Persiapan ujian akhir semakin di depan mata, kurang dari seminggu lagi para siswa akan menempuh ujian selama empat hari. Berbagai persiapan privat mandiri maupun kelas tambahan sekolah semakin padat menjelang hari penentuan kelulusan. Hal itu tak luput dari perhatian Wonwoo. Ia setengah mati mengejar semua materi yang telah Mingyu rangkumkan. Karena Wonwoo paham ia tak terlalu pandai dan tak ingin membebani Mingyu terlalu jauh, ia berusaha sekeras tenaga untuk menghafal itu semua.
"Tak perlu menghabiskan hari ini, kau bisa membaginya besok." Wonwoo mengangguk, ia menerima tumpukan kertas itu dan segera membacanya dengan seksama.
"Kalau ada yang ingin kau tanyakan, tanyakan saja." Mingyu memberi senyuman simpul sebelum kembali fokus pada buku yang ada di hadapan.
Wonwoo merapalkan kalimat yang ia baca dengan suara lirih—salah satu cara Wonwoo belajar—supaya mudah untuk mengingat. Wonwoo juga berulang kali menulis rumus-rumus yang telah Mingyu ajarkan setiap mendapat soal dengan penyelesaian yang rumit.
Kali ini Wonwoo benar-benar tak menganggap mudah, ia harus mendapat nilai baik untuk membantu hasil akhir rapornya. Meskipun sebenarnya Wonwoo tak perlu khawatir karena nilai rapor sebelum semester terakhir semuanya baik; sebelum Wonwoo mendapati kesulitan.
"Aku belum menanyakan hal ini," Tiba-tiba Mingyu bersuara memecah keheningan. "Setelah lulus, kau akan melanjutkan di mana?" Tangannya berhenti mengenggam pena dan memutar kursi untuk menghadap ke arah Wonwoo.
Lawan bicaranya hanya bisa menunduk dalam tanpa adanya jawaban kepastian.
"Wonwoo?"
"Ya?"
"Kau belum menjawab pertanyaanku." Wonwoo kembali menekuk wajahnya. "Entahlah, yang pasti aku tidak akan kuliah." Jawabnya penuh keraguan.
"Kenapa?"
"Aku tidak punya uang, Mingyu. Untuk beasiswa pun aku pasti tidak bisa mendapatkannya."
"Aku bisa membantu." Wonwoo langsung melirik ke arah Mingyu dengan ekspresi yang tak dapat di jelaskan.
"Terima kasih, tapi tumpanganmu selama ini sudah cukup. Aku memikirkan untuk pindah setelah upacara kelulusan. Aku tak ingin membebani keluargamu lebih lama." Mingyu tak bereaksi sejenak setelah mendengar perkataan Wonwoo. Bagi Mingyu, semua yang ia tawarkan sekarang murni dari ketulusan hatinya dan keluarga yang ingin membantu Wonwoo. Namun Mingyu tak pernah berpikir bahwa Wonwoo merasa terbebani dengan hal itu.
"Kau merasa ini hutang budi?"
"Tentu saja, Mingyu. Aku berhutang banyak kepada keluargamu, dan juga kau. Mungkin setelah lulus aku akan mencari pekerjaan, karena aku harus membayar sewa bulanan tempat tinggalku kelak dan mengganti semua yang telah keluargamu berikan." Mingyu menggeleng, ia menarik kursinya mendekat ke arah Wonwoo dan menggenggam kedua tangan itu.
"Wonwoo, dengar... aku tak memintamu untuk ganti rugi, bahkan Ayah dan Ibu tulus membantumu. Berhenti berpikir bahwa kau berhutang budi dan harus membayar itu semua setelah kau pergi dari sini." Mingyu menepuk pelan pundak Wonwoo sebelum menariknya mendekat untuk sebuah pelukan hangat.
"Kau tahu, aku sedih saat kau mengatakan akan pergi dari sini setelah kelulusan." Mingyu mengusap pelan punggung Wonwoo sembari menempatkan dagunya tepat di ceruk leher Wonwoo.
"Kalau kau pergi dari sini, maka aku akan pergi." Wonwoo mengeryitkan kedua alisnya, sedikit menoleh ke arah Mingyu—yang jarak wajahnya hanya terpaut beberapa senti.
"Kenapa?"
"Kalau kau merasa canggung tinggal di sini terlalu lama, setelah kelulusan ayo kita tinggal berdua di apartement sewaan terdekat dari tempat kuliahku dan tempat kerjamu. Bagaimana? Terdengar adil, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
High School - Love On [Meanie]
FanficTumbuh besar dalam kekuasaan tak menjamin hidup yang tentram. Wonwoo yang merupakan siswa paling nakal di sekolah harus menerima karma atas perbuatannya selama ini. Di tengah kekacauan yang terjadi, ia menemukan arti hidup dan merasa layak untuk tet...