X

105 21 31
                                    

Ziu mengintip dari balik tembok, melihat apakah ada orang yang dijangkau oleh indra penglihatannya. Setelah di rasa aman, Ziu berjalan mengendap diikuti oleh empat orang lainnya. Rencananya, keempat Nakamoto bersaudara yang dibantu oleh Minhyun itu akan menyusup kembali ke area pemakaman agar mereka ditangkap dan dibawa menuju kediaman Yuzima. Lalu di sana mereka akan membawa Jineul pergi setelah Minhyun berhasil mengamankan rute agar mereka bisa kabur.

Rencana ini dibuat dadakan dan dengan senjata seadanya yang Zei bawa dan ciptakan. Mereka juga sudah berpamitan dengan keluarga masing-masing dengan bercucuran air mata, meninggalkan wasiat karena mereka akan menghadapi bahaya yang bisa menghilangkan nyawa mereka. Sebab, mereka tidak tahu bagaimana isi pikiran yuzima kini. Bisa saja si bungsu itu melakukan hal gila.

Suasana sangatlah sepi, sudah hampir setengah perjalanan menuju gerbang pemakaman namun tak terlihat adanya orang yang berjaga. Dinginnya malam membuat Eunsang sedikit bergidik dan merapatkan syal yang ia pakai. Lagipula, orang gila mana yang keluar menuju pemakaman di pukul 3 pagi? Yaps, tentu saja mereka. Dan jika dilihat, kedua mata Eunsang tampak sembab, habis menangis karena berpisah dengan kedua anak kembar juga istrinya.

"Aman.." Bisik Ziu memberi kode lalu hendak membuka gerbang pemakaman. Namun sayangnya terkunci dan itu menimbulkan suara derit besi yang cukup berisik.

"Stttt, hati-hati, sialan. Kau bisa mengundang kecurigaan." Di belakang, Zei mengomel dan memukul kepala sang kembaran kesal.

"Kau juga diam! Di kuburan tidak boleh mengumpat! Nanti penghuninya marah." Balas Ziu dengan melotot kesal.

"Penghuni apanya jika di pemakaman ini hanyalah ji-san dan tou-san?!"

"Sttttt! Kembar! Berhenti berkelahi dan fokus ke depan." Sentak Eunwoo galak. Ia yang kebetulan berada di belakang si kembar sudah berkacak pinggang dan siap menjitak keduanya.

"Kemana penjaga dan mengapa sepi sekali?" Eunsang berbisik waspada pada Minhyun.

"Sepertinya ada pertukaran shift. Cepat masuk." Minhyun yang sedang memperhatikan sekitar menjawab. Ia lantas memanjat gerbang dan melompat masuk ke dalam. "Ayo cepat, sebelum ada yang mengetahui keberadaan kita."

Ziu mengangguk dan dengan mudah ia memanjat gerbang disusul oleh Eunwoo dan Eunsang. Beruntung tidak ada jebakan apapun di sana, membuatnya beberapa kali memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan. "Aku tidak menyesal sering membolos dulu."

"Dan aku menyesal menjadi anak yang tidak pernah membolos jika begini harusnya." Gerutu Zei, di saat ia adalah satu-satunya orang yang masih ada di luar dan belum berani melompat. Bahkan Eunsang yang sifat rajinnya 11-12 dengannya pun bisa memanjat.

"Naik ke sini, lalu lompat. Aku akan menangkap mu." Intruksi Ziu yang diangguki oleh sang kembaran.

"Beranikan dirimu, Zei."

"Kakiku tersangkut!"

Eunsang memperhatikan sekitar di saat yang lain sibuk membantu Zei untuk memanjat gerbang. Pemakaman terlihat sangat mencekam walaupun di sudut-sudut tembok yang menjulang kokok itu terdapat lampu jalanan yang menerangi. Ia merasa jikalau banyak sekali yang mengawasi, dan ia yakin jikalau itu adalah anak buah Taeho. Suara burung hantu dan serangga malam terdengar saling bersahutan, sangat berisik, seolah memberi tanda jikalau ada sesuatu di sana yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang,

"Masih aman." Ucap Minhyun yang membuyarkan lamunan Eunsang. Yang termuda di sana mensejajarkan diri dengan Eunsang dan menepuk pelan pundak sang kakak. "Bang, di sini jangan melamun. Masalahnya kata Julee, mereka lebih kuat karena diisi energi sama Taheo. Hati-hati ya."

Little Yakuza! [Side Story Of Genbrok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang