XI

71 14 21
                                    

Coretan asal di atas kalender kini menjadi objek menarik bagi Yuzima yang tak bergeming dari posisinya sejak 10 menit yang lalu. Sebuah tanggal yang dilingkari spidol merah yang dilakukan oleh Taeho untuk memperingati hari ulang tahun Yuzima sekaligus hari kematian Yuko yang tepat akan hadir esok hari.

Kedua mata tajam itu mendelik lalu tangannya merobek selembaran kertas itu dan membuangnya asal. Ia benci ulangtahun. Ia benci dimana ia semakin bertambah umur karena kenangan buruk itu selalu menghantuinya setiap malam. Hari dimana ia jatuh terperosok dalam jurang kesedihan terdalam yang sulit sekali untuk bangkit lagi.

Ruangan kerja yang kini ia tempati itu hening tak bersuara apalagi tanpa kehadiran sang tangan kanan yang terkadang begitu cerewet, membuat ruangan itu bak tak ada penghuni.

Layar tab di atas meja menyala, menandakan ada suatu pesan yang masuk. Yuzima melirik sekilas layar tersebut dan mau tak mau ia membuka pesan. Tentang penyerangan yang baru saja terjadi rupanya banyak sekali yang terlibat. Ia harus segera kembali menyusun strategi. Walaupun anak buahnya sebagian terluka, ia tak akan gentar. Ia masih mampu tegak berdiri, karena hujan badai yang pernah ia lalui tak sedikitpun menggoyahkan tekadnya.

"Yuzi-kun?"

Panggilan lembut itu menarik atensi Yuzima dari layar tab. Ia menoleh dan mendapati sang ibu tengah berdiri di ambang pintu lengkap dengan senyuman teduhnya. Ia sedikit melirik ke arah jam di atas meja seraya mempertanyakan ada apakah sang ibu datang berkunjung pada jam ini.

"Ada apa kaa-san?" Balas Yuzima. Ia menyimpan tab yang ia bawa lalu balas tersenyum pada sang ibu. "Kaa-san butuh sesuatu?"

Seolah mendapat lampu hijau, Jineul masuk ke dalam setelah ia menutup pintu. Ia duduk di hadapan Yuzima seraya menyodorkan selembar kertas dana pena. Dan tentu saja itu menimbulkan tanda tanya besar dari si bungsu.

"Apa ini?" Tanya Yuzima.

Senyum Jineul berkembang menjadi sebuah senyuman lebar. "Besok ulangtahun Yuzi-kun, bukan? Ayo tulis keinginan mu di sini dan kita kabulkan sama-sama."

Yuzima termenung sesaat seraya menegakkan badannya. Ditatap nya kertas polos dan wajah sang ibu bergantian. "Tidak usah kaa-san. Lebih baik kaa-san istirahat saja.."

Jineul menggenggam tangan sang anak dan menariknya pelan. "5 tahun terakhir kaa-san terlalu larut dalam kesedihan sampai lupa jika kamu masih butuh kaa-san. Kaa-san tak henti-hentinya meminta maaf padamu Yuzima. Dan tahun ini, mari kita rayakan ulang tahun Yuzi-kun dan setelah itu kita peringati kepergian tou-san."

"Sudah ku bilang jangan bahas itu, kaa-san."

"Sekarang, mari buka lembar baru. Kaa-san sudah sedikitnya melupakan kesedihan kaa-san. Tou-san mu pun pastinya akan sedih jika melihat kita terus begini. Yuzi-kun, kamu mau bantu kaa-san untuk memulai semuanya dari awal, kan?"

Melihat wajah tak suka dari di bungsu membuat Jineul kembali buka suara sebelum semuanya salah paham. "Para kakakmu sudah memiliki kehidupan masing-masing. Kini tersisa kaa-san dan Yuzi-kun. Kaa-san tak memiliki siapa-siapa lagi yang bisa disebut rumah. Yuzi-kun mau menjadi rumah kaa-san, kan?"

"Mengapa kaa-san bicara seperti itu? Tentu saja aku adalah rumah kaa-san."

"Kaa-san tau semuanya berat. Semua yang Yuzi-kun lalui pastinya tak mudah. Maaf ya, kaa-san tidak ada dalam perjalanan kamu. Dan terimakasih nak, sudah bertahan sejauh ini." Ucap Jineul tulus seraya menatap dalam sang anak. "Mari bangkit kembali dan buktikan pada tou-san bahwa kita adalah manusia kuat."

Little Yakuza! [Side Story Of Genbrok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang