Wacana tentang pentas seni untuk penilaian akhir sudah mulai merebak, kini Seungkwan selaku ketua pelaksana per kelas tampak sibuk mendata para siswa yang berpartisipasi untuk pertunjukan pada akhir semester.
Seungkwan juga melakukan pengumpulan ide untuk tema yang akan mereka usung. Awalnya terjadi banyak perdebatan karena banyak siswa yang tak ingin terlalu mencolok dalam pementasan jika harus melakukan drama kolosal, sehingga Seungkwan mencetuskan ide untuk membuat dongeng rakyat.
"Baiklah, karena kalian semua tak ingin menjadi figuran aktif, drama pementasan yang kita usung adalah Putri Salju dan 7 Kurcaci." Semua tampak setuju begitu pula dengan Wonwoo yang tampak mengangguk antusias.
"Tapi siapa yang akan jadi Putri Saljunya?." Celetuk Chan membubuhi pertanyaan.
"Tentu saja aku, dan pangerannya Mingyu." Sorak ramai mulai bergema di seluruh penjuru kelas. Banyak sekali siswa yang mendukung atau mencemooh pemilihan peran yang spontan.
Wonwoo melirik ke arah Mingyu yang sepertinya tak tertarik dengan pembahasan kelas saat ini, ia tampak disibukkan dengan buku-buku tebal yang lebih menarik perhatian. Ada sedikit perasaan tak suka—entah kenapa—saat Seungkwan menyebutkan bahwa ia dan Mingyu akan menjadi pemeran utama.
"Aku akan membagikan peran kalian semua setelah menyusun naskah. Latihan akan dilakukan setipa pulang sekolah di hari Kamis dan Jumat." Tambah Seungkwan sebelum kembali ke tempat duduknya.
"Mingyu." Panggil Wonwoo secara lirih; hampir tak terdengar. "Mingyu..." Panggilnya sekali lagi sembari menyentuhkan ujung jarinya pada lengan pemuda itu.
"Hm?"
"Kau sudah tahu peranmu dalam pementasan?" Mingyu mengangguk dan Wonwoo sedikit mendesah kecewa.
"Itu hanya untuk penilaian." Benar, pementasan ini merupakan penilaian kelompok yang bisa membantunya untuk mendapat nilai tambahan disamping nilai pelajaran. Wonwoo kembali mengubah mindsetnya untuk berpikir positif bahwa tidak akan terjadi hal yang tak diinginkan di dalam naskah yang dibuat Seungkwan.
"Benar, aku harus berusaha semaksimal mungkin dalam peran apapun." Mingyu memberinya senyuman simpul sebelum kembali fokus pada bacaannya. "Kau tak perlu khawatir." Wonwoo membalas dengan senyuman tak kalah hangat saat Mingyu mengetahui hal yang mengusik pikirannya.
Tak berselang lama bergelut dengan pemikiran kolot, Wonwoo menerima selembaran yang berisikan peran di dalam kelompoknya itu. Ia menarik kertas dengan antusias, namun senyum di wajahnya harus luntur kala membaca peran yang ia dapat.
Entah adil atau tidak—atau karena Seungkwan tak menyukainya—ia mendapat peran yang bahkan Wonwoo tak tahu objek tersebut bisa diisi dengan manusia.
"Kau mendapat peran apa, Wonwoo?" Tanya Chan sembari menepuk pundak kiri Wonwoo. "Aku mendapat peran kurcaci, Seungkwan pasti sengaja."
"Itu peran yang bagus." Puji Wonwoo.
"Tapi sama saja, aku harus bertingkah bodoh, bukan begitu?" Wonwoo menggeleng, kemudian ia menjawab, "Tak ada peran yang lebih bodoh daripada orang-orangan sawah."
—
Hari ini adalah latihan perdana setelah naskah yang dibagikan Seungkwan selumbari. Tentu banyak siswa yang harus menghafalkan dialog saat bagiannya, namun tidak dengan Wonwoo. Setelah berkali-kali melihat, ia tak menemukan dialognya barang satu detik pun. Ia hanya akan berdiri konyol di bagian-bagian tertentu.
Ini membuatnya sedih, selain tindakan kekerasan yang sebelumnya ia terima, sekarang ia merasa dikucilkan dari lingkungan.
"Hah— aku tidak berpikir Seungkwan memberimu peran orang-orangan Sawah. Dia sangat keterlaluan." Chan tampak sedikit membanting naskah dan berseru tak suka dengan sahabatnya tentang pembagian peran kali ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
High School - Love On [Meanie]
FanficTumbuh besar dalam kekuasaan tak menjamin hidup yang tentram. Wonwoo yang merupakan siswa paling nakal di sekolah harus menerima karma atas perbuatannya selama ini. Di tengah kekacauan yang terjadi, ia menemukan arti hidup dan merasa layak untuk tet...