'Hmmm hmmm hmmmmm, yeay jadi', teriak gadis ketika berhasil membuat boneka dari tanah liat.
'Wih keren, cucuku emang pinter, kayaknya bakat kakek nurun ke kamu deh', ucap kakek dengan bangga nya.
'Iya dooong, aku gitu loh'. Ucap gadis sambil berlagak hebat.
Pagi hari yang indah ditemani secangkir kopi dihamparan sawah nan hijau menyejukkan mata adalah nikmat yang tak terhingga, inilah yang membuat kakek betah tinggal di gubuk sederhana jauh dari keramaian dan kebisingan kota.
Perlahan jari jemari kecil gadis mengulen adonan tanah liat agar tercampur rata. Ini adalah langkah awal membuat guci, rencananya gadis kecil ingin membuat mangkok untuk dipakai nya memberi minum burung-burung sawah yang sering mampir ke gubuknya.
Perlahan rokok kawung yang kakek isap terbakar, aroma manis dari tembakau asli dan daun aren menyebar di pesawahan. Sesekali kakek menggoyangkan jarinya menarik tali yang terhubung dengan kaleng-kaleng bekas yang digunakan untuk mengusir burung-burung yang ingin memakan padinya.
Kakek saat ini telah berusia sekitar 67 tahun. Ia tak lagi mampu mengerjakan pekerjaan berat, penyakit encok pinggang yang sering ia rasakan kerap membebaninya. Untuk itu kakek memilih menjadi pengerajin gabah. Untuk urusan sawah ia mempercayakan pekerjaan berat pada para pemuda sekitar yang tak sungkan untuk membantu kakek, dengan bayaran tentunya.
Dulu kakek memiliki seorang istri dan 3 orang anak, namun mereka semua meninggal dunia tatkala wabag kolera merebak didesa tersebut 27 tahun yg lalu. Sebagian besar warga desa meninggal dunia dan banyak pula yang memilih meninggalkan desa tersebut. Hanya beberapa saja yang memilih untuk tetap tinggal disana, lantaran ia merasa selalu ingin bersama keluarganya yang dimakamkan didekat gubuknya, persis dibawah pohon besar.
Makam itu selalu ia rawat agar tetap bersih dari rerumputan liar, sesekali juga ia menaburkan kembang yang ia tanam disekitar makam.
Ia juga menanam beberapa bambu kuning, meski tanpa alasan yang jelas mengapa kakek menanam bambu kuning.'Sayang, sini sebentar'.
'Iya kek kenapa?',
'Kakek mau ambil kayu bakar dulu, kamu jaga rumah ya, kalau nanti kakek kemaleman, jangan lupa hidupkan pelita ya'.
'Oke siap',
'Ya, kakek berangkat dulu'.
'Dadah kek hati-hati ya, ah iya aku titip jamur oke'.
'Iya nanti kakek cariin'.
Perjalanan menuju hutan tidak lah memakan waktu yang lama, lantaran desa mereka memang berada dipinggiran hutan. Desa itu juga kerap didatangi para pemburu rusa. Para pamburu ini kerap datang dengan beberapa kelompok dengan bersenjatakan senapan laras panjang sejenis mosin-nagant era pd2 yang telah mereka modifikasi, ada pula yang membawa senjata rakitan dan beberapa perangkap.'Tarrrr...suara senapan meletus'. kakek dikagetkan dengan suara tembakan itu, lalu disusul kembali dengan beberapa rentetan suara tembakan lagi.
Karena curiga kakek kemudia mendekati suara tersebut, naasnya ketika kakek sedang mendekat seekor harimau dewasa melompat kearahnya.
Kakek seketika tiarap ketika macan liar itu melompat kearahnya, namun harimau itu hanya berlalu saja tanpa memperdulikan kakek yang ketakutan setengah mati.
Ternyata suara tembakan tadi berasal dari sekelompok pemburu yang sedang sial bertemu dengan seekor harimau dewasa.
Ketika kakek mendekat, terlihatlah beberapa pemburu yang terluka parah dibeberapa bagian tubuhnya tanda bahwa harimau tadi melakukan perlawanan.
'Apakah ada yang meninggal?',
'Gaada kek, cuma 1 orang teman saya luka cakar dan patah tulang, sisanya saya dan 2 orang lagi masih aman'.
'Sini saya bantu',
Kakek kemudian mengambil beberapa dahan pohon kemudia mengikatkan dahan itu dibagian tubuh pemburu yang terluka itu.
'Sekarang kalian bawa teman kalian ini pulang. Mari saya tunjukkan jalannya'.
Sepanjang perjalanan pemburu yang sehat menceritakan bagaimana mereka bisa bertemu dengan harimau itu.
'Awalnya saya cuma coba-coba kek, saya ambil senapan saya, waktu saya bidik eh ternyata harimau kek. Karena panik saya ga sengaja narik pelatuk, tembakan itu meleset. Harimau itu marah melompat kearah teman saya ini, saya lantas menembak lagi, kali ini kena bagian kakinya. Tapi harimaunya ga mau pergi, yaudah saya tembak lagi, dan kena lagi bagian perut. Setelah itu dia lompat kearah kakek datang'.
Kakek hanya tersenyum mendengar penjelasan pemburu itu.
'Lain kali jangan gegabah, berburu itu mengajarkan kita sebagai lelaki haruslah bersabar dan memperhatikan situasi dan kondisi kita kapanpun itu. Ada saatnya kita harus menarik pelatuk dan ada saatnya kita harus sabar menunggu meski buruan ada didepan mata'.
Mereka sampai ke perkampungan, dengan wajah pucat pasi mereka dibawa ke balai desa.
'Kalian tak apa-apa?', tanya pak kades.'Teman saya pak perutnya dicakar, dan kakinya patah',
'Tunggu sebentar, saya sudah memanggil tabib kemari, tak lama lagi dia akan datang',
'Baik pak'
Beberapa ibu-ibu yang berada di balai desa itu kemudia memberikan air hangat dan beberapa makanan kepada pemburu yang naas itu.
Tak lama tabib datang dan memeriksa keadaan pemburu itu. Ia kemudian membersihkan luka cakaran yang berada diperut. Tak lama ia kemudian mengulek beberapa ramuan herbal yang ia miliki, yang kemudian ia tempel titik luka itu.
'Oke ini udah beres, nanti perbannya jangan lupa diganti tiap seminggu sekali, jangan lupa ini obatnya diminum. sama satu lagi, jangan lupa mandi, bau!'.
'Hehe, iya pak dokter. Anu itu kakiku yang patah gimana dok?',
'tenang aja, nanti nyatu lagi kalo udh 2 bulan. Asalkan ga dipake main bola'.
'Iya pak'.
Setelah semuanya beres dan berterima kasih. Mereka kemudia kembali ke kota asal mereka masing".
KAMU SEDANG MEMBACA
'DE LA NINA'
Teen Fictionhanya kumpulan cerita absurd Yang jika dipahami maka akan paham. Udh gitu aja.