VIII

76 21 18
                                    

"Yuzima-sama, ada yang ingin bertemu dengan mu."

Pintu ruangan terbuka membuat Yuzima melirik sekilas bayangan yang hadir di ambang pintu melalui cermin di hadapannya. Rupanya di sana ada Taeho yang sudah rapi dengan kemeja putih dan tuxedo yang disampirkan di tangan kirinya. Sepupunya itu rupanya sudah selesai bersiap untuk jamuan makan malam yang akan ia hadiri malam ini.

"Siapa?" Tanya Yuzima di saat ia merasa jika Taeho tidak berniat menjelaskan maksud dari ucapannya barusan.

Taeho terdiam dengan kedua netranya memandang lurus pada Yuzima yang tengah sibuk memasang dasi. Kedua bahunya terangikat tegang dengan nafas yang sedikit tercekat. Ia tidak bisa fokus karena tegang. Penyebab utama ketegangan yang ia alami adalah dengan hadirnya dua sosok yang sangat ia kenal tengah duduk santai di atas sofa dan memperhatikan gerak-geriknya. Sungguh, Yuzima sangat terbebani dengan kehadiran sosok Kakek Yuzima yang bahkan setelah jadi arwah pun masih saja menyeramkan.

"Hoo..? Taeho-kun!" Panggil Yuzima yang menyadarkan Taeho dalam lamunannya. "Kau dengar aku tidak?"

"Tentu." Jawab Taeho kikuk lalu menunduk. "Gommenasai, Nakamoto-sama."

Kedua alis Yuzima terangkat heran melihat perubahan sikap Taeho. "Kau kenapa? Tumben sekali,"

"Tidak ada." Jawab Taeho cepat. "Waktu untuk jamuan bersama para petinggi akan dimulai sekitar 1 jam lagi. Kau masih ada waktu 15 menit untuk menemui pemberontak yang melewati batas wilayah yang kau tentukan."

"Mengapa tidak kau saja yang tangani? Setelah ini masih ada dokumen yang harus aku urus." Tolak Yuzima seraya berjalan menuju meja kerjanya. Tidak biasanya Taeho melakukan hal tidak penting seperti ini, membuat Yuzima sedikit mempertanyakan keadaan Taeho yang mendadak sangat aneh.

Taeho melirik kembali ke arah sofa dan rupanya ia masih dipandang oleh sosok mendiang kakek Yuzima. Dengan menelan ludah takut, Taeho berdehem lalu menarik nafas dalam-dalam. Dalam sejarah hidupnya, tidak pernah sekalipun ia takut pada jurig — kecuali jika itu adalah kakek Yuta.

Mulai saat ini, Taeho akan menjaga sikap dan tidak akan berlaku kurang ajar pada Yuzima. Mengingat dulu beratnya ia dilatih untuk menjadi tangan kanan Yuzima oleh Yuta — ia tidak mau mengulang hal itu untuk keduanya kalinya. Jika dulu Yuzima masih bisa melindunginya, kini mungkin tidak bisa karena tentu saja Yuzima tidak bisa melihat keberadaan Yuta.

"Dia.. Dia akan menerobos masuk ke dalam area pemakaman—"

"Bunuh saja dia seperti biasa, Thomas." Perintah Yuzima dengan mata yang fokus pada dokumen yang ia baca. "Terakhir kali ada pemberontak yang menemuiku, mereka hanya buang-buang waktu."

Hening sejenak menyapa ruangan itu. Taeho terdiam dengan suara yang tertahan di ujung lidah. Otaknya mendadak kosong untuk saat ini, terlebih saat Yuta dengan raut wajah penasaran menghampirinya dan berdiri tepat di depan wajahnya.

"Ekhem." Taeho berdehem kecil dan memilih untuk memfokuskan pandangan pada Yuzima, abaikan saja Kakek Yuta dan anggap seperti tidak melihat apapun. "Aku tidak bisa melakukan itu. Orang itu, bersikukuh ingin sekali bertemu dengan mu."

"Merepotkan sekali."

"Saranku, kau harus segera menemuinya sebelum nii-san mati dihabisi."

Gerakan tangan Yuzima membuka lembaran kertas berikutnya terhenti dan ia sontak langsung menatap Taeho terkejut. "Siapa?"

"Zei nii-san. Dia ada di ruangan eksekusi dan ia memaksaku karena ingin bertemu dengan mu. Katanya, ada yang harus dibicarakan."

Little Yakuza! [Side Story Of Genbrok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang