angkat telfon lu?" Tanya Vizal.
"Dia lagi nonton drakor, HP nya ditaruh di meja, di mode jangan ganggu."
Vizal mengangguk paham, "Pantesan, tapi syukurlah kalau dia nggak kenapa-kenapa."
"Gue rasa kita emang lagi dijebak." Ujar Raka seraya melihat ponselnya.
"Kita belum tau pasti dijebak atau nggak, ada kemungkinan dia ngasih sinyal waspada itu karena emang beneran." Raka tampak berfikir, apa yang Geov katakan itu memang ada benarnya. Tapi, siapa dan kenapa?
"Kita harus lacak nomernya, setidaknya kita bisa tau lokasi pengguna nomer ini dimana," Ujar Geov seraya menatap Aldo.
Raka mengangguk setuju, ia memberikan ponselnya kepada Aldo. Tanpa basa-basi, Aldo segera mengutak-atik laptopnya guna melacak keberadaan nomer yang tadi menghubungi Raka. Well ya, selain tingkahnya yang sebelas dua belas dengan Gilang, Aldo juga mahir dalam hal lacak melacak. Mau melacak doi kalian lagi dimana dan ngapain aja, bisa coba tanya ke Aldo, siapa tahu nanti Aldo buka usaha sampingan, 'Jasa Lacak Pacar'.
"Gotcha,"
"Gimana? Udah ketemu?" Tanya Vizal semangat.
"Lokasi terakhir ada di sini." Tunjuk Aldo pada layar laptopnya.
Raka dan yang lain mendekat ke arah Aldo, mereka bersama-sama melihat lokasi yang ditunjuk oleh Aldo. Raka mengernyit seperti tidak asing dengan lokasi yang ditunjuk Aldo. "Coba zoom, Do."
Aldo memperbesar titik lokasi nomer yang ia lacak. Raka melihat dengan teliti lokasi itu. Raut wajahnya kini berubah, "Wait, ini kan..."
••••🦋••••
Hai haiiii, MC balik lagi nih setelah sekian lama tidak ada kabar. Pada nungguin gakkk ????
Maaf ya, kemarin kemarin tuh aku lagi banyak kerjaan jadi ngak bisa fokus buat update 😭
Chapter ini sengaja pendek karna aku pingin tau respon kalian. Jadi jangan lupa comment yaa 🥰
Sampai jumpa di chapter selanjutnya, see u 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
My Circle
HumorWARNING ⚠️ PERINGATAN ⚠️ CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR, TIDAK UNTUK DICONTOH. BIJAKLAH DALAM MEMBACA [Follow dulu sebelum membaca 🤗] [Jangan lupa Vote dan Komen 😚] -------------♥️♥️♥️---------- "Cih, cewek murahan." "Pasti dia cewek nakal...