11. Masa Depannya

2.1K 285 33
                                    

Author's Pov

"Kak?" Sofia menghampiri Margo yg masih bergeming di dekat pintu keluar. "Kak???" Kini gadis itu mengguncang pelan bahu Margo guna menyadarkannya.

"Hem? Iya?" Margo segera melepaskan pandangannya dari jalanan dan kini menatap gadis di sampingnya dengan sedikit terkejut.

"Kakak kenapa??? Pasti kesel juga ya sama Halen??? Dia emang ngeselin orangnya! Kalo dia ngomong yg macem-macem, Kakak gak usah pikirin! Anggap aja dia semut lewat yg gak harus kita perhatiin."

Margo hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. Biarlah Sofia menganggapnya kesal juga pada Halen, daripada gadis itu curiga dan bertanya lebih jauh tentang siapa yg baru saja Margo lihat di dalam mobil itu.

"Lo udah nelepon Ibra? Ini udah makin sore."

"Ah iya! Aku telepon dulu." Segara saja, Sofia menghubungi Ibra untuk menjemputnya.

Sementara Sofia bergelut dengan ponselnya, Margo justru bergelut dengan pikirannya. Kenapa orang itu bisa di sini? Kenapa ia kenal dengan teman sekolah Sofia, Halen? Kenapa ia seperti tak kenal padanya? Kenapa ia tak mau turun hanya sekedar bersapa?

"Udah aku telepon. Dia otw sini."

Lagi, Margo pun hanya mengangguk. Gadis itu lantas membayar makanan mereka, lalu mengajak Sofia untuk menunggu di luar.

"Kak, besok aku udah libur lagi lohhh."

Mendadak, kepala Margo berdenyut. Entah mengapa, mendengar Sofia libur membuatnya tidak senang. Bukan tidak senang untuk menemani Sofia, tapi mengingat minggu kemarin, dirinya sampai lelah hanya karena mengantar gadis itu belanja seharian.

"Tenang aja Kak. Aku gak bakal ngajak jalan-jalan. Tapi mau ya, Kakak besok dateng ke rumah? Soalnya Mama sama Papa ada urusan di luar kota. Aku gak ada temen."

"Bukannya udah biasa?"

"Ya udah biasa sih... Cuma tetep aja, aku suka ngerasa kesepian. Seenggaknya Kakak temenin aku satu malem aja. Mereka perginya seminggu sih. Cuma kalo Kakak keberatan nginep lama-lama, ya gak apa-apa gak usah. Tapi besok harus mau yaaaa...." Terdengar nada memohon dari gadis itu.

Margo kasihan pada Sofia. Hidupnya memang terbilang sangat enak dan mewah berkat hasil kerja orang tuanya. Tapi kemewahan itu, tentu saja tak bisa mengobati rasa kesepian Sofia kala gadis itu harus di tinggal pergi ke luar kota bahkan keluar negeri.

Sofia terkadang merasa bosan dengan kehidupannya itu. Ia hanya ingin kedua orang tuanya tak sibuk dan menemaninya di rumah seharian. Pasti sangat menyenangkan.

"Iya." Putus Margo akhirnya. Setidaknya, dengan kehadiran gadis itu, Sofia bisa sedikit merasa senang. Margo tak bisa berbuat banyak untuk membahagiakan Sofia selain menuruti keinginannya. Mengingat dirinya tak punya apa-apa yg bisa diberikan pada Sofia untuk membuatnya senang.

Sofia berjingkrak sembari tersenyum lebar.

***

Seperti yg sudah dibicarakan kemarin, kini Margo betul-betul mendatangi rumah Sofia. Sepulangnya dari tempat kerja, ia langsung bersiap diri dan berangkat ke sini. Awalnya Sofia ingin Margo berangkat dari pagi, tapi Margo lekas menolak karena ia tak mau cuti sendirian lagi walaupun Sofia bisa mengatur itu.

Akhirnya, Sofia setuju Margo berangkat sore seperti ini. Lagipula paginya, Zora mengajak gadis itu bermain di rumahnya. Jadi Sofia tidak merasa kesepian.

Margo kini tengah berdiri menunggu gerbang di buka oleh sang satpam.

"Makasih Pak." Setelah gerbang terbuka, lantas ia pun berjalan menuju rumah besar tersebut.

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang