VII

79 25 41
                                    

Beberapa kali terdengar helaan nafas dari belah bibir Yuzima. Dengan tatapan sengit dan alis yang mengernyit tak suka, cukup membuktikan jika si bungsu Nakamoto itu sedang dalam kondisi mood yang kurang baik. Hei! Siapa yang akan baik-baik saja saat ibu kandung mu malah mengobati luka musuhmu sendiri?! Bahkan Jineul tampak santai saja mengobati luka pria bajingan itu.

Yaps! Dengan seribu alasan, pria China itu berhasil menerobos masuk ke dalam mansion dan meminta Jineul mengobati lukanya. Ck, ingin sekali Yuzima melemparkan seluruh bom yang ada di dalam gudang penyimpanan pada wajah tak berdosa Xukun. Peduli setan dengan perang besar yang kemungkinan terjadi nanti, rasanya ia ingin  sekali melakukan berbagai macam skenario pembunuhan terhadap Xukun.

Ah, sial. Entah berapa kali Yuzima mengumpat hari ini.

"Marah?" Sebuah pertanyaan retoris terlontar dari mulut Taeho lantas membuat Yuzima semakin sebal. Taeho mengulum senyum melihat si bungsu Nakamoto yang tengah merajuk itu.

Lihat kelakuan ajaib pemimpin kecil kita satu ini, sangat tidak cocok dengan jabatan dan gelar yang ia punya.

Padahal luka Yuzima sudah diobati terlebih dahulu oleh sang ibu, tapi tetep saja rasa iri dan jengkel mendominasi hatinya.

"Menurutmu bagaimana, sialan?" Tanya balik Yuzima dengan sebuah pelototan singkat lalu kembali mendelik ke arah Xukun. Ingin rasa merengek namun di sini terlalu banyak orang.

Dan Xukun yang mendengar itu hanya melirik Yuzima lengkap dengan senyum penuh kemenangan miliknya yang ingin sekali Yuzima sobek dan cincang. Jika diibaratkan air, Yuzima sudah mendidih sampai ke level terpanas.

"Well, jangan terlalu khawatir tentang kaa-san yang akan menikah lagi." Ucap Taeho tiba-tiba. Ia tersenyum kecil seraya melihat lurus ke arah Jineul. "Walaupun sedari muda, kaa-san sering sekali berburu cogan, ia tetap setia pada tou-san, Yuzi."

"Tidak ada yang tahu ke depannya bagaimana."

"Sifat posesif mu itu turunan tou-san sekali, ya. "

"Berisik."

"Kaa-san pernah bilang pada Mommy Jamie, kau ingat tidak? Saat kematian tou-san, di saat anak-anaknya malah tidak menghadiri pemakaman, Kaa-san bilang pada Mommy jika ia tidak akan menikah lagi dan akan hidup menghabiskan masa tua sendiri." Terang Taeho tanpa diminta, setidaknya membuat Yuzima tenang walaupun pikirannya terlempar pada kejadian pahit beberapa tahun lalu.

"Yang harus kau lakukan sekarang adalah fokus pada tujuan mu, Yuzima. Kaa-san jangan kau jadikan halangan. Aku ingatkan, Jaena masih hidup dan sepertinya ia masih mampu mematahkan tulang manusia."

Yuzima tiba-tiba bangkit dari duduknya — yang mengundang perhatian dari berbagai pasang mata yang ada di sana. Jineul menatap heran sang anak yang kini tampak begitu jengah dan kesal. Seharusnya Jineul tidak heran lagi dengan perubahan emosi yang dialami Yuzima, hanya saja ia belum terbiasa walaupun tahun sudah banyak berlalu.

Tanpa berbicara, Yuzima melangkahkan kakinya keluar ruangan dengan kedua tangan yang berada di saku celana. Para pengawal yang mulanya berbaris rapi mulai membuka barisan saat Yuzima melewati mereka diikuti oleh Taeho yang sudah sangat pasrah menghadapi sifatnya.

Taeho mengangkat tangannya agar para pengawal tetap diam di ruangan. Mereka harus menjaga Jineul di saat Yuzima tak ada.

"Sudah selesai?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh Xukun membuyarkan satu-satunya wanita yang ada di sana.

Jineul menoleh lalu mengangguk kecil. Ia dengan segera membereskan peralatan medis yang ia bawa tadi lalu bergegas meninggalkan ruangan tanpa kata — meninggalkan Xukun yang menghela nafas berat dibuatnya.

Little Yakuza! [Side Story Of Genbrok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang