Halen berjalan menuju meja kasir. Ia tersenyum tipis.
"Lo udah keluar dari rumah sakit? Udah sembuh emangnya?"
Dia mengangguk. "Gue keluar rumah sakit udah dari dua hari yang lalu. Harusnya sekarang jangan sekolah dulu, tapi gue bosen." Halen memang nampak sudah sehat. Hanya saja, keningnya itu masih tertempel kain kasa untuk menutupi luka sobeknya.
Margo mengangguk paham. "Trus, mau ngapain ke sini?"
Gadis itu berdecak. "Ish ini kan supermarket!"
"Lo pilih dulu barang yang mau lo beli, bukan malah ke meja kasir."
Terdengar gerutuan kecil dari Halen. Ia pun pergi menuju rak makanan dengan sedikit menghentakkan kakinya.
Margo hanya menggelengkan kepala.
"Selain Sofia, lo juga mulai akrab ya sama dia." Ucap Wina tiba-tiba.
"Biasa aja."
"Baek-baek lo... Nanti Sofia ngambek liat lo deket-deket sama anak itu."
"Napa ngambek? Orang gak ngapa-ngapain." Margo kembali fokus pada ponselnya.
"Gue baru tau deh, kalo selera lo anak SMP. Kayaknya lo emang fedo." Wina terkekeh.
Margo menatap temannya itu dengan tajam. Enak saja berkata seperti itu! Memangnya Margo setua apa? Umurnya dengan Sofia saja hanya terpaut...empat belas tahun?! Sepertinya Wina memang tidak salah.
"Daripada lo gak laku!"
Wina melayangkan tatapan sinisnya. "Yaudah deh gue minta tips! Gimana caranya biar dapet anak kecil yang imut-imut sama cantik kayak gitu?"
"Emangnya lo suka cewek?"
"Ya enggak juga. Habisnya cowok gak ada yang mau sama gue. Siapa tau, kalo cewek ada." Gadis itu tertawa.
"Tuh tukang parkir mau sama lo kok."
"Ish! Dah beristri lah! Gila kali!"
Kali ini Margo yang tertawa.
Saat sedang asyik bercanda dengan Wina, Sofia pun akhirnya datang.
"Tumben lama."
"Iyanih!" Nampak gadis itu yang ngos-ngosan. "Tadi, aku, Zora, sama Adel dimintain tolong sama Bu Mawar buat bersihin kelas dulu. Soalnya, aku sama mereka paling terakhir keluar kelas. Capek deh!"
"Ambil minuman gih, aku yang bayar."
Sofia menggeleng. "Aku gak haus, cuma capek aja." Ia berjongkok sejenak, lalu kembali berdiri saat melihat manusia yang ia benci sedang menuju ke arah sini. "Kok ada lo sih?"
Halen menatap sinis Sofia. "Masalah?"
"Iyalah! Habis kebentur dashboard mobil, kirain bakal jadi bener. Ternyata masih sama aja! Ngapain sih lo ke sini?! Mau gangguin gue sama Kak Margo lagi?! Mending pulang aja sana! Lo belum sembuh total! Kalo pingsan di sini, gak ada yang mau angkut lo!"
"Apaansih?! Orang gue cuma mau beli snack! Geer banget!" Halen pun meletakkan belanjaannya di atas meja dengan cukup kasar.
"Awas aja kalo habis ini lo gak langsung pulang, tapi malah banyak bacod lagi! Gue lempar kinderjuy tu pala, biar lebih waras."
Halen hanya membalas dengan tatapan nyalangnya.
"Totalnya 23 ribu." Sebut Margo saat sudah menghitung belanjaan Halen.
Gadis itu pun segera mengeluarkan uang dan membayarnya.
Setelah pembayaran selesai, ia pun melangkahkan kakinya menuju pintu. Tapi, ia kembali lagi dan berjalan mendekati Margo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu
Teen Fiction(Completed) Entahlah, semuanya seperti terulang kembali. Cara kita bertemu, cara bicaranya, sifatnya, dan segala tentang dia. Walaupun banyak kemiripan tentang kisahku dengan orang di masalalu, kisahku bersamanya tetaplah memliki kesan yang berbeda...