Sofia memasuki rumahnya dengan langkah yg terseret-seret. Dipersiapkan sebagaimana pun, ia akan tetap lelah dan malas mendengar Richard dan Oliv yang akan memintanya untuk menuruti apa kemauan mereka. Menjauhi Margo.
"SOFIAAAA!!!!" Saat itu, kebetulan Oliv sedang menuruni tangga, dan melihat gadis itu yang baru saja masuk ke dalam rumah. Dengan segara, ia menghampiri Sofia dan memeluknya. "Kamu kemana aja, sayang??? Ya ampunnn!!!" Oliv merasa sangat lega dan senang bisa melihat anaknya lagi masih dengan keadaan baik-baik saja.
"Aku mau ke kamar, capek." Dengan pelan, Sofia melepaskan pelukan Ibunya dan kembali berjalan.
"Mama khawatir banget sama kamu, Sofia... Kamu tiba-tiba gak ada, terus ngilang berhari-hari. Mama takut kamu kenapa-napaaa. Kamu habis darimana, Nak?" Oliv mengikuti langkah Sofia dari belakang.
Gadis itu tak menjawab, dan lebih memilih untuk tetap berjalan.
"Sofia..." Oliv menghadang langkah Sofia dengan berdiri di depannya. "Kamu habis ketemu Margo, ya?"
Mata Sofia membulat, lalu ia berusaha untuk bersikap datar kembali. "Gak."
"Terus kamu habis darimana? Nginep di rumah temen?"
"Gak."
"Sofia, tell me whatever you're feeling. Mama tau, pasti kamu sayang banget sama Margo. Mama tau kamu juga cinta banget sama dia. Dan kamu sedih pas harus jauh dari dia. Mama tau."
Sofia menghela nafas. "Kalo Mama tau, kenapa Mama ngejauhin aku terus sama dia? Apa gunanya aku cerita semuanya ke Mama, pas Mama juga udah tau semuanya? Dan pas Mama tau itu, yang Mama lakuin juga cuma buat aku sedih! Jadi, gak ada gunanya juga aku cerita sama Mama!"
Mata Oliv mulai berkaca-kaca. Ia bukan sakit hati karena mendengar Sofia membentaknya, tapi ia sakit karena melihat sang anak harus merasakan kesedihan ini. Walaupun ia tak sepenuhnya kenal Margo, tapi ia yakin bahwa gadis itu memang segalanya untuk Sofia. Terbukti, saat mereka berjauhan selama dua minggu kemarin, Sofia tak henti-hentinya menangis, bahkan sempat demam. Ia tak tahu apa saja yang Margo lakukan sehingga membuat Sofia sangat mencintainya. Selama ini, dirinya maupun Richard tak pernah membiarkan Sofia untuk pacaran ataupun dekat-dekat dengan lelaki yang nantinya bisa saja Sofia cintai. Dan sejauh ini, gadis itu tampak santai. Ia mengikuti apa yang orang tuanya katakan, dan ia juga memang nampak tidak pernah tertarik pada lelaki mana pun. Tapi, siapa yang menyangka bahwa gadis itu akan dengan mudahnya jatuh cinta pada seorang wanita, lalu menjalin hubungan secara diam-diam? Itu artinya, Sofia memang benar-benar mencintai Margo sehingga dengan nekadnya, ia melakukan hal ini--menjalin hubungan. Dan Oliv paham betul jika mereka memang tidak bisa dipisahkan. Terutama Sofia. Gadis itu sangat terpuruk jika harus jauh dari Margo. Mungkin, keputusannya dan Richard memang sudah benar dengan memisahkan hubungan terlarang ini. Tapi, Oliv merasa keputusan mereka kurang adil untuk Sofia sendiri. Ia sangat menyayangi anaknya, bagaimanapun juga, ia tak ingin melihat sang anak harus bersedih.
Sofia berdecak karena melihat Oliv yang hanya diam sedari tadi. Lalu, ia pun kembali melangkahkan kakinya, hendak pergi ke kamar dan meninggalkan wanita itu.
"Nanti Mama coba bicara sama Papa biar kamu gak harus pisah sama Margo."
Kini Sofia mematung. Tubuhnya masih membelakangi Oliv. Matanya membulat, dan mulutnya sedikit menganga.
"Mama mau kamu bahagia dan gak sedih-sedihan terus. Mungkin, kebahagian kamu adalah Margo. Mama gak mau menjauhkan kalian dan membuat kalian sama-sama sedih. Mama sayang banget sama kamu, Sofia. Maaf kalo keputusan Mama sama Papa ini udah bikin kamu sedih. Hubungan kayak gini tuh masih tabu, dan Mama emang gak setuju sama hubungan kalian. Tapi, dengan adanya Margo di sisi kamu, Mama yakin kamu pasti bakal bahagia. Jadi, Mama akan menyetujui hubungan kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu
Teen Fiction(Completed) Entahlah, semuanya seperti terulang kembali. Cara kita bertemu, cara bicaranya, sifatnya, dan segala tentang dia. Walaupun banyak kemiripan tentang kisahku dengan orang di masalalu, kisahku bersamanya tetaplah memliki kesan yang berbeda...