IX

83 21 23
                                    

Suasana ramai terlihat jelas begitu Yuzima memasuki ruangan besar di mana jamuan diadakan. Kedua netra tajamnya memindai sekitar, memperhatikan orang-orang yang hadir. Alunan musik klasik terdengar merdu memenuhi ruangan, para pemain musik dengan khidmat tampil di sebuah panggung kecil yang ada di pojok ruangan. Bisik-bisik terdengar diantara lantunan musik, membicarakan pemimpin termuda diantara mereka yang datang dengan wajah dan aura yang sangat mengintimidasi.

Di samping Yuzima ada Xukun yang hanya diam. Bukan tanpa alasan pria China itu diam, karena dia adalah tamu asing dan jika ia bertingkah, maka ia akan dalam masalah besar. Ia sesekali tersenyum ramah saat ada yang menyapanya, berbanding terbalik dengan si bungsu Nakamoto yang memilih acuh.

Seorang pria berpakaian formal datang menghampiri kedua pemimpin besar itu lalu membungkuk. Sebelah tangannya terulur, menujukkan sebuah jalan di mana di sana tempat untuk Xukun dan Yuzima duduk. Keduanya mengangguk mengerti lalu berjalan ke tempat yang dimaksud diikuti oleh tangan kanan masing-masing.

"Aku tidak tahu jika akan seramai ini." Gumam Yuzima pelan. Tangannya sibuk menggoyangkan gelas wine yang baru saja tiba sembari menatap lurus ke depan.

Banyak sekali yang datang, bahkan beberapa petinggi pemerintahan di berbagai negara tampak batang hidungnya. Rata-rata diantara mereka didampingi oleh 6-9 orang pengawal bersenjata lengkap yang tampak bersiaga mengerumuni. Astaga, melihat itu Yuzima ingin tertawa. Merepotkan sekali membawa banyak penjagaan.

Alis Yuzima sedikit terangkat saat menyadari jika ia tidak mendengar suara Taeho mengeluh atau berkomentar. Ia melirik Taeho yang berdiri di sebelahnya dan memperhatikan raut wajah sang sepupu yang tampak tertekan.

"Kau baik-baik saja, Thomas?" Tanya Yuzima namun bisa membuat Taeho tersentak kaget. "Rasanya seperti banyak yang kau pikirkan?"

Taeho panik dibuatnya menjadi bingung untuk berkata apa. Ia sebelumnya tengah mencari sosok Yuko yang tiba-tiba menghilang ditambah kini di sebelah Yuzima ada Yuta. Tidak biasanya Yuko yang selalu mengikuti Yuzima 24/7 tidak ada dan itu membuat Taeho khawatir.

"Tidak, tidak ada apa-apa." Jawabnya kikuk. Tubuh Taeho sedikit meremang saat Yuta menembus tubuhnya untuk berjalan menuju seseorang di sebrang meja.

Tidak ingin berdebat di tempat umum, Yuzima memilih mengiyakan saja ucapan Taeho. Namun netranya masih sesekali melirik Taeho untuk memastikan jika memang benar Taeho baik-baik saja. Aneh, tidak biasanya Taeho seperti itu. Sebagai yang sudah dilatih keras menjadi asisten dan orang kepercayaan Yuzima, Taeho sudah mengalami berbagai tahapan mengerikan yang membuat rasa takut itu musnah. Lantas, hal apa yang membuat Taeho terjebak dalam keadaan seperti ini?

"Makanannya tidak ada yang enak, huh."

"AA!" Taeho reflek memekik kecil saat tiba-tiba Yuta berbisik di samping telinganya. Ia memegang dadanya yang bergemuruh hebat dan sedikit menunduk.

Dan hal itu tidak luput dari pengawasan Yuzima.

"Kakek, bisakah kau beri aku aba-aba?" Bisik Taeho sangat pelan, takut jika telinga tajam Yuzima mendengar.

"Ck, apa kinerja mu setelah aku mati seperti ini Taeho?Kau harus selalu sigap dan jangan gampang terkejut seperti itu!" Sentak Yuta galak. Ia bersidekap dada dan menatap Taeho lebih tajam. "Astaga, pelatihan mu sedari muda sangatlah sia-sia! Apakah perlu ada malam eval untuk mu?"

'Aku baca ayat kursi, Kakek Yuta pergi tidak ya?' Batin Taeho sedikit jahat. 'Ya ampun, aku tidak mau ada di dalam situasi seperti ini lagi.'

"Kenapa, Thomas?" Tanya Yuzima sekali lagi, karena sungguh gerak-gerik Taeho sangat mencurigakan.

Little Yakuza! [Side Story Of Genbrok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang