Margo menatap kedua orang itu secara bergantian dengan tatapan bingung dan heran. Sedari tadi, mereka berdua terus saja diam dengan saling melempar pandang.
Karena bingung akan keheningan ini, Margo pun akhirnya menepuk lengan Wina agar gadis itu tersadar. "Win!"
"Hah?" Wina langsung menoleh pada Margo. Ia seperti orang yang baru tersadar. Apa tadi dirinya melamun? Melamun sembari menatap orang?
"Kenapa?" Tanyanya.
Wina berdehem, merasa canggung akan hal ini. "Itu--"
"Mau apa ngajak gue ketemuan?" Manda segera berjalan lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Margo.
Sejujurnya, Margo masih bingung dengan sikap Wina saat ini. Tadi, gadis itu nampak sangat excited ingin ikut memberi Manda pelajaran. Tapi, saat Manda sudah datang, ia justru diam menunduk seolah malas menatap gadis yang duduk di hadapan Margo itu.
"Um,,," Gara-gara ini, Margo jadi sulit untuk bicara.
"Cepet, waktu gue gak banyak. Lagian, di sini agak sumpek! Coffee shop nya kekecilan keknya. Atau...emang hawanya aja yang bikin sumpek." Manda memainkan jarinya.
Margo menghela nafas panjang. Ia bertemu gadis itu untuk membahas masalahnya tempo hari, bukan? Lebih baik, ia fokus pada hal itu. "Maksud lo apa sih ngirim foto-foto itu ke Sofia?"
Kini, gadis itu tersenyum. "Lo sama dia harus putus."
Margo mengerutkan alisnya. "Ck! Gak cukup dulu lo udah ganggu hubungan gue sama Dilma? Sekarang, lo mau ganggu hubungan gue sama Sofia?"
"Dulu gue lakuin itu, karna gue suka sama Dilma. Sekarang, gue sukanya sama lo." Matanya melirik Wina. "Ngerti?"
Sungguh, ingin sekali Margo menggebrak meja dan membentak gadis itu lalu menghajarnya jika bisa. "Lo tuh kenapa sih?! Malem itu lo udah berhasil lakuin apa yang lo mau sama gue, seharusnya lo berhenti! Lo gak laku apa gimana sampe ganggu hubungan orang?!"
Mendengar itu, Manda menatap tajam Margo. "Jangan sembarangan ya! Banyak kok yang suka sama gue! Harusnya lo beruntung bisa disukain sama gue!"
Margo terkekeh sinis. "Beruntung? Yang ada kehadiran lo itu jadi bencana buat gue! Gimana sih cara bikin lo ngerti? Bukannya lo itu berpendidikan ya? Harusnya lo bisa bedain mana yang salah dan mana yang bener! Dulu lo udah nyakitin batin seorang anak cuma gara-gara lo suka sama dia dan harus dapetin dia. Lo udah bikin dia tertekan, sakit hati, dan lo dengan santainya gak peduli. Lo gak bisa ngambil kejadian itu sebagai pelajaran? Lo gak tau apa yang bakal terjadi kalo lo terus ngotot buat dapetin apa yang lo suka? Mikir bisa gak sih?!"
Kalimat Margo itu, semakin membuatnya geram. Manda bangkit dari duduknya dengan menghentakkan kaki. "Kok lo nyebelin sih?! Gue gak mau tau! Pokoknya, lo berdua harus putus, dan lo harus jadi milik gue! Kalo gak, hidup pacar lo itu gak bakal tenang!"
Margo ikut berdiri, menatap tajam gadis itu. "Lo cantik, pinter, gak susah buat lo cari pasangan, selain ngerusak hubungan orang!"
"Tapi gue maunya sama lo! Sama orang yang gue suka! Bukan sama mereka yang gak gue suka!"
Margo sangat frustasi menghadapi gadis ini. "Gue gak bakal biarin lo nyentuh Sofia sedikitpun!"
"Dan gue juga gak bakal nyerah sampe gue bisa dapetin lo!"
"STOP!"
Dua gadis yang sedang berdebat itu, kini menoleh pada Wina yang sedari tadi hanya diam. Gadis itu kini berdiri, menatap Margo sejenak, lalu berakhir dengan menatap Manda. "Cukup, Nda. Cukup." Wina memijat kepalanya sejenak, lalu kembali memfokuskan pandangannya pada Manda. "Jangan lakuin itu lagi. Gak baik ngerusak hubungan orang kayak gitu. Kamu gak inget? Kamu hampir minum racun cuma gara-gara gak sanggup ngadepin cowok yang mau nikahin aku. Apa kamu gak mikir perasaan mereka yang hubungannya kamu rusak? Beruntung, gak ada yang nekad kayak kamu dengan minum racun atau ngakhirin hidup kayak gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu
Teen Fiction(Completed) Entahlah, semuanya seperti terulang kembali. Cara kita bertemu, cara bicaranya, sifatnya, dan segala tentang dia. Walaupun banyak kemiripan tentang kisahku dengan orang di masalalu, kisahku bersamanya tetaplah memliki kesan yang berbeda...