High School - Love On [17]

2.2K 269 17
                                    

Wonwoo bangun terlambat dan mendapati Mingyu telah pergi lebih dulu. Awalnya Wonwoo mencoba untuk membolos dengan tetap terpejam dan enggan beranjak dari ranjang. Namun celotehan Minseo di depan pintu yang sedang membangunkannya―suruhan Ibu Mingyu―membuat Wonwoo mengurungkan niat dan segera bergegas untuk sarapan.

Sejujurnya ini terasa aneh, ia terduduk di tengah keluarga Mingyu yang tampak tenang menikmati sarapan; seperti tak pantas untuk duduk di sana. Tentu saja Wonwoo merasa sangat canggung, perlu diingat bahwa dirinya dan Mingyu bertemu bukan dengan dasar teman. Keduanya bertemu dalam momen yang tak terduga dan Wonwoo bahkan tak mengenal Mingyu secara akrab. Apalagi harus terduduk dengan keluarganya seperti ini. Rasanya Wonwoo ingin tenggelam di dasar samudera.

"Mingyu bilang dia ada piket," Ucap Minah sembari menatap ke arah Wonwoo. "Ini kali pertama Mingyu mendapat piket, sangat aneh." Wonwoo hanya mengangguk kaku menyetujui kecurigaan Minah. Seingat Wonwoo, sekolah mereka tak memiliki jadwal piket dengan orang-orang paten setiap harinya karena mereka memiliki petugas kebersihan yang pastinya di bayar oleh pihak sekolah.

"Oh ya, Wonwoo..." Minah beranjak sejenak lalu mengambil sesuatu di meja ruang tengah sebelum kembali lagi meja makan. "Mingyu menitipkan ini. Dia bilang kau harus membawanya. Di sana Ibu sudah membubuhkan tanda tangan juga." Wonwoo mengeryitkan dahi bingung sembari menerima secarik kertas dari tangan wanita paruh baya di hadapannya.

"Dan juga ini, Mingyu menitipkan sepatu. Katanya sepatumu rusak kan?" Wonwoo semakin dibuat pusing. Setelah surat study tour miliknya yang sudah ditanda tangani Minah, sekarang sepatu baru. Sebenarnya apa yang hendak disampaikan Mingyu? Kenapa ia sangat gengsi untuk memberikannya sendiri?

"Eh..?"

"Kenapa, Wonwoo?" Wonwoo buru-buru menggeleng dan menyelipkan kertas di saku celananya dan mengambil sepatu pemberian Mingyu sebelum berpamitan pergi.

"Terima kasih, Bibi untuk makanannya. Aku berangkat." Wonwoo berjalan ke depan diikuti oleh Minah dan Minseo. Saat hendak melangkah keluar, Minah menahan tangan Wonwoo hingga pemuda itu berbalik menghadap Ibu Mingyu.

"Iya, Bibi..?" Tanya Wonwoo sedikit kebingungan.

"Kau berangkat bersama Minseo, dia akan mengantarmu ke halte." Ucapnya dengan hangat sembari membetulkan letak kerah seragam Wonwoo.

"Kau kurus sekali..." Wonwoo hanya tersenyum canggung lalu berpamitan sekali lagi. Tangannya melambai ke arah Minah yang masih setia berdiri di depan gerbang rumah. Wonwoo melihat kehangatan yang diberikan Minah menjadi melankolis sejenak―ia merindukan seseorang.

"Bisa jalan cepat tidak?!" Geram Minseo dengan menghentak-hentak kakinya sebal. Seharusnya ia diantara oleh sang Ibu, namun gara-gara Kakaknya yang menyebalkan dan Wonwoo si lamban, membuatnya harus rela melangkahkan kaki pagi-pagi demi menunggu sebuah bus.

"Maaf." Jawab Wonwoo singkat lalu menyamakan langkah dengan Minseo.

"Aku tidak habis pikir kenapa Kakakku bisa membawamu ke rumah." Wonwoo hanya diam mendapati Minseo menggerutu tak suka.

"Pasti ada sesuatu diantara kalian, benarkan?!" Minseo yang mendadak berbalik membuat Wonwoo terkejut dan menghentikan langkah kakinya. Matanya membulat kala Minseo memberi tatapan sinis bak hendak menghabisi.

"Tidak... aku dan Mingyu hanya berteman."

"Bohong, kalau cuma berteman kenapa aku melihat kalian ciuman semalam!" Wonwoo semakin membulatkan matanya tak percaya. Ia seperti ditelanjangi bulat-bulat setelah mendengar pernyataan Minseo tentang kejadian semalam.

"Hei, tidak―kau salah paham, bukan seperti itu..." Wonwoo berusaha mengelak.

"Untung aku tidak mengadukanmu ke Ibu! Sudah sana, itu haltenya, selamat tinggal!" Wonwoo terdiam membeku saat Minseo pergi dari hadapannya. Ia bahkan tak diberi kesempatan untuk membela diri atau sekedar mengungkap alasan yang terjadi di sana. Namun saat Minseo menyebut tentang kejadian semalam, Wonwoo buru-buru mengusap pelan bibirnya―seolah memanggil memori untuk mengingat bagaimana rasa asing itu menjalar ke seluruh tubuhnya; seperti memanggil untuk merasakan kembali.

High School - Love On [Meanie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang