"Gini... Um,,, terpaksa gara-gara--"
"Udah Mar... Kasih tau aja, asal jangan sebut nama. Daripada lo ngarang cerita lagi. Lo gak mau kan, ngebohongin Sofia terus?" Bisikin Wina ada benarnya juga. Lebih baik, Margo katakan saja yang sebenarnya.
Lantas, Margo pun mulai cerita kenapa mantannya dulu, berselingkuh dengan orang lain karena terpaksa.
Sofia menganga. "Kok kasian sih aku dengernya... Terus sekarang, mantan Kakak gimana kabarnya? Kakak udah lost contact sama dia?"
"U-um, dia udah gak apa-apa sekarang." Ya, Dilma memang sudah tak apa-apa. Ia hanya masih merasa sedikit tak rela jika harus melepaskan Margo, karena gadis itu masih mencintainya. Tapi, Dilma juga sudah mengatakan bahwa dirinya akan berusaha rela. Intinya, gadis itu tak akan sampai merusak hubungan Margo dan Sofia walaupun ia sendiri masih belum move on.
"Tunggu, Kakak tadi bilang kalo selingkuhan mantan Kakak itu, guru les?"
Margo mengangguk.
Sofia tersenyum geli. "Ohh,,, aku ngerti kenapa Kakak mau nemenin aku pas belajar nanti."
Margo menghela nafas. "Iya, aku takut kamu bakal ngalamin hal yang sama. Aku gak mau itu."
Sofia menggenggam tangan Margo. "Kakak tenang aja, aku pasti gak akan ngalamin hal itu. Asal...Kakak bakal terus ada di samping aku. Aku juga bakal ceritain semua yang aku alamin sama Kakak."
Gadis itu tersenyum dan mengusap tangan Sofia yang tengah menggenggamnya.
"Ekhem!!! Gue baru putus loh ini! Asem banget sih!" Wina berdecak kesal.
Kedua gadis yang saling mencintai itu tertawa, lalu berusaha menghibur Wina agar ia tak semakin larut dalam kesedihannya.
***
"Kenapa sih? Kek orang gila senyam-senyum sendiri!" Gadis itu duduk di samping adiknya yang tengah tiduran di atas sofa.
"Kepo ah!"
"Habis jalan sama pacar kamu itu ya? Siapa namanya? Anji kalo gak salah."
Halen duduk dari tidurnya. "Bukan! Sotoy ih!"
"Terus kenapa???"
Gadis itu kembali tersenyum. "Aku tuh, tadi pagi habis ketemu orang."
"Siapa emang?"
Matanya melirik sang Kakak, ia terdiam.
"Gak asik main rahasia-rahasiaan!"
"Um,,, Kak. Bantuin aku mutusin Anji ya! Ada orang lain yang aku suka sekarang."
Dilma menganga. "Lah? Bukannya Anji baik sama kamu? Kamu juga cinta banget sama dia. Kok tiba-tiba begini?"
Halen menghela nafas. "Gimana ya... Makin lama, perasaan cinta aku ke Anji tuh makin gak ada. Apalagi semenjak aku kenal sama orang yang aku suka sekarang."
"Tapi kan kasian Anji kalo kamu putusin dia gara-gara ini."
"Kayaknya Anji juga udah gak suka sama aku deh. Dia cuma care sama kasian doang. Buktinya, dia sering deketin Sofia tuh. Dulu aku sering berantem sama dia gara-gara Anji deketin dia mulu. Tapi, sekarang pas aku ngeliat Anji kayak gitu, rasanya ya biasa aja. Gak cemburu atau kesel lagi. Yang ada, aku kesel sama Sofia gara-gara dia deket sama orang yang aku suka sekarang."
Dilma berpikir, 'Emangnya Sofia lagi deket sama siapa lagi? Bukannya dia bucin banget sama Margo? Gak mungkin dia deketin orang lain.'
"Buat yang kali ini, kayaknya susah deh dapetin dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu
Teen Fiction(Completed) Entahlah, semuanya seperti terulang kembali. Cara kita bertemu, cara bicaranya, sifatnya, dan segala tentang dia. Walaupun banyak kemiripan tentang kisahku dengan orang di masalalu, kisahku bersamanya tetaplah memliki kesan yang berbeda...