~MASA KECILNYA~

62 8 2
                                    

Bayi itu kini tinggal dengan seorang kakek tua yang merupakan kakak dari kakek nya.

Kakek itu merawat si bayi dengan penuh kasih sayang, meskipun hidup hanya bergantung pada gerabah yang selalu ia buat dan jual demi kehidupannya sehari-hari bersama si kecil, terlebih lagi ia hidup hanya sebatang kara sepeninggal istri terkasihnya 12 tahun yang lalu lantaran penyakit aneh yang tak dapat dijelaskan didunia medis.

Disela-sela pekerjaannya sang kakek akan selalu menyempatkan dirinya untuk bermain bersama si kecil yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri.

kini gadis itu telah menginjak usia 6 tahun, usia yang masih sangat belia, namun ia telah memiliki pemikiran yang baik, ia akan selalu membantu pekerjaan kakek tua renta itu, meskipun sekedar memasakkan air untuknya.

"Kakek mau dibuatin kopi", tanya si gadis di malam itu.

"Boleh deh, malam ini dingin, kakek mau minum kopi buatanmu yang paling enak sedunia", gurauan kakek.

Si gadis hanya tersenyum dan tersipu malu lantaran dipuji kakeknya.
"Ahhh", kakek menyeruput kopi hitam panas buatan si gadis.

"Memang kopi buatanmu yang paling enak didunia", puji kakek.

"Kakek mah bisa aja", sembari gadis itu tertawa memecah kesunyian malam yang mulai menunjukkan tanda-tanda akan adanya hujan.

Malam yang sunyi seketika berubah, awalnya angin hanya berhembus dengan lembutnya, berubah mencekam. Dahan mulai bergetar dengan kencang, daun-daun telah banyak beterbangan, gubuk reyot tempat tinggal gadis dan kakek mulai bergoyang dengan hebatnya.

"Kakekk, aku takutt", kata si gadis disela tangisnya yang mulai menderas.
"sini sama kakek", kakeknya mendekap putrinya guna menhilangkan rasa takutnya.

Semakin lama keadaan semakin mencekam, angin semakin kencang, diperparah dengan hujan deras dan guntur yang saling bersahutan dilangit. sesuatu yang mengerikan muncul dari balik bukit, sesuatu yang melahap apapun dihadapannya, itulah puting beliung.

Semakin lama pusarannya semakin membesar dan mengganas,gubuk reot tempat tinggal mereka hanyalah bagai daun kering dimata pusaran angin itu.

"Kakekkk, itu apaa???!!", pekik gadis itu semakin mempererat pelukannya.

"Ya tuhanku apa ini???!?!?!", pekik mereka berdua.

hanya sekali lewat rumah itu tak lagi tahu kemana perginya, hanya tersisa pancang-pancang dan 2 sosok tubuh yang terkapar ditanah. Entah berapa lama sigadis pingsan dipinggiran sawah.

"Kkkaakkekkk, uhuk uhuk ,kkkaakkekk ddiimmanaaa???", kata pertama yang terucap dari bibir gadis itu yang telah membiru.

Langkahnya tertatih-tatih melangkah melawati pesawahan yang telah hancur dilahap pusaran angin.
"Kakek dimana", teriak gadis itu disela tangisnya menahan perih luka ditubuhnya.

"KAKEKK!!", suaranya mulai parau karena terus menerus teriak dimalam badai itu.

Kaki kecilnya terus melangkah tak menghiraukan luka disekujur tubuhnya dan dingin mencekam kuduk karena hujan yang semakin menderas.

Petir terus bersahutan,
air hujan laksana air yang ditumpahkan dari langit.

terlihat bayangan orang dari kejauhan, langkah-langkah kecil tak tentu arah sembari terus meneriakan satu nama.

Setelah beberapa jam berjalan dikegelapan malam, akhirnya gadis itu menemukan kakeknya.

"KAKEKKKK", tangis gadis itu pecah tatkala menemukan tubuh kakeknya terkapar dipinggir sawah. Ia tak lagi memperdulikan jalan yang ia lalui, semuanya ia trobos demi mencapai sosok yang ia cari-cari.

Tubuh tua renta itu telah lama tak lagi dihuni ruhnya, itu tampak dari tubuhnya yang telah membiru dan membeku, hanya tersisa jasad tua renta.

Tanpa pikir panjang gadis itu langsung memeluk kakeknya dan terus memanggil namanya, berharap jasad itu bergerak kembali, namun apa daya, sang maut telah lama berjumpa dengannya dan mengajaknya kembali kepangkuan pemiliknya. Hanya tangis yang dapat ia lakukan saat ini, seketika ia berfikir untuk mencari pertolongan.

Secercah cahaya muncul dari ujung jalan,semakin lama semakin membesar, dan ternyata itu warga kampung yang melintas di pesawahan, tanpa pikir panjang gadis itu berteriak meminta pertolongan, namun apa daya, tenaganya telah terlalu banyak terkuras suaranya tak lagi karuan. orang itu hanya melintas tanpa mengetahui bahwa ada orang yang membutuhkannya.

Tampaknya pertolongan tuhan datang disaat yang tepat, petir menyambar keras didekat gadis itu, sontak saja bapak itu terkejut dan menoleh kebelakang. Terlihat bayang-bayang orang ditengah sawah,tanpa pikir panjang bapak itu langsung memacu sepedanya secepat yang ia bisa.

Betapa terkejutnya ia ketika menemukan 2 sosok manusia di sawah itu, seorang tua renta yang ia kenali sebagai pembuat gerabah dan seorang gadis yang tengah memeluk jasad kakek itu.

Tak lama warga kampung berdatangan menggotong jasad sang kakek,dan mengurusi kematiannya. Tersisa sigadis yang kini tak tahu jalan hidupnya sepeninggal orang yang satu-satunya dia kenal.

Semenjak kakeknya meninggal dunia gadis itu hanya termenung, entah apa yang difikirkan nya, hidupnya terasa hampa, waktu dalam dirinya terasa berhenti berdetak. Entah sampai kapan ia begini, tak ada kah orang yang sudi menerimanya.
Tanpa orang tua tanpa keluarga tanpa teman maupun sahabat, inilah hidupnya.

Besok lagi bos:)

'DE LA NINA'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang