"PETTAMU"

10 2 0
                                    

Dalam perjalanan pulang, seorang pemuda bertemu dengan sekelompok anak yang sedang mandi di sungai.

‘dek, lompat biar abang fotoin, rame-rame yaa’,

‘siap bang, oke teman-teman saatnya beraksi’.

Satu persatu bocah-bocah itu melompat dengan berbagai gaya sesuka hati mereka. Pemuda itu hanya tertawa lepas melihat tingkah bahagia bocah-bocah itu.

Ia memacu Mercedes-benz 190sl miliknya lebih kencang lantaran suasana jalanan hari itu sangat sepi, bahkan terasa aneh.

Angin mulai berhembus kencang disertai suara pepohonan yang berderak lantaran dahan-dahan besar mulai bergoyang.

Awan kelabu membumbung tinggi semakin mendekat, pemuda itu semakin memacu mobilnya berharap sampai tanpa kehujanan.

"Tuninut tuninuninut", suara handphone memecah kesunyian.

"Halo, iya aku masih dijalan, sabar sayang, ini aku nyasar kayaknya".

"Iya, iya ga lama lagi kok, nanti kubeliin seblak".

'Tuuut', panggilan dihentikan.

Sialnya langit mulai menangis. Karena tak ingin basah ia mulai menaikkan rofttop mobilnya. Hujan semakin menderas, saat sampai dipertigaan ia bingung harus kemana karena handphone miliknya kehabisan baterai.

Dengan pasti ia mengambil jalur kanan karena diujung jalan itu banyak terdapat cahaya yang menandakan ada perkampungan.
Sesampainya disana ia tak menemukan apapun, yang ia lihat ternyata fatamorgana.

Semakin pucat pasi wajah pemuda, yang ia lihat hanyalah pepohonan dimana-mana. Jam menunjukkan pukul 21.00 WIBU namun ia tak kunjung keluar dari hutan tersebut.

‘ah sial banget sih, gw harus kemana ini astaga’, gerutunya.

Perlahan sosok hitam kecil terlihat diujung aspal. Sosok kecil berpayung berjalan kaki membawa beberapa batang kayu bakar yang tampak tak mungkin diangkat oleh seorang gadis kecil.

Pemuda itu berhenti bermaksud bertanya jalan.

‘dek, mau kemana’, tanyanya.

Gadis kecil itu hanya menunjuk kearah ujung jalan didepan.

‘mau ikut abang ga, biar abang antar pulang’, bujuknya.

Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya tanda menolak.

‘yakin nih?’.

Ia mengangguk.

‘yauda kalo gitu abang Tanya, arah ke kota kemana dek’.

Ia menunjuk kedepan lalu ke kanan menggunakan jari kecilnya.

Dengan penuh harapan baru pemuda itu kembali bersemangat, namun sebelum itu ia memberikan sebungkus roti tanda terimakasih.

Gadis kecil itu mengambilnya.

Perlahan mobil pemuda itu berlalu meninggalkan gadis kecil itu.

Dalam hati pemuda itu bertanya, siapakah gadis kecil itu, mengapa ia diam saja dan hanya menggunakan tubuhnya. Apakah ia bisu, ah entahlah siapa perduli yang penting gw bisa pulang.

'DE LA NINA'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang