[Part 1] - Nongki

189 45 52
                                    

Banyak pasang mata yang sedang menyorot meja yang berada di area belakang cafe dengan tatapan tak suka.

Cafe yang lumayan luas dengan area belakangnya yang selalu menjadi tempat favorit para anak muda milenial. Spot paling bagus untuk berfoto atau hanya sekedar bersantai, karena berada di tempat terbuka ditambah dengan lampu-lampu yang bergelantungan membuat siapapun yang datang akan memilih area ini. Terutama pada saat malam hari.

Suasana di cafe saat ini tidak terlalu ramai, namun terkesan sangat ramai karena suara-suara heboh yang berasal dari meja bagian pojok kanan dekat pagar pembatas.

Tampak empat orang yang sedang tertawa dengan suara keras, bahkan sesekali temannya memukul meja dan  memegang perut pertanda ia sudah lelah tertawa.

"Lagian lu ngapain sih ke tempat itu segala?"

"Ya kan gue dipaksa sama si Rozak nih, disuruh nemenin dia." jawab seorang lelaki bertopi hitam sambil menunjuk ke arah lelaki di sebelahnya dengan wajah ditekuk.

Lelaki yang dipanggil Rozak itu pun tak terima dan langsung menampar pelan lelaki yang berada di sebelahnya. "Rozak, Rozak emak lu kiper. Itu nama bokap gue sialan."

Mendengar hal itu, sontak membuat dua orang di hadapannya tertawa.

"Harusnya lu ajak kenalan dong, kapan lagi bisa ketemu cewek cantik spek bidadari, Lang." ujar Vizal sambil menepuk sebelah pundak Gilang.

"Iya tuh bener kata Izal, daripada lu jomblo terus yekan." imbuh Raina dengan kekehan pelan.

"Tampak belakang Luna Maya, tampak depan Lucinta Luna. Gue mending jomblo daripada sama yang begituan." terang Gilang, tubuhnya dibuat merinding mengingat kejadian kemarin saat dirinya berusaha menggoda seseorang yang ia kira adalah wanita namun nyatanya waria.

Ketiga sahabatnya itupun sontak tertawa kembali hingga mengundang atensi dari meja lain. Membuat mereka menjadi pusat perhatian karena suara tawanya yang keras sedari tadi.

"Aduh capek gue ketawa daritadi," ujar Rania sembari memegang perutnya yang terasa kram.

"Gue mana tau kalau dia bencong Ran, tampak belakang subhanallah pas noleh astaghfirullah." ucapnya sembari mengelus dadanya, bulu kuduknya berdiri.

Beginilah circle mereka, hanya terdiri dari empat orang namun rasanya seperti lebih dari empat orang. Tidak pernah kehabisan topik untuk dibahas, apapun akan mereka bahas mulai dari yang berfaedah sampai yang unfaedah.

Kelihatannya memang seru dan menyenangkan, namun bagi Rania terkadang terasa sedikit berat karena dirinya satu-satunya wanita di circle pertemanannya. Namun, jika sudah bersama ketiga sahabatnya ini, dirinya merasa bahagia seolah tidak ada beban apapun. Dan Rania bersyukur karena itu.

"Yuk pulang, udah malam. Kita udah 3 jam disini kasihan yang belum kebagian tempat buat nongki." ajak Raka yang dibalas anggukan oleh ketiga sahabatnya.

Mereka pun berdiri. Dirasa tidak ada barang yang tertinggal, mereka pun beranjak pergi meninggalkan cafe.

Selama mereka berjalan keluar, Rania yang berada di belakang sahabatnya berusaha sabar menghadapi bisikan-bisikan setan yang sedang merendahkannya. Ia tidak tahu apakah ketiga sahabatnya itu mendengar ocehan itu atau tidak.


"Tuh cewek kayaknya anak ngak bener, liat deh dia aja cewek sendiri."

"Iya ya, ngak ada takut-takutnya padahal cowoknya tiga sedangkan dia cewek sendiri."

"Palingan juga cuman jadi bahan buat  anu."

Tangan Rania terkepal kuat, ingin sekali ia menjambak dan memaki orang-orang itu. Namun ia tak ingin membuat masalah. Untuk itu ia berusaha menahan diri.

Memang, ocehan seperti itu sudah menjadi makanannya sehari-hari. Namun entah kenapa ia masih saja sakit hati saat mendengarnya.

Ia lega karena sudah berada di dalam mobil. Dinginnya AC mobil membuat kepala dan hatinya ikut menjadi dingin.

"Jangan dengerin ocehan mereka Ran,  mereka hanya melihat tanpa tau kenyataannya seperti apa." ujar Vizal yang berada di belakang.

Mereka memang satu mobil bersama Gilang dan Raka. Namun bukan berarti Rania sebagai perempuan duduk di belakang bersama salah satu sahabatnya yang entah itu Vizal, Raka atau Gilang.

Ketiga sahabatnya sangat menjaga dan menghormati Rania sebagai perempuan, untuk itu mereka selalu melarang bahkan tak segan memarahi Rania untuk duduk di belakang walaupun Rania sempat menolak dan ingin duduk di belakang karena ia malas harus memakai seat belt.

Sederhana memang tapi Rania merasa sangat dihargai. Dan ia sangat bersyukur memiliki sahabat seperti mereka. Sangat susah mendapatkan sahabat yang bisa saling menjaga dan selalu ada.

Boro-boro yang selalu ada dan menjaga, cari yang se frekuensi dengan kita saja sudah susah sekali. Tapi perlu di ingat, punya teman yang satu frekuensi belum tentu dia akan selalu ada dan menjaga. Karena banyak yang ngaku se frekuensi tapi hanya berlaku di awal, setelah itu sikapnya berubah karena bosan dan lain lain.

"Lu gak perlu khawatir Ran, kita akan selalu ada buat lu. Kita gak akan ninggalin lu," ujar Gilang yang berada di bangku kemudi, ia juga mendengar apa yang orang-orang tadi katakan tentang Rania.

"Bener itu, kalau pun nantinya lu punya pacar dan pacar lu gak bisa jadiin lu sebagai ratu. Lu harus ingat, kita bertiga akan selalu jadiin lu sebagai ratu. Jadi lu gak perlu sedih,"

*******

Hai, gimana part awal ini ?

Ada yang sama seperti Rania ?

Ada yang punya sahabat cowok ?

Part ini pendek dulu, pingin tau respon kalian heheh

Kalau bagus aku bakal lanjut, makasih yang udah baca ... Jangan lupa vote dan komen ya makasih banyak 😊

My CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang