VI

147 29 13
                                    

Suara besi beradu terdengar nyaring. Dua manusia yang tengah bertarung itu terengah pelan sembari menatap was-was satu sama lain. Penampilan keduanya sudah berantakan — ikat rambut yang lepas sehingga rambut panjang sebahu itu tampak kusut dan lepek karena keringat.

Taeho terdiam untuk menilai situasi. Mata tajam bak elang itu bergulir ke segala sisi untuk menemukan celah. Sedetik kemudian, sang lawan maju menyerang membuat Taeho tersentak dan dengan cepat menghindar.

BUGH!

Tendangan ia layangkan dan dengan telak mengenai perut sang lawan sampai pria itu terhempas ke belakang dan tubuhnya terbentur lantai kayu dengan keras. Taeho berjalan mendekat ke arah sang lawan yang sedang meringis kesakitan. Samurai yang ia pegang ia acungkan pada sang lawan yang kini terdiam dengan mata terpaku pada Taeho.

"Jangan terlalu gegabah untuk menyerang." Ucap Taeho tiba-tiba lalu menarik kembali samurai miliknya.

Pria itu dengan segera bangkit lalu membungkuk. "Saya akan berlatih lebih giat lagi, Kim-sama."

Taeho tersenyum lalu menepuk pelan pundak lawannya itu. "Istirahatlah sesekali."

Taeho berjalan menuju sebuah bangku kayu dan mengambil sebuah handuk putih. Keringat mengucur deras dari tubuhnya yang bak manekin itu. Rambut panjangnya yang menghalangi wajah itu ia ikat dengan pelan, dan gerakannya terhenti saat melihat sebuah sosok yang berdiri. Sosok prajurit miliknya yang hanya menatap datar tanpa ekspresi.

Sosok itu membungkuk singkat saat tahu Taeho menyadari keberadaannya. "Ada yang ingin saya sampaikan pada anda, Kim-sama."

Kernyitan samar terlihat dari wajah si bungsu dari dua bersaudara itu. "Ada apa?"

Dan mengetahui kebingungan yang dialami Taeho, sosok yang dinamai Eiji itu buru-buru menjelaskan. "Nakamoto-sama kedatangan tamu. Dan tamu tersebut memberi perintah untuk semua penjaga tidak berjaga di ruang kerja Nakamoto-sama."

"Bagaimana dengan Yuzima?"

"Nakamoto-sama tidak memberi perintah apapun."

"Tidak biasanya Yuzima seperti itu."

Eiji mengangguk membenarkan. "Saya tidak bisa masuk karena tidak ada perintah. Tamu itu, sangat mencurigakan."

Taeho menatap Eiji heran. Tak biasanya tangan kanannya itu menaruh rasa curiga pada tamu yang hadir. "Memangnya siapa tamu yang datang?"

"Sosok yang beberapa waktu ini anda perintahkan kami untuk menyelidiki, Kim-sama."

"Siapa?" Tanya Taeho penasaran. Otaknya mendadak sulit menebak mengingat beberapa waktu lalu ia menyuruh anak buahnya untuk menyelidiki banyak sekali orang.

"Cai Xukun."

•••

Ruangan itu begitu sunyi dengan dua aura kepimpinan yang saling bertolakbelakang.

Cai Xukun, pria berkebangsaan Tiongkok tengah duduk tenang sembari memangku kaki. Tubuhnya tersandar santai ke belakang dengan tangan yang mengangkat serta menggoyangkan gelas berisi wine. Kedua netra legam itu menatap Yuzima yang masih diam di tempat, tanpa mau membuka percakapan.

Lebih tepatnya, Yuzima tidak tahu harus memulai dari mana, menggunakan bahasa apa, ataupun bagaimana cara berbasa-basi kepada tamu. Biasanya, yang melakukan hal ini adalah Taeho, namun Xukun malah meminta untuk mengobrol empat mata dengan Yuzima.

"Hhhh.." Xukun menghela nafas panjang saat waktu sudah bergulir 30 menit, namun tak ada suara yang terdengar dari kedua belah bibir pimpinan Wing's itu. "the rumors are true."

Little Yakuza! [Side Story Of Genbrok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang