(AYU SEKAR)

5 2 0
                                    

'Mah aku lapar', kata seorang gadis kecil berambut kepang dua.

'Iya sayang, mamah juga', jawab ibunya.

  Rengek seorang gadis kecil kepada ibunya sembari memeriksa setiap tong sampah, berharap ada sisa makanan yang dapat mereka temukan.

  Sudah 2 hari mereka belum memakan apapun, yang mereka lakukan hanyalah berjalan tak tentu arah sambil berharap menemukan makanan.

  'Mah kita kok ga tinggal dirumah lagi?',

  'Maaf sayang itu bukan rumah kita lagi, kita bukan bagian keluarga itu lagi',

  'Kenapa mah?',

  'Sudah, kamu tidur saja',

  Putri kecilnya kemudian mengangguk dan kemudian perlahan terdidur dalam gendongan ibunya.

  2 bulan berlalu sejak insiden pengusiran dari rumah utama keluarga besar wanita tadi.
  Awal nya, ia hidup bersama suaminya dirumah besar didaerah elit perkotaan. Namun, karena suatu kejadian tak terduga suami dari wanita itu dibunuh oleh orang yang tidak dikenal. Keluarga besar itu perlahan menuduh istrinya sebagai pelaku utama dengan tujuan ingin menguasai harta suaminya.

Kejadian itu sontak membuat ibu itu terpukul, bagaimana bisa ia membunuh suami yang ia cintai.     Tuduhan itu benar-benar diluar akal sehatnya. Namun ia tak mampu berbuat banyak melawan keluarga besar itu.

  'Mulai saat ini, anda bukanlah bagian dari keluarga ini, pergi!!', bentak seorang yang merupakan pemimpin keluarga besar itu.

  'Tapi aku harus kemana?',

  'Persetan dengan hidupmu, karena dirimu cucuku mati dibunuh!',

  Wanita itu hanya bisa terdiam lesu lalu pergi berlalu dengan membawa anak perempuannya yang masih berusia 5 tahun.

  Siang pun berganti malam. Mereka berdua hanya dapat bermalam disebuah pos ronda kecil, tanpa alas tidur dan hanya dengan pakaian yang menempel ditubuh mereka. Anak kecil itu menggigil kedingingan tatkala malam semakin mendalam.

  Burung hantu berwarna kecoklatan memperhatikan mereka dari kejauhan. Suara-suara alam bernyanyi seperti simphony dimalam hari, menemani ibu dan anak itu yang kedinginan.

  'Mah, peluk, aku dingin', keluh anak kecil itu sembari mengepalkan tangan mungilnya.

  'Sini sayang', sambut ibunya.

  Tatkala sang surya yang perkasa mulai menampakkan raganya, kehangatan kembali menyelimuti dua insan itu. Namun, ketika sang ibu membangunkan anaknya, anak itu tak lagi bergerak. Tubuhnya telah mendingin terbujur kaku. Ibu nya hanya duduk terpatung memperhatikan anaknya yang bibirnya saja mulai membiru, tanda perkara buruk telah terjadi.

  Perlahan ibu itu menggerakkan dan memanggil nama anaknya, namun tidak ada tanggapan. Air mata mulai menetes dari wajah keringnya.

  'Tidaaaaaaaakkkkkkkkkk', teriak wanita itu memeluk erat jasad putrinya.

  'Kenapa! Kenapaaa! Keparaaattttt!, ini semua karena kalian, suamiku kalian renggut, sekarang anakku pun tiada karena ulah kalian bangsaaatt!!!', erang ibu itu didalam hatinya.

  'Sayang, kamu sekarang pasti lagi makan enak diatas sana kan?', kata ibu itu sambil membelai lembut wajah kaku anaknya.

  'Mamah juga pengen kesana sayang, kita kumpul lagi bareng papah. Mamah masakin kesukaan kamu sayang', ibu itu hanya bisa memeluk sambil mengelus anaknya.

  Tak lama beberapa warga datang bersama seorang kepala rt setempat.
  ' ada apa buk, kenapa anaknya?', tanya rt itu.

  'Pak, tolong saya. Tolong kuburkan anak saya. Jika butuh biaya jual saja saya', ratapnya.

  'Astaga tuhanku. Tenang buk, saya tidak akan meminta sepeserpun uang ibu, saya akan memakamkan anak ibu dengan layak'.

  'Terima kasih pak', balas ibu itu sambil tersenyum penuh air mata.

  Tak lama berselang, semakin banyak warga yang datang dan membantu penguburan jasad anak kecil itu.
 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

'DE LA NINA'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang