Bermalam di bilik kamar mandi gelap dan sempit mungkin terasa mustahil. Tapi tidak dengan kejadian Wonwoo. Pemuda itu benar-benar terkunci tanpa ada seseorang yang menolong. Saat cahaya mentari mulai menyapa Wonwoo berusaha membuka matanya, tubuhnya terasa dingin dan kaku, bahkan ia tertidur dengan posisi duduk—itu sangat menyakitkan—yang menyebabkan beberapa bagian tubuhnya kebas dan tak berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan suara serak ia merintih meminta pertolongan.
"Buka pintu ini...." Seolah tak ada daya untuk berteriak, Wonwoo hanya meminta ada keajaiban yang datang. Dan benar saja, tak berselang lama Wonwoo mendengar suara pantofel yang bergesekan dengan lantai. Dan saat itu pula Wonwoo memanfaatkan kesempatan.
"Tolong aku! Aku terkunci!" Teriaknya dengan suara sumbang. Wonwoo dapat melihat kenop pintu itu bergerak—seseorang telah menolongnya—untuk membuka pintu.
"Astaga!" Wonwoo terkejut saat mengetahui siapa yang menolongnya. Pria jangkung itu seakan menjadi pahlawan yang selalu ada di saat ia membutuhkan.
"Kau terkunci di sini?!" Teriak Jun tak percaya. Dengan langkah cepat Jun membopong Wonwoo untuk keluar dari bilik dan mengantar pria itu ke ruang kesehatan. Ada banyak pertanyaan yang memenuhi kepala Wonwoo: tentang Jun sang pahlawan. Ia masih tak habis pikir bagaimana bisa Jun menemukannya di dalam bilik kamar mandi usang yang sudah tidak terpakai? Wonwoo kira ia akan ditemukan oleh petugas kebersihan, namun ia salah, Jun memang terbaik.
"Lebih baik kau di sini, aku akan memberitahu wali kelasmu." Wonwoo hanya mengangguk. Jun memberikan seragam baru (yang entah ia dapat dari mana) kepada Wonwoo dan menyuruhnya untuk segara berganti pakaian.
"Kau aman di sini." Setidaknya kalimat itu cukup menenangkan di saat hari-hari yang Wonwoo alami hanya siksaan. Ia yakin, Jun adalah orang yang baik.
"Aku pergi dulu. Dan ini," Jun menyodorkan kue dan susu ke arah Wonwoo. "Makanlah." Wonwoo tersenyum menerima itu. Dengan senang ia mengulurkan tangan dan mengambil pemberian Jun. Tak lupa Wonwoo membubuhkan senyuman manis tanda terima kasih.
"Kau sangat baik... aku pasti merepotkanmu."
"Tidak, ini sudah jadi tugasku. Aku pergi, Wonwoo." Meski tak paham maksud kalimat Jun yang mengatakan bahwa baik kepadanya adalah sebuah tugas, Wonwoo memilih masa bodoh dan mulai memperhatikan dirinya yang terlihat kacau. Beristirahat sejenak tak ada salahnya.
—
Bel istirahat berbunyi, semua murid berhambur pergi untuk menuju kantin. Namun tidak dengan Mingyu yang masih terdiam di tempat menatap bangku kosong yang penuh coretan itu.
Ya, Mingyu khawatir. Apalagi setelah mendengar bincangan yang diserukan Seungkwan tentang Wonwoo terkunci di bilik kamar mandi semalaman membuatnya tak enak hati. Mingyu sebenarnya tak peduli, persetan dengan itu semua selagi para pecundang itu tak mengusiknya. Namun akhir-akhir ini terasa berbeda, ia jadi sedikit memikirkan Wonwoo dan segala kesialan yang pria itu alami. Entah untuk rasa iba atau hal lain.
"Untung saja Wonwoo masih ada yang menolong, kalau tidak mungkin akan muncul berita 'Pemuda mati di bilik kamar mandi' hah... aku tidak habis pikir." Celoteh Seungkwan antusias kepada Chan.
"Aku kasihan sekali, kalau saja aku di sana—" Ucapan Chan sengaja dipotong oleh Seungkwan yang tak terima jika Chan mengatakan ingin membantu Wonwoo.
"Tidak! Itu ide buruk, kau akan berada dalam kesialan yang tak kunjung larut!" Chan hanya diam karena ia tak bisa mengelak. Memang ada benarnya ucapan Seungkwan, jika kau berniat untuk terjun dalam kesialan, kau harus siap mental untuk menghadapi itu semua. Tapi di samping itu Chan hanya berharap ada seseorang yanh tulus membantu Wonwoo. Karena bagaimanapun pembulian terhadap Wonwoo sudah di luar batas.
"Ngomong-ngomong apa kita tidak istirahat?" Celetuk Seungkwan lalu menggandeng Mingyu dan Chan untuk menuju kantin.
Terjadi perang batin antara hati nurani Mingyu dan gengsinya. Ia berniat untuk mengunjungi Wonwoo di ruang kesehatan namun gengsinya berkata lain. Saat Seungkwan menggandengnya menuju kantin pun yang ia pikirkan bukan perasaan lapar yang mendera, lebih tepatnya "Apa Wonwoo sudah makan?" pertanyaan seperti itu muncul berkali-kali dan memenuhi isi kepalanya. Antara penasaran dan kasihan, Mingyu membulatkan tekad untuk mengunjungi Wonwoo.
Di kantin Mingyu makan dengan terburu-buru dan mengindahkan seruan Seungkwan yang menyuruhnya kembali duduk.
"Biarkan saja, mungkin Mingyu ingin ke kamar kecil." Seungkwan ikut mengendikkan bahu setelah melihat punggung lebar pria itu menghilang dari kerumunan.
Di tangan kirinya kini telah ada roti dan satu botol mineral, hanya buah tangan kecil yang ingin ia suguhkan. Dengan langkah besar ia berjalan menuju ruang kesehatan, dan tak lama Mingyu melihat Wonwoo dari kejauhan.
Saat hendak melangkah mendekat, Mingyu mendapati pemuda lain sedang bersama Wonwoo saat itu. Ia menghentikan langkah dan memperhatikan dalam diam.
Terdapat sedikit perasaan kecewa, di saat ia peduli semesta seakan tak mendukungnya untuk berbuat baik. Sontak Mingyu meninggalkan buah tangan itu di meja (tak jauh dari ruang kesehatan) dan melangkah pergi. Mungkin Wonwoo sudah menemukan seseorang yang bisa melindunginya dari segala ancaman jahat di sekolah ini.
Waktu terasa berputar sangat cepat hingga tak terasa langit jingga mulai menyapa. Gemuruh berisik mulai terdengar bersamaan dengan langkah kaki yang menjauh. Mingyu memilih tetap tinggal dan menunggu suasana kembali tenang.
"Kau tak pulang?" Tanya Seungkwan.
"Kau duluan, aku ada keperluan lain di sini." Seungkwan mengangguk tanpa curiga, lalu pemuda itu melangkah menjauh bersama Chan; meninggalkan Mingyu dalam sepi.
Ada perasaan janggal melihat Wonwoo bersama pemuda lain. Meskipun Mingyu tak terlalu peduli dengan kabar angin yang selalu ia dengar, namun ia menangkap satu garis besar yang cukup mencengangkan. Wonwoo tak memiliki sahabat, semua yang ada di sini adalah penjilat.
Hal itu sontak membuat Mingyu berpikir dua kali tentang pemuda yang menolong Wonwoo. Bukankah terlihat aneh dia tiba-tiba mendekat seolah memberi pertolongan? Yang Mingyu takutkan adalah Wonwoo masuk dalam perangkap bualan yang mematikan.
To be continue.
Author note's:
HAIIII!!!!! Omg aku anggurin ff ini berapa lama yaa😭😭 standing applause sih sama yg masih inget alur dan masih mau ngikutin ini meskipun authornya super duper leleeeet klo update😭💕
Makasih yg masih suka tinggalin vote dan komen, 1 voment dari kalian nambah semangatku buat ngelanjutin huhu🥺💕
See u next chap!
KAMU SEDANG MEMBACA
High School - Love On [Meanie]
FanfictionTumbuh besar dalam kekuasaan tak menjamin hidup yang tentram. Wonwoo yang merupakan siswa paling nakal di sekolah harus menerima karma atas perbuatannya selama ini. Di tengah kekacauan yang terjadi, ia menemukan arti hidup dan merasa layak untuk tet...